Fungsi Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan
FUNGSI KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI KERJA PEGAWAI
PADA KANTOR CAMAT DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Departemen Ilmu Administrasi Negara
DISUSUN OLEH :
130921009 JENNI ELVI YANI
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahakankan dan diperbanyak oleh : Nama : JENNI ELVI YANI
NIM : 130921009
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : FUNGSI KEPEMIMPINAN DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
Medan, April 2015
Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen
Ilmu Administrasi Negara,
(Drs. Rasudyn Ginting, M.Si) (
NIP. 19590814 198601 1 002 NIP. 19640108 199102 1 001 Drs. M. Husni Thamrin, M.Si)
DEKAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, oleh :
Nama : JENNI ELVI YANI
NIM : 130921009
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : FUNGSI KEPEMIMPINAN DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
Yang diselenggarakan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
TIM PENGUJI
Ketua Penguji : Drs. M. Thamrin Nasution, M.Si ( )
Penguji I : Drs. Rasudyn Ginting, M.Si ( ) (Pembimbing)
(4)
ABSTRAK
Pemimpin yang bijaksana, penuh cinta, dan ketulusan akan menciptakan komunikasi yang lebih terbuka, komunikasi dua arah yang akan menghasilkan pemahaman bersama yang lebih baik. Pemimpin hadir bukan untuk menanamkan beban dan kepedihan bawahannya. Akan tetapi, pemimpin hadir di tengah-tengah mereka dengan membawa kesejahteraan, rasa aman, dan penghargaan. Pemimpin harus membangun arah dan visi organisasi yang jelas, sehingga pegawai merasa mempunyai rasa keterarahan yang akan memunculkan komitmen mereka untuk mewujudkan visi dan tujuan organisasi.
Pemimpin juga dituntut untuk mampu menciptakan budaya dan iklim organisasi, dimana kreativitas, integritas, profesionalisme, komitmen, tanggung jawab, dan kualitas prima menjadi roh yang mendarah daging di seluruh organisasi. kualitas seseorang sebagai pemimpin, yang berkewajiban menjalankan kepemimpinan masih sangat tergantung kepada kemampuannya dalam mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan, sangat ditentukan oleh sistem organisasi kecamatan demi terciptanya tujuan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Sekecil apapun organisasi, fungsi pemimpin sangat dominan dalam menciptakan, mengembangkan, memelihara dan meningkatkan kerja sama baik vertikal, horizontal maupun diagonal. Sebab tanpa seorang pemimpin, maka organisasi tersebut tidaklah berarti.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai pada Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, studi dokumenter, dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fungsi kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawainya, sangat besar kontribusinya dalam organisasi, dimana kepemimpinan yang efektif dan efisien menghasilkan sumber daya manusia pegawai yang berkualitas demi tercapainya tujuan organisasi. Sebab seorang pemimpin bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan dalam memimpin, mempengaruhi perilaku orang lain atau pegawai untuk mencapai tujuan. Tujuan utama dari peningkatan prestasi kerja pegawai adalah guna menjamin terselenggaranya pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat secara berdayaguna dan berhasil guna.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang baik, yang telah melimpahkan rahmat dan kasih karunia-Nya; sehingga Peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul :
“Fungsi Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah kiranya Penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus hati atas segala bantuan dan dorongan baik secara moril maupun materiil, secara langsung maupun tidak langsung yang tak ternilai harganya bagi penyelesaian skripsi ini, yaitu yang terhormat :
1. Bapak Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada Peneliti selama proses penyusunan skripsi ini
(6)
4. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP sebagai dosen penguji dan selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh staf dan dosen pengajar jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
6. Bapak Bupati Humbang Hasundutan, Drs. Maddin Sihombing, M.Si; yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan kesehatan dan panjang umur kepada Bapak Bupati Humbang Hasundutan beserta Ibu
7. Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, Saul Situmorang, S.E., M.Si yang telah memberikan dukungan kepada Penulis 8. Bapak mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Humbang
Hasundutan, Drs. Laurencius Sibarani; yang telah memberikan saran, nasihat, dukungan/motivasi kepada Penulis selama Beliau bertugas di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan
9. Bapak Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, Makden Sihombing, S.Sos, MM beserta seluruh keluarga besar Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan yang telah memberikan dukungan kepada Penulis selama ini
10. Bapak Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Opzen Simamora, S.Pd yang telah senantiasa membantu dan memberikan tempat penelitian kepada Penulis
(7)
11. Terimakasih kepada seluruh pegawai Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, atas kesediaan waktu untuk membantu Penulis menyelesaikan skripsi ini
12. Terimakasih kepada suami ku tercinta “Chrisman TP Sibarani, SE”; papa, mama, adek-adek ku, dan juga mertua ku yang selalu setia dan selalu menyemangati Penulis selama ini
13. Terimakasih kepada adek-adek kelas AN-Ekstensi 2013 yang selalu kompak dan saling mendukung selama perkuliahan
14. Kepada semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu, terimakasih atas bantuan, ide, masukan yang membangun selama penulis skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, Penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 2015 Penulis,
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ……….. ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I PENDAHULUAN ... ….. 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Kerangka Teori ... 13
1. Pengertian Kepemimpinan ... 14
a. Fungsi Kepemimpinan ... 16
b. Gaya Kepemimpinan ... 19
2. Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil ... 24
3. Fungsi Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai ... 26
F. Defenisi Konsep ... 33
(9)
BAB II METODE PENELITIAN ... 35
A. Bentuk Penelitian ... 35
B. Objek Penelitian ... 36
C. Informan Penelitian ... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ... 37
E. Teknik Analisis Data …... 38
F. Metode Penyajian Data ………. 38
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ... 39
A. Gambaran Umum Kabupaten Humbang Hasundutan ... 39
1. Luas Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan ……... 39
2. Keadaan Geografi ... 39
B. Gambaran Umum Kecamatan Doloksanggul ... 40
1. Sejarah Singkat Kecamatan Doloksanggul ... 40
2. Luas Wilayah dan Keadaan Geografis Kecamatan Doloksanggul ... 41
3. Kondisi Topografi dan Bentuk Wilayah ...… 43
4. Kondisi Iklim dan Cuaca ... 43
5. Keadaan Demografi/Kependudukan ... 44
a. Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk ... 44
b. Struktur Penduduk Menurut Agama ... 46
(10)
7. Kegiatan Pertanian ... 49
8. Kegiatan Perindustrian ... 50
C. Gambaran Pelayanan Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan ... 50
1. Visi Kecamatan Doloksanggul ... 50
2. Misi Kecamatan Doloksanggul ... 51
3. Tujuan Kecamatan Doloksanggul ... 52
4. Sasaran Kecamatan Doloksanggul ... 52
5. Struktur Organisasi Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan ... 53
6. Isu Strategi Pembangunan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Doloksanggul ... 67
7 Lingkungan Strategis Yang Berpengaruh ... 78
8. Kondisi Sekarang ... 81
9. Kondisi Yang Diharapkan ... 82
BAB IV PENYAJIAN DATA ... 83
BAB V ANALISIS DATA ... 106
BAB VI PENUTUP ... 129
A. Kesimpulan ... 129
B. Saran ... 130 DAFTAR PUSTAKA
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Kecamatan Doloksanggul berdasarkan jumlah dusun/lingkungan
Tabel 2 : Luas wilayah Kecamatan Doloksanggul Tabel 3 : Distribusi dan kepadatan penduduk per desa Tabel 4 : Struktur penduduk menurut jenis kelamin per desa Tabel 5 : Struktur penduduk menurut agama
(12)
DAFTAR GAMBAR
(13)
ABSTRAK
Pemimpin yang bijaksana, penuh cinta, dan ketulusan akan menciptakan komunikasi yang lebih terbuka, komunikasi dua arah yang akan menghasilkan pemahaman bersama yang lebih baik. Pemimpin hadir bukan untuk menanamkan beban dan kepedihan bawahannya. Akan tetapi, pemimpin hadir di tengah-tengah mereka dengan membawa kesejahteraan, rasa aman, dan penghargaan. Pemimpin harus membangun arah dan visi organisasi yang jelas, sehingga pegawai merasa mempunyai rasa keterarahan yang akan memunculkan komitmen mereka untuk mewujudkan visi dan tujuan organisasi.
