Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Defenisi Konsep

dalam melayani masyarakat, mengerjakan pekerjaan atau tugas hanya sebatas perintah pimpinan saja, kurangnya kreatif dan inovatif pegawai. Dalam hal ini fungsi Camat harus jelas dalam mengarahkan pegawainya untuk lebih baik lagi, mengubah perilaku pegawai agar lebih professional tugas dan tanggung jawabnya, menjadi teladan bagi pegawainya, serta dapat memberikan kemudahan dan kesempatan kepada pegawainya untuk berkembang dalam karir demi meningkatkan prestasi kerjanya. Berdasarkan latar belakang tersebut, mengingat betapa pentingnya kualitas Sumber Daya Pegawai Negeri Sipil dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintahan, pelayanan masyarakat dituntut selalu berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai maka Penulis mengambil judul : “Fungsi Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan”.

B. Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan penelitian ini dan memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data kedalam penulisan skripsi penelitian, maka Penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian yaitu “Bagaimana fungsi kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai pada Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan?”. Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui fungsi kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai pada Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1. Secara ilmiah, untuk manambah khasanah ilmiah dan sumbangan bagi pengembembangan teori-teori dalam ilmu Administrasi Negara khususnya dalam kaitannya dengan Fungsi Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai. 2. Secara Akademis, diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara. 3. Secara Praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan untuk evaluasi bagi instansi Pemerintah khususnya Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan dalam penyempurnaan dan meningkatkan kualitas pelayanan pada masa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara

E. Kerangka Teori

Menurut Kerlinger dalam Sugiyono 2006:41 teori adalah seperangkat konstruk konsep, defisini, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Sementara itu dalam bidang administrasi Hoy dan Miskel dalam Sugiyono 2008 : 43, mengemukakan : “theory is a set of interrelated concepts, assumptions, and generalizations taht systematically describes and explains regularities in behavior in organization”. Teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan memegang peranan yang penting, karena pemimpinlah yang menggerakkan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan proses kepemimpinan itu tidak mudah. Tidak mudah, karena pemimpin dituntut untuk memahami perilaku bawahan yang berbeda-beda. Bawahan dipengaruhi sedemikian rupa sehingga bisa memberikan pengabdian dan aprtisipasinya kepada organisasi secara efektif dan efisien. Menurut Kartono 2005 kepemimpinan dapat dilihat sebagai suatu instrument dalam satu organisasi yang memiliki Universitas Sumatera Utara kekuatan dan kekuasaan tertentu untuk melancarkan kegiatan organisasi dalam mengejar tujuan bersama. Sedangkan Winardi 2000 mengatakan bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki kemampuan untuk membangkitkan di dalam kekuatan-kekuatan emosional maupun rasional pengikutnya. Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian 2003, kepemimpinan merupakan inti manajemen yang menjamin terlaksananya fungsi-fungsi manajemen dengan baik dalam rangka mencapai tujuan organisasi; karena kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber daya manusia dan sumber daya alam lainnya. Selanjutnya, menurut Terry 1960 mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang agar bekerja dengan rela untuk mencapai tujuan. Kemudian menurut Oteng Sutisna dalam Lumban Gaol 2008:6, mendefinisikan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi orang lain agar mau ikut berperan serta dalam rangka menuju sasaran yang telah ditentukan bersama. Secara luas kepemimpinan diartikan sebagai usaha yang terorganisasi untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia, materiil, finansial, guna mencapai tujuan yang ditetapkan Zainun, 1979. Kepemimpinan hanyalah sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarelasukacita. Kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok, maka terdapat 3 tiga implikasi penting yaitu : 1. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau pengikut. Kesediaan menerima pengarahan dari pimpinan, anggota kelompok Universitas Sumatera Utara membantu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan proses kepemimpinan. Tanpa bawahan, semua sifat kepemimpinan seorang manajer menjadi tidak relevan. 2. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara pemimpin dan anggota kelompok. Anggota kelompok itu bukan tanpa kuasa; mereka dapat dan bisa membentuk kegiatan kelompok dengan berbagai cara. Kekuasaan manajer dapat bersumber dari kekuasaan imbalan reward power, kekuasaan paksaan coersive power, kekuasaan sah legitimate power, kekuasaan referensi referent power, dan kekuasaan ahli expert power. 3. Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku pengikut melalui sejumlah cara. Para pemimpin telah mempengaruhi pegawai untuk melakukan pengorbanan pribadi demi organisasi, sehingga diharapkan para pemimpin mempunyai kewajiban khusus untuk mempertimbangkan etika dari keputusan mereka. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dipahami bahwa kepemimpinan leadership adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau masyarakat yang berbeda-beda menuju pencapaian tertentu.