Pemimpin juga dituntut untuk mampu menciptakan budaya dan iklim organisasi, dimana kreativitas, integritas, profesionalisme, komitmen, tanggung jawab, dan kualitas prima menjadi roh yang mendarah daging di seluruh organisasi. kualitas seseorang sebagai pemimpin, yang berkewajiban menjalankan kepemimpinan masih sangat tergantung kepada kemampuannya dalam mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan, sangat ditentukan oleh sistem organisasi kecamatan demi terciptanya tujuan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Sekecil apapun organisasi, fungsi pemimpin sangat dominan dalam menciptakan, mengembangkan, memelihara dan meningkatkan kerja sama baik vertikal, horizontal maupun diagonal. Sebab tanpa seorang pemimpin, maka organisasi tersebut tidaklah berarti.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai pada Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, studi dokumenter, dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fungsi kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawainya, sangat besar kontribusinya dalam organisasi, dimana kepemimpinan yang efektif dan efisien menghasilkan sumber daya manusia pegawai yang berkualitas demi tercapainya tujuan organisasi. Sebab seorang pemimpin bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan dalam memimpin, mempengaruhi perilaku orang lain atau pegawai untuk mencapai tujuan. Tujuan utama dari peningkatan prestasi kerja pegawai adalah guna menjamin terselenggaranya pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat secara berdayaguna dan berhasil guna.
(14)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang baik, yang telah melimpahkan rahmat dan kasih karunia-Nya; sehingga Peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul :
“Fungsi Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah kiranya Penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus hati atas segala bantuan dan dorongan baik secara moril maupun materiil, secara langsung maupun tidak langsung yang tak ternilai harganya bagi penyelesaian skripsi ini, yaitu yang terhormat :
1. Bapak Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada Peneliti selama proses penyusunan skripsi ini
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu kehidupan kelompok, mula-mula ada masa pertumbuhan atau pembentukan. Masing-masing bersikap melihat dan menunggu apa yang akan diperankan oleh setiap orang tersebut, dan mencoba melihat sampai dimana dirinya bisa berpengaruh dalam kelompok. Jika seseorang sudah mulai berkeinginan mempengaruhi orang lain, maka disini kegiatan kepemimpinan mulai terlihat. Pengaruh dan kekuasaan mewarnai kegiatan kelompok tersebut, dimana relevansi kekuasaan dan pengaruh tidak bisa dihindari dalam kegiatan kepemimpinan. Pendapat lain mengatakan bahwa kepemimpinan adalah seseorang yang mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan bahwa kepemimpinan merupakan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. Menurut George R. Terry (1960:493), bahwa kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan dalam mencapai tujuan organisasi. Pemahaman tentang esensi kepemimpinan semakin diperkaya oleh pengalaman orang-orang yang dalam perjalanan hidupnya diberi atau memperoleh kesempatan untuk menduduki jabatan-jabatan pimpinan, baik pada tingkat rendah, menengah, maupun tingkat puncak.
(16)
Maksudnya adalah penggabungan antara pemahaman teoritikal dan empiris telah memberikan keyakinan yang semakin mendalam pada organisasi, tentang pentingnya fungsi kepemimpinan dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Pemimpin harus menyadari bahwa dunia saat ini dihadapkan pada lingkup yang tanpa batas, dan keberagaman akan membuat organisasi semakin semarak. Keberagaman dari segi usia, ras, agama, dan pengalaman akan memberikan sinergi terbaik bagi kemajuan organisasi. Keberagaman akan membuat tiap-tiap orang mempunyai kualitas yang berbeda dan kualitas tersebut akan bisa saling mengisi satu sama lainnya. Akibatnya, organisasi akan lebih fleksibel dan adaptif dalam menghadapi berbagai benturan; karena potensi yang dimiliki organisasi yang beranekaragam.
Menciptakan pemberdayaan, tim kerja yang solid, dan menghargai keberagaman dalam organisasi akan gagal jika pemimpin dan anggota organisasi masih terjebak di dalam paradigma lama yang lebih menekankan pada pengawasan ketat, menciptakan stabilitas dan homogenitas. Masih banyak pemimpin yang sering mengarahkan bawahannya seperti mengarahkan mesin-mesin, sekali jadi dan sekali perintah. Hal tersebut sangat mustahil untuk membawa orang-orang di dalam organisasi menjadi orang-orang yang handal dan mempunyai kualitas prima, jika seorang pemimpin tidak menggunakan hati dan sikap bijaknya untuk mengarahkan dan memberdayakan mereka. Manusia mempunyai hati dan jiwa serta kebutuhan yang harus terpenuhi secara baik, sehingga penghargaan manusiawi akan menjadi syarat utama untuk hasil yang maksimal.
(17)
Pemimpin yang mempunyai perhatian tinggi, baik atas penyelesaian tugas maupun atas hubungan manusiawi, akan lebih efektif memimpin, apalagi jika ia berlaku sebagai orang yang dapat menolong bawahannya ketika berada dalam kesulitan. Pemimpin yang bijaksana, penuh cinta, dan ketulusan akan menciptakan komunikasi yang lebih terbuka, komunikasi dua arah yang akan menghasilkan pemahaman bersama yang lebih baik. Pemimpin hadir bukan untuk menanamkan beban dan kepedihan bawahannya. Akan tetapi, pemimpin hadir di tengah-tengah mereka dengan membawa kesejahteraan, rasa aman, dan penghargaan.
Pada zaman globalisasi yang melanda seluruh belahan dunia, tidak diperlukan lagi seorang pemimpin yang berkuasa penuh atas orang lain dan pemimpin yang hanya bisa mengeluarkan perintah, tetapi lebih dibutuhkan seorang pemimpin yang menjadi sudi tauladan dan panutan terbaik, sebagai fasilitator, rekan-kerja, dan penanggung resiko yang mempunyai visi untuk menolong orang lain berkembang, belajar, berdaya guna, semakin teraktualisasi serta mampu mencapai seluruh potensi dirinya secara penuh. Tim kerja, kerjasama, pemberdayaan, inisiatif pegawai, dan komitmen untuk menghasilkan kualitas dan pelayanan prima tidak bisa melalui perintah atau undang-undang. Semuanya muncul secara alamiah dalam hati, jiwa, dan pikiran pegawai dalam organisasi. Dalam hal ini, pemimpin harus mampu menciptakan perasaan bahwa pegawai sangat dihargai, didengar aspirasinya, merupakan salah satu aset utama yang perlu dikembangkan dan berdayakan sehingga mereka tidak akan menganggap pencapaian kesuksesan semata-mata hanyalah untuk organisasi.
(18)
Pemimpin harus membangun arah dan visi organisasi yang jelas, sehingga pegawai merasa mempunyai rasa keterarahan yang akan memunculkan komitmen mereka untuk mewujudkan visi dan tujuan tersebut. Pemimpin harus mewariskan dan menciptakan antusiame, harapan, optimis, serta mampu menyebarkannya sehingga tertanam secara mendalam di benak para anggota organisasi seluruhnya dari level yang paling rendah sampai level yang paling tinggi. Pemimpin juga dituntut untuk mampu membangun kapasitas serta sinergi untuk menyatukan seluruh potensi organisasi, sehingga energi yang berkekuatan besar tersebut mengarah ke arah visi dan tujuan organisasi. Pemimpin juga dituntut untuk mampu menciptakan budaya dan iklim organisasi, dimana kreativitas, integritas, profesionalisme, komitmen, tanggung jawab, dan kualitas prima menjadi roh yang mendarah daging di seluruh organisasi.
Kondisi dan situasi yang kondusif perlu diciptakan agar seluruh anggota organisasi dapat mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya secara optimal. Dibutuhkan keberanian untuk mengambil resiko, untuk menerima tanggung jawab pribadi, dan untuk membiarkan serta mempercayai seluruh pegawainya. Saat ini pemimpin tidak hanya dituntut untuk melihat pegawainya hanya sebagai faktor produksi semata, tetapi pemimpin dituntut untuk mampu membangun keterlibatan penuh dan rasa komunitas bersama, dimana pegawai mampu belajar dan berkembang. Vince Lombardi dalam “Richard L. Daft, 1999, mengatakan bahwa “bertentangan dengan opini orang, pemimpin tidak dilahirkan, pemimpin dibuat, dibentuk, dan itu semua terbentuk melalui usaha dan kerja keras”.
(19)
Saat ini opini banyak orang telah berubah, bahwa pemimpin tidak lagi dianggap sebagai seseorang yang ditakdirkan melalui kelahirannya untuk menjadi seorang pemimpin, tetapi pemimpin lebih banyak dibentuk melalui pengalaman, usaha, motivasi, dan belajar. Pemimpin yang baik harus menjadi manusia pembelajar, yang senantiasa belajar dari kehidupannya, lingkungan sekitarnya, orang lain, tidak pandang apakah orang tersebut merupakan bawahannya atau atasannya. Untuk menjadi seorang pemimpin yang berkualitas, dituntut untuk menggembleng diri sendiri, senantiasa membuka wawasannya, memperdalam pengetahuannya, dan mencari pengalaman yang luas. Kesuksesan organisasi bukan semata-mata karena kepribadian seorang pemimpin, tetapi karena kemampuannya dalam menjabarkan visi yang jelas kemana perusahaan akan menuju dan membangun ikatan loyalitas seluruh pegawai untuk mewujudkan visi tersebut.
Dalam lingkungan birokrasi, Pemimpin berarti bahwa seseorang yang menduduki hirarki yang tinggi. Para pimpinan dalam organisasi birokrasi, diangkat oleh suatu kekuasaan yang dapat berasal dari dalam atau luar organisasi. Kekuasaan yang mengangkat sesorang untuk menjalankan fungsi kepemimpinan itu, melimpahkan kewenangan kepada yang bersangkutan untuk menggerakkan dan mengendalikan orang-orang di dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya pengangkatan seorang Camat untuk memimpin suatu kecamatan.
Dalam keadaan tersebut berarti kualitas seseorang sebagai pemimpin, yang berkewajiban menjalankan kepemimpinan masih sangat tergantung kepada
(20)
kemampuannya dalam mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan, sangat ditentukan oleh sistem organisasi kecamatan demi terciptanya tujuan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Sekecil apapun organisasi, fungsi pemimpin sangat dominan dalam menciptakan, mengembangkan, memelihara dan meningkatkan kerja sama baik vertikal, horizontal maupun diagonal; serta dalam meningkatkan prestasi kerja pegawainya. Sebab tanpa seorang pemimpin, maka organisasi tersebut tidaklah berarti. Hal tersebut mempengaruhi semua bawahan atau pengikut agar dapat memberikan pengabdian untuk mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor : 19 Tahun 2008, Camat atau sebutan lain adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. Camat juga berperan sebagai kepala wilayah (wilayah kerja dan tidak memiliki daerah kewenangan), karena ditugasi untuk melaksanakan tugas umum pemerintahan, khususnya tugas-tugas atributif dalam mengkoordinir seluruh instansi pemerintahan di wilayah kerjanya, mengkoordinir penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban, mengkoordinir penegakan peraturan perundang-undangan, membina penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan, serta melaksanakan tugas pemerintahan yang belum dilaksanakan pemerintahan desa/kelurahan atau instansi pemerintahan lainnya di wilayah kecamatan tersebut. Camat memiliki kekhususan dibanding dengan perangkat daerah lainnya dalam
(21)
menjalankan tugas pokok dan fungsinya untuk mendukung pelaksanaan azaz desentralisasi, yaitu adanya kewajiban untuk mengintegrasikan nilai-nilai sisio kultural, menciptakan stabilitas dalam dinamika politik, ekonomi, sosial dan budaya, mengupayakan terwujudnya ketentraman dan ketertiban wilayah sebagai perwujudan kesejahteraan rakyat dalam kerangka membangun integritas kesatuan wilayah.
Dalam hal ini, fungsi utama Camat selain memberikan pelayanan kepada masyarakat, juga melakukan tugas-tugas pembinaan wilayah. Sehubungan dengan hal tersebut maka secara filosofis, pemerintah kecamatan tidak hanya perlu diperkuat dengan aspek sarana prasarana, sistem administrasi, keuangan dan kewenangan saja. Namun tidak kalah pentingnya adalah daya dukung kepemimpinan Camat dalam meningkatkan prestasi kerja pegawainya guna mewujudkan tujuan organisasi kecamatan dalam segala aspek. Sehingga jelas bahwa pemerintah kecamatan merupakan ujung tombak bagi pelaksanaan penyelenggaran pemerintahan di daerah dan keberhasilannya sangat ditentukan oleh dukungan seluruh jajaran di wilayahnya, terutama dukungan dari para pegawainya. Sebab Pegawai Negeri Sipil merupakan pilar terpenting dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan, disamping pilar kelembagaan (organisasi) dan ketatalaksana (mekanisme/prosedur).
Untuk memperoleh dukungan seluruh jajaran secara efektif dan efisien, perlu diterapkan teknik atau prinsip kepemimpinan yang tepat dari seorang Camat. Sehubungan beratnya tugas dan kewajiban Camat tesebut, maka dalam menjalankan roda pemerintahan, melaksanakan pembangunan dan memberikan
(22)
pelayanan kepada masyarakat, Camat harus memiliki kemampuan memanajemen seluruh jajarannya agar dapat bekerjasama mewujudkan tujuan organisasi kecamatan. Dalam kepemimpinan camat yang paling penting adalah menginterpretasikan peristiwa-peristiwa, memetakan jalannya organisasi, membangun kerja sama antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan hasil pemekaran dari kabupaten induknya Kabupaten Tapanuli Utara, dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara yang diresmikan pada tanggal 22 Juli 2003 oleh Presiden Republik Indonesia.
Kabupaten Humbang Hasundutan dengan ibukota Doloksanggul, memiliki kewenangan untuk mengurus sendiri pemerintahannya (desentralisasi) sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri dari 10 wilayah kecamatan, dimana salah satunya adalah kecamatan Doloksanggul yang merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dipimpin oleh seorang Camat. Dalam UU RI No. 22/1999 tentang Pemda (otoda) menyebutkan : “Otoda adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Jadi daerah diberi kewenangan dan keleluasaan untuk melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
(23)
Dalam penjelasan umum Undang-Undang ini juga dinyatakan tujuan pemberian ekonomi berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi antar pusat dan daerah serta antar daerah dengan daerah dalam rangka menjaga keutuhan NKRI. Ini berarti penyelenggaraan otoda dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah. Dalam pelaksanaan otonominya daerah-daerah harus berpegang teguh pada prinsip kewenangan otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab sebagaimana yang dinyatakan dalam penjelasan No. 1 (b) UU RI No. 22 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa:
Kewenangan otonomi luas adalah kekuasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan kecuali kewenangan di bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Dan yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan, serta tumbuh, hidup dan berkembang di daerah.
Dari pernyataan tersebut mengandung arti bahwa daerah otonom mempunyai kewenangan dan tanggungjawab yang sangat besar dalam rangka persiapan dan peningkatan kapasitas daerah guna membangkitkan kemampuan menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat, serta meningkatkan pendayagunaan potensial daerah secara optimal dan terpadu.
(24)
Disamping itu untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna, penyelenggaraan pemerintahan dalam hal ini tugas-tugas rutin, pelayanan publik serta tugas-tugas pembangunan. Bahwasannya pelaksanaan Pembangunan Nasional tergantung pada Sumber Daya yang tersedia, termasuk yang paling dominan Sumber Daya Manusia. Dimana Sumber Daya Manusia ini merupakan pemikir, perencana dan pelaksanaan pembangunan. Perlunya peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil tercantum dalam penjelasan umum UU RI No. 43/1999 tentang pokok-pokok kepegawaian sebagai berikut :
Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan Aparatur Negara. Khususnya Pegawai Negeri karena itu, dalam rangka mencapai tujuan Pembangunan Nasional yakni mewujudkan madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur Aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945.