a. Fungsi Kepemimpinan

Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu mengelola atau mengatur organisasi secara efektif dan mampu melaksanakan kepemimpinan secara efektif pula. Untuk itu pemimpin harus dapat menjalankan fungsinya Universitas Sumatera Utara sebagai seorang pemimpin. Menurut Kartono 2005, bahwa fungsi kepemimpinan adalah memacu, menuntun dan membimbing, membangun dan memberi atau membangun motivasi-motivasi kerja, mengendalikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberi supervisipengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan rencana. Fungsi pemimpin dalam organisasi menurut Wirawan 2003 adalah : a. Menciptakan visi b. Mengembangkan budaya organisasi menciptakan sinergi c. Memberdayakan pengikut d. Menciptakan perubahan e. Memberi motivasi pengikut f. Mewakili sistem sosial g. Membelajarkan organisasi. Selanjutnya, menurut Siagian 2003 fungsi kepemimpinan yang hakiki adalah : a. Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan b. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi. c. Pimpinan selaku komunikator yang efektif d. Mediator yang andal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik. e. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral. Universitas Sumatera Utara Kemudian menurut Hadari Nawawi 1992, fungsi kepemimpinan berhubungan dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok maupun organisasi, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam situasi suatu kelompok maupun organisasi. Selanjutnya menurut Hadari Nawawi, secara garis besar fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi yaitu : a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan direction dalam tindakan atau aktivitas pemimpin b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan support atau keterlibatan bawahan dalam melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi. Berdasarkan dimensi tersebut, secara operasional fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok yaitu : 1. Fungsi instruktif Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya kepada pegawainya.

2. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, dimana dalam pelaksanaannya bergantung kepada pimpinan.

3. Fungsi Partisipasi

Fungsi ini berwujud dalam pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan pegawainya. Dalam menjalankan fungsi ini, Universitas Sumatera Utara pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya

4. Fungsi Delegasi

Fungsi ini memberikan pelimpahan wewenang dalam membuat dan menetapkan suatu keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. 5. Fungsi Pengendalian Fungsi pengendalian bermaksud bahwa pemimpin yang sukses adalah yang mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008, bahwa Camat sebagai perangkat daerah mempunyai kekhususan dibandingkan dengan perangkat daerah lainnya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya untuk mendukung pelaksanaan asas desentralisasi. Kekhususan tersebut yaitu adanya suatu kewajiban mengintegrasikan nilai-nilai sosio kultural, menciptakan stabilitas dalam dinamika politik, ekonomi dan budaya, mengupayakan terwujudnya ketenteraman dan ketertiban wilayah sebagai perwujudan kesejahteraan rakyat serta masyarakat dalam kerangka membangun integrasi kesatuan wilayah. Dalam hal ini, fungsi utama Camat adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dan melakukan tugas-tugas wilayah. Universitas Sumatera Utara

b. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan mencerminkan bagaimana gaya pemimpin menjalankan tugas kepemimpinannya dalam merencanakan, merumuskan dan menyampaikan perintah-perintah atau ajakan kepada yang diperintah. Gaya kepemimpinan sangat berpengaruh oleh paham-paham yang dianutnya mengenai kekuasaan dan wewenang, sikap mana yang diambilnya terhadap hak dan martabat yang dipimpinnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin melaksanakan kegiatannya dalam upaya membimbing, memandu, mengarahkan, dan mengontrol pikiran, perasaan atau perilaku seseorang atau sejumlah orang untuk mencapai tujuan. Jika kepemimpinan terjadi dalam suatu organisasi tertentu, dan perlu untuk mengembangkan sumber daya manusia pegawai dan membangun iklim motivasi yang menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi, maka orang tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi sangat penting kedudukannya. Gaya pengawasan, yaitu kepemimpinan yang dilandaskan kepada perhatian seorang pemimpin terhadap perilaku kelompok. Menurut Sutarto dalam Tohardi, 2002, pendekatan perilaku berlandaskan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak seorang pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari : Universitas Sumatera Utara 1. Cara memberi perintah 2. Cara memberikan tugas 3. Cara berkomunikasi 4. Cara membuat keputusan 5. Cara mendorong semangat bawahan 6. Cara memberikan bimbingan 7. Cara menegakkan disiplin 8. Cara mengawasi pekerjaan bawahan 9. Cara meminta laporan dari bawahan 10. Cara memimpin rapat 11. Cara menegur kesalahan bawahan, dan lain-lain. Adapun gaya kepemimpinan menurut Tohardi 2002 adalah : 1. Gaya persuasif, yaitu gaya pemimpin dengan menggunakan pendekatan yang menggugah perasaan, pikiran, atau dengan kata lain dengan melakukan ajakan atau bujukan. 2. Gaya refresif, yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan- tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan. 3. Gaya partisipatif, yaitu gaya kepemimpinan dimana memberikan kesempatan kepada bawahan untuk itu secara aktif baik mental, spiritual, fisik, maupun materiil dalam kiprahnya di organisasi. 4. Gaya inovatif, yaitu pemimpin yang selalu berusaha keras untuk mewujudkan usaha-usaha pembaruan di dalam segala bidang, baik bidang Universitas Sumatera Utara politik, ekonomi, sosial, budaya, atau setiap produk terkait dengan kebutuhan manusia. 5. Gaya investigatif, yaitu gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai dengan rasa penuh kecurigaan terhadap bawahannya sehingga menimbulkan yang menyebabkan kreativitas, inovasi, serta inisiatif dari bawahan kurang berkembang, karena bawahan takut melakukan kesalahan- kesalahan. 6. Gaya inspektif, yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya protokoler, kepemimpinan dengan gaya inspektif menuntut penghormatan bawahan, atau pemimpin yang senang apabila dihormati. 7. Gaya motivatif, yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informasi mengenai ide-idenya, program-program, dan kebijakan-kebijakan kepada bawahan sehingga bawahan mau merealisasikan semua ide, program, dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemimpin. 8. Gaya naratif, yaitu pemimpin yang bergaya naratif merupakan pemimpin yang banyak bicara namun tidak disesuaikan dengan apa yang ia kerjakan, atau dengan kata lain pemimpin yang banyak bicara sedikit bekerja. 9. Gaya edukatif, yaitu pemimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada bawahan, sehingga bawahan menjadi memiliki wawasan dan pengalaman yang lebih baik dari hari ke hari. Sehingga seorang pemimpin yang bergaya edukatif takkan pernah menghalangi bawahan yang ingin mengembangan pendidikan dan keterampilan. Universitas Sumatera Utara 10. Gaya retrogresif, yaitu pemimpin tidak suka melihat maju, apalagi melebihi dirinya. Untuk itu pemimpin yang bergaya retrogresif selalu menghalangi bawahannya untuk mengembangkan pengetahua dan keterampilan. Sehingga dengan kata lain, pemimpin yang bergaya retrogresif sangat senang melihat bawahannya selalu terbelakang, bodoh, dan sebagainya. Sehubungan dengan permasalahan yang diteliti yaitu dalam usaha meningkatkan prestasi kerja pegawai, maka Penulis membatasi hanya membahas gaya partisipatif, gaya motivatif, dan gaya edukatif. Gaya ini menetapkan bahwa keberhasilan pemimpin yaitu jika berorientasi pada bawahan dan mendasarkan pada komunikasi. Gaya partisipatif, pemimpin berusaha untuk mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap pegawai mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisijabatan masing-masing secara terkendali dan terarah berupa kerjasama, musyawarah, dan sebagainya. Gaya motivatif, sehubungan dengan upaya pimpinan dalam mengaktifkan pegawaianya dalam segala kegiatan organisasi; dalam hal ini pemimpin berupaya menciptakan kegairahan kerja pegawai, agar mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan dan tujuan organisasi. Sementara gaya edukatif, pemimpin berusaha memperhatikan bawahannya sebagai manusia yang bermartabat, maka pemimpin melakukan pengembangan kualitas SDM pegawainya yang juga merupakan salah satu bentuk motivasi yang diberikan pimpinan kepada pegawainya, yaitu dengan cara memberikan pendidikan atau Universitas Sumatera Utara pelatihan kepada bawahannya dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi pegawai dan juga dalam upaya memenuhi kebutuhan pegawainya dalam hal peningkatan karir.

2. Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil

Keberhasilan dari organisasi sangat ditentukan oleh Prestasi Kerja Pegawai. Dengan demikian maka pembinaan Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai. Dalam hal ini prestasi kerja menurut Nainggolan ialah “hasil yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya”. Menurut Hasibuan 2008 : 94 menyatakan bahwa: “Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas–tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan , pengalaman, dan kesungguhan serta waktu”. Mangkunegara 2002 : 33 menyatakan: “Prestasi kerja dari kata job performance atau actual performance adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Maier dalam As’ad 2001 : 63 menjelaskan bahwa: “Kriteria ukuran prestasi kerja adalah : kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi, dan keselamatan dalam menjalankan Universitas Sumatera Utara pekerjaan. Dimensi mana yang penting adalah berbeda antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain”. Menurut Heidjrahman dan Husnan 2002 : 188: “Prestasi kerja dapat ditafsirkan sebagai arti pentingnya suatu pekerjaan, tingkat keterampilan yang diperlukan, kemajuan dan tingkat penyelesaian suatu pekerjaan. Sehubungan dengan pernyataan tersebut diatas, Soetomo berpendapat bahwa : a. Prestasi Kerja adalah hasil yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. b. Pada umumnya prestasi kerja dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan, pengalaman dan kesungguhan Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil pasal 1 ayat 3, prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap PNS pada satuan organisasi sesuai dengan sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil ialah hasil kerja yang dicapai oleh Pegawai Negeri Sipil dalam melakukan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna serta dapat meningkatkan status pegawai yang bersangkutan. Adapun ukuran prestasi kerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaan menurut Dharma meliputi : Universitas Sumatera Utara a. Kuantitas yaitu jumlah yang harus diselesaikan b. Kualitas yaitu mutu dihasilkan c. Ketepatan waktu yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Kemudian agar menjamin obyektifitas prestasi kerja pegawai, perlu diadakan penilaian pelaksanaan pekerjaan dari para pegawai dalam suatu unit organisasi. Penilaian pelaksanaan pekerjaan menurut Moekijat adalah merupakan “Suatu proses penilaian individu mengenai pelaksanaan pekerjaannya di tempat kerja untuk memperoleh kemajuan secara sistematis”. Berdasarkan pernyataan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa menilai prestasi kerja seorang pegawai adalah membandingkan hasil pekerjaan dengan standar yang telah ditentukan organisasi mengenai baik dan tidaknya hasil pekerjaan yang telah dicapai oleh pegawai tersebut. Untuk itu penilaian prestasi kerja seseorang pegawai pada prinsipnya dapat dilihat dari tingkat kemajuan yang telah dicapai. Tingkat kemajuan tersebut dapat dilihat dari sasaran kerja pegawai SKP, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Berkaitan dengan hal itu Mussanef menyatakan bahwa tujuan penilaian prestasi kerja pegawai adalah : a. Untuk memperoleh bahan pertimbangan yang objektif dalam pembinaan pegawai. b. Sebagai bahan pertimbangan kenaikan pangkat, penempatan dalam jabatan, pemindahan, kenaikan gaji berkala dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara

3. Fungsi Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai

Suatu organisasi akan berhasil atau gagal ditentukan oleh pimpinan, sebab pemimpinlah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan suatu pekerjaan; berarti mendudukkan posisi pemimpin suatu organisasi pada posisi yang terpenting. Kepemimpinan seorang Camat akan berlangsung secara efektif bilamana mampu memenuhi dan menjalankan fungsinya. Seorang Camat harus mampu menganalisa situasi sosial unit kerja yang dipimpinnya, yang dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemimpinannya dengan kerja sama dan bantuan para pegawainya. Kerja sama yang dijalin oleh Camat dengan para pegawainya, dengan sendirinya akan menumbuhkan semangat kerja pegawainya yang menunjang pada peningkatan prestasi kerja pegawai dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya setiap hari. Berdasarkan teori fungsi kepemimpinan yang telah dikemukakan oleh Penulis dalam penelitian ini, maka sehubungan dengan permasalahan yang diteliti yaitu fungsi kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai, maka Penulis hanya membahas fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi 1992 sebagai berikut :

1. Fungsi Instruktif

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya kepada pegawainya. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan perintah, bagaimana cara mengerjakan perintah tersebut, bilamana pelaksanaan dan pelaporan atas perintah tersebut, dan dimana tempat Universitas Sumatera Utara mengerjakan perintah itu; agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Fungsi instruktif ini berarti juga keputusan pimpinan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannya menjadi instruksi atau perintah; dan perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Maka intinya adalah kepemimpinan memerlukan kemampuan untuk menggerakkan orang agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkannya. Perintah yang jelas dari segi kepemimpinan berarti sebagai perwujudan proses bimbingan dan pengarahan yang dapat meningkatkan prestasi kerja pegawai dalam pencapaian tujuan organisasi.

2. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, dimana dalam pelaksanaannya bergantung kepada pimpinan. Dalam menetapkan suatu keputusan, seorang pemimpin sangat memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya untuk berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi dimaksud dapat berlangsung secara terbatas, hanya dilakukan kepada orang- orang tertentu saja; misalnya kepada kepala seksi atau sekretaris kecamatan yang menurut Camat mempunyai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Selain itu, konsultasi yang dilakukan oleh pemimpin adalah untuk mendengarkan pendapat atau saran dari para pegawainya, apabila suatu keputusan yang direncanakannya ditetapkan. Kemudian konsultasi dapat juga dilakukan melalui pertemuan-pertemuan dengan sebagian besar atau semua pegawainya bahkan dengan masyarakat yang Universitas Sumatera Utara berperan sebagai stakeholder, jika keputusan yang ditetapkan sifatnya sangat prinsipiil penting dan menyangkut kepada masyarakat. Adapun yang menjadi tujuan dari konsultasi yang dilakukan oleh pimpinan adalah untuk memperoleh masukan berupa umpan balik feed back, yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan- keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Namun dilain kesempatan, konsultasi dapat juga dilakukan dari pegawai kepada pimpinannya, baik secara perorangan maupun kelompok perbidangseksi. Konsultasi dimaksud dalam memberikan saran atau pendapat sebelum atau sesudah keputusan ditetapkan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif ini, maka diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya. Pemimpin harus meyakinkan dirinya bahwa dari siapapun juga, dapat diperoleh gagasan, saran, aspirasi, dan pendapat yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinannya.

3. Fungsi Partisipasi

Fungsi ini berwujud dalam pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan pegawainya. Dalam menjalankan fungsi ini, pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap pegawai memperoleh kesempatan untuk Universitas Sumatera Utara berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas- tugas pokok, sesuai dengan posisijabatan masing-masing secara terkendali dan terarah berupa kerja sama, dan tidak mencampuri atau mengambil tugas orang lain. Sehubungan dengan itu, musyawarah menjadi sangat penting; sebab musyawarah merupakan kesempatan berpartisipasi dalam melaksanakan berbagai program organisasi.

4. Fungsi Delegasi

Fungsi ini memberikan pelimpahan wewenang dalam membuat dan menetapkan suatu keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah- milah tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang-orang yang dipercayainya; karena fungsi delegasi pada prinsipnya bersumber dari adanya kepercayaan dari pimpinan kepada pegawainya yang dinilai dapat dipercaya dan pegawai yang menerima delegasi tersebut juga harus mampu memelihara kepercayaan itu dan melaksanakannya dengan tanggung jawab. Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan organisasi tidak mungkin diwujudkan pimpinan itu sendiri. Sehubungan dengan itu, musyawarah dan konsultasi ikut berperan terutama dalam memberikan kesempatan bagi para penerima delegasi agar selalu berorientasi kepada kebijaksanaan umum dari pimpinan; dan juga bagi si penerima delegasi apabila harus membuat keputusan yang sifatnya prinsipiil. Dalam organisasi, seorang pemimpin akan melimpahkan sebagian Universitas Sumatera Utara wewenang delegasinya dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi dari bawahannya. Dimana aspirasi tersebut tidak saja berkenaan dengan tugas-tugas yang akan didelegasikan, tetapi juga mengenai orangnya yang seharusnya dipilih yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kepentingan pegawainya.

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa pemimpin yang sukses adalah yang mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Maka fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui : a. Kegiatan bimbingan dan pengarahan yang dilakukan selama kegiatan organisasi berlangsung, adalah sifat pengawasan preventif, artinya pemimpin berusaha mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan setiap unit atau perorangan dalam melaksanakan volume dan beban kerjanya atau perintah dari pimpinannya. Dalam hal ini, pengendalian dilakukan dengan cara mencegah para pegawai berfikir dan berbuat sesuatu yang cenderung akan merugikan kepentingan bersama. b. Kegiatan koordinasi bermaksud untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan yang saling menunjang dan saling mengisi antar setiap unit atau secara perorangan. Koordinasi dilakukan untuk mencegah suatu kegiatan dikerjakan oleh banyak unit atau perseorangan secara terpisah. Artinya, koordinasi diperlukan untuk mencegah adanya tumpang tindih dalam Universitas Sumatera Utara mengerjakan suatu kegiatan. Fungsi koordinasi harus meluruskan porsi kegiatan masing-masing dan porsi mana yang memerlukan kerja sama. Dengan demikian fungsi kepemimpinan akan berdampak dalam meningkatkan prestasi kerja pegawainya. c. Kegiatan pengawasan control dilakukan terhadap pelaksanaan volume dan beban kerja atau perintah pimpinan. Pengawasan dilakukan sebagai kegiatan preventif, sebagaimana telah dikemukakan di atas. Di samping itu, pengawasan dapat juga dilakukan sebagai kegiatan kuratif, yang bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kekeliruan atau kesalahan yang sudah terjadi. Pengawasan kuratif dilakukan setelah kegiatan selesai dilaksanakan, baik berupa pengawasan langsung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan dan pemantauan terhadap kegiatan anggota yang sedang berlangsung yang dilaksanakan oleh pemimpin sendiri. Pengawasan tidak langsung dilakukan pemimpin dari jarak jaih melalui laporan-laporan yang disampaikan anggota dalam melaksanakan tugas-tugas pokok atau perintah pimpinan. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan sebagai kegiatan pengawasan melekat, tidak saja mengendalikan pelaksanaan program kerja, keputusan, dan instruksi pemimpin; tetapi juga terhadap perwujudan tugas-tugas rutin dan kemampuan mentaati etika organisasi. Pengawasan sebagai kegiatan pengendalian akan berpengaruh positif bagi perwujudan kepemimpinan dalam rangka meningkatkan prestasi dan Universitas Sumatera Utara kualitas pegawainya, yang terlihat pada ketersediaan dan kesungguhan anggota dalam memperbaiki kekeliruan atau kesalahan yang ditemui.

F. Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun 2006 : 33, konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka definisi konsep yang dikemukakan penulis adalah : 1. Fungsi kepemimpinan adalah memacu, menuntun dan membimbing, membangun dan memberi atau membangun motivasi-motivasi kerja, mengendalikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberi supervisipengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan rencana Kartono, 2005, Universitas Sumatera Utara 2. Kepemimpinan diartikan sebagai usaha yang terorganisasi untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia, materiil, finansial, guna mencapai tujuan yang ditetapkan Zainun, 1979. 3. Prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil ialah hasil kerja yang dicapai oleh Pegawai Negeri Sipil dalam melakukan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna serta dapat meningkatkan status pegawai yang bersangkutan.

G. Sistematika Penulisan