Dengan adanya peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil diharapkan dapat diperoleh Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tanggungjawab, loyal terhadap Pancasila, UUD 1945, negara, pemerintahan serta mampu memotivasi diri agar diperoleh hasil kerja yang lebih berhasil guna dan berdaya guna. Disamping itu peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil juga
(25)
diharapkan dapat mendukung pelaksanaan administrasi Pemerintahan Kecamatan dan Kabupaten sehingga dapat berjalan efektif, dalam rangka meningkatkan prestasi kerja mereka guna menjamin terselenggaranya pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat secara berdayaguna dan berhasil guna. Camat dan pegawai harus saling bekerja sama dalam mencapai tujuan tersebut, masing-masing harus menyadari tugas dan tanggung jawabnya. Organisasi birokrasi yang baik adalah birokrasi yang mampu menghasilkan pegawai atau aparatur yang berprestasi dan berkualitas, yang dapat merespon kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan prestasi kerja pegawai di lingkungan birokrasi pemerintah, seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan atau motivasi kepada pegawainya. Disisi lain seorang pemimpin dituntut untuk memperhatikan kemampuan, keterampilan, dan perilaku pegawai yang potensial untuk mencapai prestasi kerja pegawai. Disamping itu, pimpinan hendaknya mampu menyampaikan dan mengkomunikasikan tujuan organisasi secara jelas, tujuan kinerja yang jelas, serta membuka peluang lebar untuk memaksimalkan usaha pegawai. Namun demikian pada kenyataannya kemampuan aparatur di kantor camat Doloksanggul masih kurang.
Dalam arti prestasi kerja atau kualitas pegawainya masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Fenomena yang terjadi adalah masih terdapat pegawai yang tidak produktif dalam mengerjakan tugas sehingga memberikan pelayanan dan image buruk kepada masyarakat, enggan mengembangkan profesionalisme kerja, penurunan mutu dan keterampilan, kurangnya keramahan
(26)
dalam melayani masyarakat, mengerjakan pekerjaan atau tugas hanya sebatas perintah pimpinan saja, kurangnya kreatif dan inovatif pegawai. Dalam hal ini fungsi Camat harus jelas dalam mengarahkan pegawainya untuk lebih baik lagi, mengubah perilaku pegawai agar lebih professional tugas dan tanggung jawabnya, menjadi teladan bagi pegawainya, serta dapat memberikan kemudahan dan kesempatan kepada pegawainya untuk berkembang dalam karir demi meningkatkan prestasi kerjanya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, mengingat betapa pentingnya kualitas Sumber Daya Pegawai Negeri Sipil dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintahan, pelayanan masyarakat dituntut selalu berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai maka Penulis mengambil judul : “Fungsi Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan”.
B. Perumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan penelitian ini dan memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data kedalam penulisan skripsi penelitian, maka Penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian yaitu “Bagaimana fungsi kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai pada Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan?”.
(27)
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui fungsi kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai pada Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1. Secara ilmiah, untuk manambah khasanah ilmiah dan sumbangan bagi
pengembembangan teori-teori dalam ilmu Administrasi Negara khususnya dalam kaitannya dengan Fungsi Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai.
2. Secara Akademis, diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara.
3. Secara Praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan untuk evaluasi bagi instansi Pemerintah khususnya Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan dalam penyempurnaan dan meningkatkan kualitas pelayanan pada masa yang akan datang.
(28)
E. Kerangka Teori
Menurut Kerlinger dalam Sugiyono (2006:41) teori adalah seperangkat konstruk (konsep), defisini, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Sementara itu dalam bidang administrasi Hoy dan Miskel dalam Sugiyono (2008 : 43), mengemukakan :
“theory is a set of interrelated concepts, assumptions, and generalizations taht systematically describes and explains regularities in behavior in organization”.
(Teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan memegang peranan yang penting, karena pemimpinlah yang menggerakkan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan proses kepemimpinan itu tidak mudah. Tidak mudah, karena pemimpin dituntut untuk memahami perilaku bawahan yang berbeda-beda. Bawahan dipengaruhi sedemikian rupa sehingga bisa memberikan pengabdian dan aprtisipasinya kepada organisasi secara efektif dan efisien. Menurut Kartono (2005) kepemimpinan dapat dilihat sebagai suatu instrument dalam satu organisasi yang memiliki
(29)
kekuatan dan kekuasaan tertentu untuk melancarkan kegiatan organisasi dalam mengejar tujuan bersama.
Sedangkan Winardi (2000) mengatakan bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki kemampuan untuk membangkitkan di dalam kekuatan-kekuatan emosional maupun rasional pengikutnya. Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian (2003), kepemimpinan merupakan inti manajemen yang menjamin terlaksananya fungsi-fungsi manajemen dengan baik dalam rangka mencapai tujuan organisasi; karena kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber daya manusia dan sumber daya alam lainnya. Selanjutnya, menurut Terry (1960) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang agar bekerja dengan rela untuk mencapai tujuan. Kemudian menurut Oteng Sutisna dalam Lumban Gaol (2008:6), mendefinisikan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi orang lain agar mau ikut berperan serta dalam rangka menuju sasaran yang telah ditentukan bersama.
Secara luas kepemimpinan diartikan sebagai usaha yang terorganisasi untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia, materiil, finansial, guna mencapai tujuan yang ditetapkan (Zainun, 1979). Kepemimpinan hanyalah sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita. Kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok, maka terdapat 3 (tiga) implikasi penting yaitu :
1. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau pengikut. Kesediaan menerima pengarahan dari pimpinan, anggota kelompok
(30)
membantu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan proses kepemimpinan. Tanpa bawahan, semua sifat kepemimpinan seorang manajer menjadi tidak relevan.
2. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara pemimpin dan anggota kelompok. Anggota kelompok itu bukan tanpa kuasa; mereka dapat dan bisa membentuk kegiatan kelompok dengan berbagai cara. Kekuasaan manajer dapat bersumber dari kekuasaan imbalan (reward power), kekuasaan paksaan (coersive power), kekuasaan sah (legitimate power), kekuasaan referensi (referent power), dan kekuasaan ahli (expert power).
3. Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku pengikut melalui sejumlah cara. Para pemimpin telah mempengaruhi pegawai untuk melakukan pengorbanan pribadi demi organisasi, sehingga diharapkan para pemimpin mempunyai kewajiban khusus untuk mempertimbangkan etika dari keputusan mereka. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dipahami bahwa kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau masyarakat yang berbeda-beda menuju pencapaian tertentu.
a. Fungsi Kepemimpinan
Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu mengelola atau mengatur organisasi secara efektif dan mampu melaksanakan kepemimpinan secara efektif pula. Untuk itu pemimpin harus dapat menjalankan fungsinya
(31)
sebagai seorang pemimpin. Menurut Kartono (2005), bahwa fungsi kepemimpinan adalah memacu, menuntun dan membimbing, membangun dan memberi atau membangun motivasi-motivasi kerja, mengendalikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberi supervisi/pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan rencana.
Fungsi pemimpin dalam organisasi menurut Wirawan (2003) adalah : a. Menciptakan visi
b. Mengembangkan budaya organisasi menciptakan sinergi c. Memberdayakan pengikut
d. Menciptakan perubahan e. Memberi motivasi pengikut f. Mewakili sistem sosial g. Membelajarkan organisasi.
Selanjutnya, menurut Siagian (2003) fungsi kepemimpinan yang hakiki adalah : a. Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian
tujuan
b. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi.
c. Pimpinan selaku komunikator yang efektif
d. Mediator yang andal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik.
(32)
Kemudian menurut Hadari Nawawi (1992), fungsi kepemimpinan berhubungan dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok maupun organisasi, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam situasi suatu kelompok maupun organisasi. Selanjutnya menurut Hadari Nawawi, secara garis besar fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi yaitu :
a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin
b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan bawahan dalam melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Berdasarkan dimensi tersebut, secara operasional fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok yaitu :
1. Fungsi instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya kepada pegawainya. 2. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, dimana dalam pelaksanaannya bergantung kepada pimpinan.
3. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini berwujud dalam pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan pegawainya. Dalam menjalankan fungsi ini,
(33)
pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya 4. Fungsi Delegasi
Fungsi ini memberikan pelimpahan wewenang dalam membuat dan menetapkan suatu keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan.
5. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa pemimpin yang sukses adalah yang mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008, bahwa Camat sebagai perangkat daerah mempunyai kekhususan dibandingkan dengan perangkat daerah lainnya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya untuk mendukung pelaksanaan asas desentralisasi. Kekhususan tersebut yaitu adanya suatu kewajiban mengintegrasikan nilai-nilai sosio kultural, menciptakan stabilitas dalam dinamika politik, ekonomi dan budaya, mengupayakan terwujudnya ketenteraman dan ketertiban wilayah sebagai perwujudan kesejahteraan rakyat serta masyarakat dalam kerangka membangun integrasi kesatuan wilayah. Dalam hal ini, fungsi utama Camat adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dan melakukan tugas-tugas wilayah.
(34)
b. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan mencerminkan bagaimana gaya pemimpin menjalankan tugas kepemimpinannya dalam merencanakan, merumuskan dan menyampaikan perintah-perintah atau ajakan kepada yang diperintah. Gaya kepemimpinan sangat berpengaruh oleh paham-paham yang dianutnya mengenai kekuasaan dan wewenang, sikap mana yang diambilnya terhadap hak dan martabat yang dipimpinnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin melaksanakan kegiatannya dalam upaya membimbing, memandu, mengarahkan, dan mengontrol pikiran, perasaan atau perilaku seseorang atau sejumlah orang untuk mencapai tujuan. Jika kepemimpinan terjadi dalam suatu organisasi tertentu, dan perlu untuk mengembangkan sumber daya manusia pegawai dan membangun iklim motivasi yang menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi, maka orang tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya.
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi sangat penting kedudukannya. Gaya pengawasan, yaitu kepemimpinan yang dilandaskan kepada perhatian seorang pemimpin terhadap perilaku kelompok. Menurut Sutarto (dalam Tohardi, 2002), pendekatan perilaku berlandaskan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak seorang pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari :
(35)
1. Cara memberi perintah 2. Cara memberikan tugas 3. Cara berkomunikasi 4. Cara membuat keputusan
5. Cara mendorong semangat bawahan 6. Cara memberikan bimbingan
7. Cara menegakkan disiplin
8. Cara mengawasi pekerjaan bawahan 9. Cara meminta laporan dari bawahan 10. Cara memimpin rapat
11. Cara menegur kesalahan bawahan, dan lain-lain.
Adapun gaya kepemimpinan menurut Tohardi (2002) adalah :
1. Gaya persuasif, yaitu gaya pemimpin dengan menggunakan pendekatan yang menggugah perasaan, pikiran, atau dengan kata lain dengan melakukan ajakan atau bujukan.
2. Gaya refresif, yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan.
3. Gaya partisipatif, yaitu gaya kepemimpinan dimana memberikan kesempatan kepada bawahan untuk itu secara aktif baik mental, spiritual, fisik, maupun materiil dalam kiprahnya di organisasi.
4. Gaya inovatif, yaitu pemimpin yang selalu berusaha keras untuk mewujudkan usaha-usaha pembaruan di dalam segala bidang, baik bidang
(36)
politik, ekonomi, sosial, budaya, atau setiap produk terkait dengan kebutuhan manusia.
5. Gaya investigatif, yaitu gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai dengan rasa penuh kecurigaan terhadap bawahannya sehingga menimbulkan yang menyebabkan kreativitas, inovasi, serta inisiatif dari bawahan kurang berkembang, karena bawahan takut melakukan kesalahan-kesalahan.
6. Gaya inspektif, yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya protokoler, kepemimpinan dengan gaya inspektif menuntut penghormatan bawahan, atau pemimpin yang senang apabila dihormati. 7. Gaya motivatif, yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informasi
mengenai ide-idenya, program-program, dan kebijakan-kebijakan kepada bawahan sehingga bawahan mau merealisasikan semua ide, program, dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemimpin.
8. Gaya naratif, yaitu pemimpin yang bergaya naratif merupakan pemimpin yang banyak bicara namun tidak disesuaikan dengan apa yang ia kerjakan, atau dengan kata lain pemimpin yang banyak bicara sedikit bekerja.
9. Gaya edukatif, yaitu pemimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada bawahan, sehingga bawahan menjadi memiliki wawasan dan pengalaman yang lebih baik dari hari ke hari. Sehingga seorang pemimpin yang bergaya edukatif takkan pernah menghalangi bawahan yang ingin mengembangan pendidikan dan keterampilan.
(37)
10. Gaya retrogresif, yaitu pemimpin tidak suka melihat maju, apalagi melebihi dirinya. Untuk itu pemimpin yang bergaya retrogresif selalu menghalangi bawahannya untuk mengembangkan pengetahua dan keterampilan. Sehingga dengan kata lain, pemimpin yang bergaya retrogresif sangat senang melihat bawahannya selalu terbelakang, bodoh, dan sebagainya.
Sehubungan dengan permasalahan yang diteliti yaitu dalam usaha meningkatkan prestasi kerja pegawai, maka Penulis membatasi hanya membahas gaya partisipatif, gaya motivatif, dan gaya edukatif. Gaya ini menetapkan bahwa keberhasilan pemimpin yaitu jika berorientasi pada bawahan dan mendasarkan pada komunikasi. Gaya partisipatif, pemimpin berusaha untuk mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap pegawai mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi/jabatan masing-masing secara terkendali dan terarah berupa kerjasama, musyawarah, dan sebagainya. Gaya motivatif, sehubungan dengan upaya pimpinan dalam mengaktifkan pegawaianya dalam segala kegiatan organisasi; dalam hal ini pemimpin berupaya menciptakan kegairahan kerja pegawai, agar mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan dan tujuan organisasi. Sementara gaya edukatif, pemimpin berusaha memperhatikan bawahannya sebagai manusia yang bermartabat, maka pemimpin melakukan pengembangan kualitas SDM pegawainya yang juga merupakan salah satu bentuk motivasi yang diberikan pimpinan kepada pegawainya, yaitu dengan cara memberikan pendidikan atau
(38)
pelatihan kepada bawahannya dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi pegawai dan juga dalam upaya memenuhi kebutuhan pegawainya dalam hal peningkatan karir.
2. Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
Keberhasilan dari organisasi sangat ditentukan oleh Prestasi Kerja Pegawai. Dengan demikian maka pembinaan Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai. Dalam hal ini prestasi kerja menurut Nainggolan ialah “hasil yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya”. Menurut Hasibuan ( 2008 : 94) menyatakan bahwa:
“Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas–tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan , pengalaman, dan kesungguhan serta waktu”.
Mangkunegara (2002 : 33) menyatakan:
“Prestasi kerja dari kata job performance atau actual performance adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Maier dalam As’ad (2001 : 63) menjelaskan bahwa:
“Kriteria ukuran prestasi kerja adalah : kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi, dan keselamatan dalam menjalankan
(39)
pekerjaan. Dimensi mana yang penting adalah berbeda antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain”.
Menurut Heidjrahman dan Husnan (2002 : 188):
“Prestasi kerja dapat ditafsirkan sebagai arti pentingnya suatu pekerjaan, tingkat keterampilan yang diperlukan, kemajuan dan tingkat penyelesaian suatu pekerjaan.
Sehubungan dengan pernyataan tersebut diatas, Soetomo berpendapat bahwa : a. Prestasi Kerja adalah hasil yang dicapai oleh seorang Pegawai Negeri Sipil
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
b. Pada umumnya prestasi kerja dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan, pengalaman dan kesungguhan Pegawai Negeri Sipil.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil pasal 1 ayat 3, prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap PNS pada satuan organisasi sesuai dengan sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil ialah hasil kerja yang dicapai oleh Pegawai Negeri Sipil dalam melakukan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna serta dapat meningkatkan status pegawai yang bersangkutan. Adapun ukuran prestasi kerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaan menurut Dharma meliputi :
(40)
a. Kuantitas yaitu jumlah yang harus diselesaikan b. Kualitas yaitu mutu dihasilkan
c. Ketepatan waktu yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Kemudian agar menjamin obyektifitas prestasi kerja pegawai, perlu diadakan penilaian pelaksanaan pekerjaan dari para pegawai dalam suatu unit organisasi. Penilaian pelaksanaan pekerjaan menurut Moekijat adalah merupakan “Suatu proses penilaian individu mengenai pelaksanaan pekerjaannya di tempat kerja untuk memperoleh kemajuan secara sistematis”. Berdasarkan pernyataan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa menilai prestasi kerja seorang pegawai adalah membandingkan hasil pekerjaan dengan standar yang telah ditentukan organisasi mengenai baik dan tidaknya hasil pekerjaan yang telah dicapai oleh pegawai tersebut. Untuk itu penilaian prestasi kerja seseorang pegawai pada prinsipnya dapat dilihat dari tingkat kemajuan yang telah dicapai.
Tingkat kemajuan tersebut dapat dilihat dari sasaran kerja pegawai (SKP), sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Berkaitan dengan hal itu Mussanef menyatakan bahwa tujuan penilaian prestasi kerja pegawai adalah :
a. Untuk memperoleh bahan pertimbangan yang objektif dalam pembinaan pegawai.
b. Sebagai bahan pertimbangan kenaikan pangkat, penempatan dalam jabatan, pemindahan, kenaikan gaji berkala dan lain-lain.
(41)
3. Fungsi Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Suatu organisasi akan berhasil atau gagal ditentukan oleh pimpinan, sebab pemimpinlah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan suatu pekerjaan; berarti mendudukkan posisi pemimpin suatu organisasi pada posisi yang terpenting. Kepemimpinan seorang Camat akan berlangsung secara efektif bilamana mampu memenuhi dan menjalankan fungsinya. Seorang Camat harus mampu menganalisa situasi sosial unit kerja yang dipimpinnya, yang dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemimpinannya dengan kerja sama dan bantuan para pegawainya. Kerja sama yang dijalin oleh Camat dengan para pegawainya, dengan sendirinya akan menumbuhkan semangat kerja pegawainya yang menunjang pada peningkatan prestasi kerja pegawai dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya setiap hari.
Berdasarkan teori fungsi kepemimpinan yang telah dikemukakan oleh Penulis dalam penelitian ini, maka sehubungan dengan permasalahan yang diteliti yaitu fungsi kepemimpinan dalam meningkatkan prestasi kerja pegawai, maka Penulis hanya membahas fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi (1992) sebagai berikut :
1. Fungsi Instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya kepada pegawainya. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan perintah, bagaimana cara mengerjakan perintah tersebut, bilamana pelaksanaan dan pelaporan atas perintah tersebut, dan dimana tempat
(42)
mengerjakan perintah itu; agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Fungsi instruktif ini berarti juga keputusan pimpinan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannya menjadi instruksi atau perintah; dan perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Maka intinya adalah kepemimpinan memerlukan kemampuan untuk menggerakkan orang agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkannya. Perintah yang jelas dari segi kepemimpinan berarti sebagai perwujudan proses bimbingan dan pengarahan yang dapat meningkatkan prestasi kerja pegawai dalam pencapaian tujuan organisasi.
2. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, dimana dalam pelaksanaannya bergantung kepada pimpinan. Dalam menetapkan suatu keputusan, seorang pemimpin sangat memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya untuk berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi dimaksud dapat berlangsung secara terbatas, hanya dilakukan kepada orang-orang tertentu saja; misalnya kepada kepala seksi atau sekretaris kecamatan yang menurut Camat mempunyai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Selain itu, konsultasi yang dilakukan oleh pemimpin adalah untuk mendengarkan pendapat atau saran dari para pegawainya, apabila suatu keputusan yang direncanakannya ditetapkan. Kemudian konsultasi dapat juga dilakukan melalui pertemuan-pertemuan dengan sebagian besar atau semua pegawainya bahkan dengan masyarakat yang
(43)
berperan sebagai stakeholder, jika keputusan yang ditetapkan sifatnya sangat prinsipiil (penting) dan menyangkut kepada masyarakat. Adapun yang menjadi tujuan dari konsultasi yang dilakukan oleh pimpinan adalah untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back), yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Namun dilain kesempatan, konsultasi dapat juga dilakukan dari pegawai kepada pimpinannya, baik secara perorangan maupun kelompok (perbidang/seksi). Konsultasi dimaksud dalam memberikan saran atau pendapat sebelum atau sesudah keputusan ditetapkan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif ini, maka diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya. Pemimpin harus meyakinkan dirinya bahwa dari siapapun juga, dapat diperoleh gagasan, saran, aspirasi, dan pendapat yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinannya.
3. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini berwujud dalam pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan pegawainya. Dalam menjalankan fungsi ini, pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap pegawai memperoleh kesempatan untuk
(44)
berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi/jabatan masing-masing secara terkendali dan terarah berupa kerja sama, dan tidak mencampuri atau mengambil tugas orang lain. Sehubungan dengan itu, musyawarah menjadi sangat penting; sebab musyawarah merupakan kesempatan berpartisipasi dalam melaksanakan berbagai program organisasi.
4. Fungsi Delegasi
Fungsi ini memberikan pelimpahan wewenang dalam membuat dan menetapkan suatu keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang-orang yang dipercayainya; karena fungsi delegasi pada prinsipnya bersumber dari adanya kepercayaan dari pimpinan kepada pegawainya yang dinilai dapat dipercaya dan pegawai yang menerima delegasi tersebut juga harus mampu memelihara kepercayaan itu dan melaksanakannya dengan tanggung jawab. Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan organisasi tidak mungkin diwujudkan pimpinan itu sendiri. Sehubungan dengan itu, musyawarah dan konsultasi ikut berperan terutama dalam memberikan kesempatan bagi para penerima delegasi agar selalu berorientasi kepada kebijaksanaan umum dari pimpinan; dan juga bagi si penerima delegasi apabila harus membuat keputusan yang sifatnya prinsipiil. Dalam organisasi, seorang pemimpin akan melimpahkan sebagian
(45)
wewenang (delegasinya) dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi dari bawahannya. Dimana aspirasi tersebut tidak saja berkenaan dengan tugas-tugas yang akan didelegasikan, tetapi juga mengenai orangnya yang seharusnya dipilih yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kepentingan pegawainya.
5. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa pemimpin yang sukses adalah yang mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Maka fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui :
a. Kegiatan bimbingan dan pengarahan yang dilakukan selama kegiatan organisasi berlangsung, adalah sifat pengawasan preventif, artinya pemimpin berusaha mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan setiap unit atau perorangan dalam melaksanakan volume dan beban kerjanya atau perintah dari pimpinannya. Dalam hal ini, pengendalian dilakukan dengan cara mencegah para pegawai berfikir dan berbuat sesuatu yang cenderung akan merugikan kepentingan bersama.
b. Kegiatan koordinasi bermaksud untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan yang saling menunjang dan saling mengisi antar setiap unit atau secara perorangan. Koordinasi dilakukan untuk mencegah suatu kegiatan dikerjakan oleh banyak unit atau perseorangan secara terpisah. Artinya, koordinasi diperlukan untuk mencegah adanya tumpang tindih dalam
(46)
mengerjakan suatu kegiatan. Fungsi koordinasi harus meluruskan porsi kegiatan masing-masing dan porsi mana yang memerlukan kerja sama. Dengan demikian fungsi kepemimpinan akan berdampak dalam meningkatkan prestasi kerja pegawainya.
c. Kegiatan pengawasan (control) dilakukan terhadap pelaksanaan volume dan beban kerja atau perintah pimpinan. Pengawasan dilakukan sebagai kegiatan preventif, sebagaimana telah dikemukakan di atas. Di samping itu, pengawasan dapat juga dilakukan sebagai kegiatan kuratif, yang bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kekeliruan atau kesalahan yang sudah terjadi. Pengawasan kuratif dilakukan setelah kegiatan selesai dilaksanakan, baik berupa pengawasan langsung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan dan pemantauan terhadap kegiatan anggota yang sedang berlangsung yang dilaksanakan oleh pemimpin sendiri. Pengawasan tidak langsung dilakukan pemimpin dari jarak jaih melalui laporan-laporan yang disampaikan anggota dalam melaksanakan tugas-tugas pokok atau perintah pimpinan. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan sebagai kegiatan pengawasan melekat, tidak saja mengendalikan pelaksanaan program kerja, keputusan, dan instruksi pemimpin; tetapi juga terhadap perwujudan tugas-tugas rutin dan kemampuan mentaati etika organisasi. Pengawasan sebagai kegiatan pengendalian akan berpengaruh positif bagi perwujudan kepemimpinan dalam rangka meningkatkan prestasi dan
(47)
kualitas pegawainya, yang terlihat pada ketersediaan dan kesungguhan anggota dalam memperbaiki kekeliruan atau kesalahan yang ditemui.
F. Defenisi Konsep
Menurut Singarimbun (2006 : 33), konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka definisi konsep yang dikemukakan penulis adalah :
1. Fungsi kepemimpinan adalah memacu, menuntun dan membimbing, membangun dan memberi atau membangun motivasi-motivasi kerja, mengendalikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberi supervisi/pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan rencana (Kartono, 2005),
(48)
2. Kepemimpinan diartikan sebagai usaha yang terorganisasi untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia, materiil, finansial, guna mencapai tujuan yang ditetapkan (Zainun, 1979).
3. Prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil ialah hasil kerja yang dicapai oleh Pegawai Negeri Sipil dalam melakukan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna serta dapat meningkatkan status pegawai yang bersangkutan.
G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Berisi tentang bentuk penelitian, objek penelitian dan waktu penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
Berisi mengenai gambaran umum tentang objek penelitian, berupa sejarah, visi, misi, tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi.
(49)
BAB IV PENYAJIAN DATA
Berisi penyajian data-data (hasil penelitian) yang diperoleh dari lapangan.
BAB V ANALISIS DATA
Berisi tentang analisis dan pembahasan dari data-data yang disajikan dan diperoleh setelah melakukan penelitian.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diberikan oleh Penulis yang bersumber dari hasil analisa penulis terhadap data yang diperoleh selama penelitian.
(50)
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Hamidi (2005:14), penelitian kualitatif lebih menggunakan perspektif emik, yaitu peneliti mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa, pandangan para informan. Ciri pokok dari penelitian deskriptif adalah memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual dan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya dan diiringi dengan interpretasi rasional (Nawawi, 1993:140). Dalam tradisi penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan berfikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berfikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisanya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin, 2007:6).
Dengan bentuk kualitatif deskriptif ini, diharapkan dapat memberikan gambaran dengan jelas mengenai Fungsi Kepemimpinan Dalam Meningkatkan
(51)
Prestasi Kerja Pegawai di Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.
B. Objek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Jl. Sidikalang Km 2.5 Desa Sirisirisi Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.
C. Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, prosedur terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan). Subjek penelitian akan menjadi informan dan akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan Penulis selama proses penelitian. Informan penelitian meliputi informan kunci (key informan) dan informan biasa. Informan kunci (key informan) adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Sedangkan informan biasa adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan.
Maka dalam penelitian ini, yang menjadi informan kunci (key informan) adalah Asisten I Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, yang diwakili oleh Kepala Bagian Tata Pemerintahan. Kemudian informan utama adalah Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan,
(52)
dan informan tambahan adalah pegawai yang bekerja di Kantor Camat Doloksanggul, dan masyarakat Doloksanggul.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan data. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
a. Wawancara (interview), adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama (Burngin, 2007:108). Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut :
Kamera : berfungsi untuk dokumentasi mengenai aktivitas atau kegiatan pegawai Kantor Camat Doloksanggul dan dokumentasi fisik Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.
(53)
b. Pengamatan (observasi) tidak terstruktur, yaitu observasi dilakukan tanpa menggunakan guide (pedoman) observasi (Burngin, 2007 : 116).
2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
a. Studi dokumenter, yaitu metode yang digunakan untuk menelusuri data historis yang relevan dengan objek penelitian, misalnya menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian.
b. Studi kepustakaan, yaitu memperoleh data yang relevan melalui buku-buku, karya ilmiah serta pendapat dari para ahli yang memiliki relevansi terhadap masalah yang diteliti.
E. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu suatu metode analisa data dengan menjelaskan dan menjabarkan permasalahan yang diteliti kemudian menganalisa hasil penelitian yang ada di lapangan untuk dapat dirumuskan dalam suatu kesimpulan.
F. Metode Penyajian Data.
Data yang telah terkumpul kemudian di olah serta di susun secara sistematis, setelah itu akan disajikan atau di paparkan dalam bentuk skripsi.
(54)
BAB III
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Humbang Hasundutan 1. Luas Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan
Luas wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan adalah 251.765,93 Ha dan luas danau adalah 1.494,91 Ha. Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan, 153 (seratus lima puluh tiga) desa, dan 1 (satu) kelurahan. Adapun 10 kecamatan tersebut adalah kecamatan Pakkat, kecamatan Onanganjang, kecamatan Sijamapolang, kecamatan Lintongnihuta, kecamatan Paranginan, kecamatan Doloksanggul, kecamatan Pollung, kecamatan Parlilitan, kecamatan Tarabintang dan kecamatan Baktiraja.
2. Keadaan Geografi
Secara Astronomi Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada garis 2°1ʹ - 2°28ʹ Lintang Utara, dan 98°10° - 98°58ʹ Bujur Timur. Berdasarkan posisi
geografisnya, memiliki batas :
• Sebelah Utara : Kabupaten Samosir • Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara • Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah • Sebelah Barat : Kabupaten Pakpak Bharat
(55)
B. Gambaran Umum Kecamatan Doloksanggul 1. Sejarah Singkat Kecamatan Doloksanggul
Dasar terbentuknya kecamatan adalah Undang-undang Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara RI Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1992). Kecamatan Doloksanggul adalah salah satu dari 10 (sepuluh) kecamatan yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan, dan merupakan ibukota dari Kabupaten Humbang Hasundutan. Kecamatan Doloksanggul terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) Desa dan 1 (satu) kelurahan masing-masing sebagai berikut :
Tabel 1 Kecamatan Doloksanggul Berdasarkan Jumlah Dusun/Lingkungan
NO DESA/ KELURAHAN JUMLAH DUSUN/
LINGKUNGAN 1. KELURAHAN PASAR
DOLOKSANGGUL
VIII
2. SILEANG IV
3. PURBA MANALU III
4. PASARIBU VI
5. SIMARIGUNG III
6. SAMPEAN II
7. SILAGALAGA III
8. SOSORGONTING III
9. SOSORTAMBOK II
10. PURBA DOLOK III
11. LUMBAN TOBING II
12. SIHITE-I III
(56)
14. HUTABAGASAN III
15. MATITI-I III
16. MATITI-II III
17. PARIKSINOMBA III
18. JANJI II
19. SIMANGARONSANG IV
20. SIRISIRISI III
21. PAKKAT III
22. AEKLUNG IV
23. HUTARAJA III
24. LUMBAN PURBA III
25. SAITNIHUTA IV
26. BONANIONAN III
27. HUTAGURGUR IV
28. SOSORTOLONG SIHITE-III III
Sumber : Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan 2014
2. Luas Wilayah dan Keadaan Geografis Kecamatan Doloksanggul Adapun mengenai batas administrasi Kecamatan Doloksanggul adalah sebagai berikut :
• Sebelah Timur : Desa Siponjot (Silaban) Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan;
• Sebelah Selatan : Desa Hutatinggi, Sirang Gitgit Kecamatan Parmonangan Kab. Tapanuli Utara
• Sebelah Barat : Desa Sibuluan Kecamatan Onanganjang Kabupaten Humbang Hasundutan
(57)
• Sebelah Utara : Desa Marade, Sipituhuta, Aeknauli I, Aeknauli II Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.
Luas Kecamatan Doloksanggul adalah 20.930 Ha, terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) Desa, 1 (satu) Kelurahan dan 85 (delapan puluh lima ) Dusun. Desa yang memiliki Luas wilayah administratif terbesar adalah Desa Sampean memiliki luas 1.470 Ha, sedangkan desa/ kelurahan dengan luas terkecil adalah Kelurahan Pasar Doloksanggul memiliki luas 120 Ha dari luas Kecamatan Doloksanggul. Tabel 2 Luas Wilayah Kecamatan Doloksanggul
NO DESA/ KELURAHAN LUAS WILAYAH
(Ha)
1. KELURAHAN PASAR DOLOKSANGGUL 120
2. SILEANG 1.220
3. PURBA MANALU 1.240
4. PASARIBU 250
5. SIMARIGUNG 1.230
6. SAMPEAN 1.470
7. SILAGALAGA 700
8. SOSORGONTING 830
9. SOSORTAMBOK 600
10. PURBA DOLOK 1.150
11. LUMBAN TOBING 220
12. SIHITE-I 150
13. SIHITE-II 1.400
14. HUTABAGASAN 800
15. MATITI-I 640
16. MATITI-II 840
(58)
18. JANJI 180
19. SIMANGARONSANG 640
20. SIRISIRISI 480
21. PAKKAT 720
22. AEKLUNG 860
23. HUTARAJA 1.110
24. LUMBAN PURBA 860
25. SAITNIHUTA 1.060
26. BONANIONAN 180
27. HUTAGURGUR 1.240
28. SOSORTOLONG SIHITE-III 500
JUMLAH 20.930
Sumber : Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan 2014
3. Kondisi Topografi dan Bentuk Wilayah
Topografi lahan baik lahan sawah maupun darat rata-rata datar. Kecamatan Doloksanggul merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 1000- 1200 diatas permukaan laut.
4. Kondisi Iklim dan Cuaca
Kondisi iklim yang terdapat di Kecamatan Doloksanggul adalah iklim Tropis dan memiliki musim hujan dan musim kemarau. suhu udara Kecamatan Doloksanggul pada umumnya dingin.
(59)
5. Keadaan Demografi / Kependudukan
a. Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Jumlah Penyebaran penduduk dapat menunjukan tingkat kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan Doloksanggul. Kepadatan penduduk di Kecamatan Doloksanggul adalah 47.774 (Jiwa/Ha) dan berdasarkan luas desa, Jumlah kepadatan penduduk tertinggi berada di Kelurahan Pasar Doloksanggul yaitu 5.924 (Jiwa/Ha) sedangkan jumlah kepadatan terendah berada di Desa Sosortolong Sihite-III yaitu 265 (Jiwa/Ha).
Tabel 3 Distribusi dan Kepadatan Penduduk per Desa
NO DESA/ KELURAHAN LUAS
(Ha)
Jumlah Penduduk (Jiwa) 1. KELURAHAN PASAR
DOLOKSANGGUL
120 5.927
2. SILEANG 1.220 1.826
3. PURBA MANALU 1.240 1.968
4. PASARIBU 250 2.943
5. SIMARIGUNG 1.230 950
6. SAMPEAN 1.470 533
7. SILAGALAGA 700 1.257
8. SOSORGONTING 830 1.779
9. SOSORTAMBOK 600 547
10. PURBA DOLOK 1.150 1.998
11. LUMBAN TOBING 220 813
12. SIHITE-I 150 1.243
13. SIHITE-II 1.400 1.185
14. HUTABAGASAN 800 2.256
(60)
16. MATITI-II 840 1.687
17. PARIKSINOMBA 740 1.064
18. JANJI 180 790
19. SIMANGARONSANG 640 2.067
20. SIRISIRISI 480 2.227
21. PAKKAT 720 1.745
22. AEKLUNG 860 1.587
23. HUTARAJA 1.110 1.535
24. LUMBAN PURBA 860 1.420
25. SAITNIHUTA 1.060 2.399
26. BONANIONAN 180 1.826
27. HUTAGURGUR 1.240 1.961
28. SOSORTOLONG SIHITE-III 500 505
Sumber : Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tabel 4 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Desa
NO DESA/ KELURAHAN Laki-laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa) 1. KELURAHAN PASAR
DOLOKSANGGUL
3218 3.433 6651
2. SILEANG 937 889 1.826
3. PURBA MANALU 985 983 1.968
4. PASARIBU 1.477 1.466 2.943
5. SIMARIGUNG 389 561 950
6. SAMPEAN 268 256 524
7. SILAGALAGA 532 725 1.257
8. SOSORGONTING 947 832 1.779
9. SOSORTAMBOK 274 273 547
10. PURBA DOLOK 1.011 987 1.998
11. LUMBAN TOBING 396 417 813
(61)
13. SIHITE-II 483 635 1.118
14. HUTABAGASAN 1.116 1.140 2.256
15. MATITI-I 985 994 1.979
16. MATITI-II 859 828 1.687
17. PARIKSINOMBA 565 499 1.064
18. JANJI 374 416 790
19. SIMANGARONSANG 1.003 1.064 2.067
20. SIRISIRISI 1.119 1.200 2.319
21. PAKKAT 884 861 1.745
22. AEKLUNG 792 783 1.575
23. HUTARAJA 634 901 1.535
24. LUMBAN PURBA 746 707 1.453
25. SAITNIHUTA 1.169 1.204 2.373
26. BONANIONAN 892 934 1.826
27. HUTAGURGUR 1.018 934 1.961
28. SOSORTOLONG SIHITE-III
249 256 505
Jumlah 23.925 24818 48.743
Sumber : Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan 2014
b. Struktur Penduduk Menurut Agama
Struktur penduduk di Kecamatan Doloksanggul menganut berbagai macam agama, diantaranya terdapat pemeluk agama Islam, Katolik, Protestan,. Kecamatan Doloksanggul memiliki penduduk dengan mayoritas pemeluk agama Kristen dengan Jumlah 45.494 Jiwa.
(62)
Tabel 5 Struktur Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Doloksanggul
NO DESA/
KELURAHAN Islam Katolik Protestan
Hindu/ Budha
Jumlah (Jiwa) 1. KELURAHAN
PASAR
DOLOKSANGG UL
171 285 6195 - 6651
2. SILEANG - 17 1809 - 1826
3. PURBA MANALU
15 14 1939 - 1968
4. PASARIBU 21 560 2362 - 2943
5. SIMARIGUNG 4 383 563 - 950
6. SAMPEAN 6 - 518 - 524
7. SILAGALAGA - - 1257 - 1257
8. SOSORGONTIN G
- 8 1771 - 1779
9. SOSORTAMBO K
- - 547 - 547
10. PURBA DOLOK 13 11 1974 - 1998
11. LUMBAN TOBING
7 9 797 - 813
12. SIHITE-I - 27 1216 1. 1243
13. SIHITE-II 345 5 768 - 1118
14. HUTABAGASA N
54 8 2194 - 2256
15. MATITI-I 42 112 1825 - 1979
16. MATITI-II 91 80 1516 - 1687
17. PARIKSINOMB A
(63)
18. JANJI 790 - 790 19. SIMANGARONS
ANG
6 19 2042 - 2067
20. SIRISIRISI 101 53 2165 - 2319
21. PAKKAT 4 120 1621 - 1745
22. AEKLUNG 3 154 1418 - 1575
23. HUTARAJA - 150 1385 - 1535
24. LUMBAN PURBA
- 40 1413 - 1453
25. SAITNIHUTA - 75 2298 - 2373
26. BONANIONAN 57 103 1666 - 1826
27. HUTAGURGUR 35 38 1888 - 1961
28. SOSORTOLONG SIHITE-III
- - 505 - 505
Jumlah 987 2271 45.494 - -
Sumber : Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan 2014
6. Kegiatan Perekonomian
Faktor Utama yang dapat mendukung penduduk dan memberdayakan masing-masing individu untuk dapat berempat tinggal di suatu wilayah adalah dari kegiatan perekonomiannya. Dengan perkataan lain, keberadaan penduduk di suatu wilayah baik perkotaan maupun pedesaan dimungkinkan dengan adanya pekerjaan dan tenaga kerja di wilayah yang bersangkutan. Dengan demikian terdapat keterkaitan yang erat antara tingkat perekonomian dengan tingkat populasi di suatu wilayah. Kegiatan perekonomian yang terdapat di Kecamatan Doloksanggul antara lain terdapat kegiatan pertanian, perindustrian, jasa dan perdagangan, perkoperasian, perternakan dan perikanan. Selanjutnya akan dibahas
(64)
mengenai kegiatan perekonomian yang terdapat di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.
7. Kegiatan Pertanian
Kegiatan pertanian di Kecamatan Doloksanggul didukung oleh tersedianya lahan pertanian dan juga jaringan irigasi yang merupakan bagian dari aktifitas pertanian. Sektor pertanian memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi masyarakat Kecamatan Doloksanggul khususnya yang bertani dan memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi daerah Kabupaten Humbang Hasundutan secara umum. Pertanian yang terdapat di Kecamatan Doloksanggul terdiri atas persawahan dan dataran kering. Kegiatan pertanian persawahan yang terdapat di Kecamatan Doloksanggul terbagi atas beberapa jenis menurut pemanfaatnya antara lain terdapat sawah ½ teknis, sawah irigasi non PU dan sawah tadah hujan. Kecamatan Doloksanggul memiliki luas sawah ½ teknis seluas 978 Ha dan desa terluas adalah Desa Purba Dolok yaitu 172 Ha, untuk sawah irigasi non PU Kecamatan Doloksanggul seluas 200 Ha dengan Desa terluas yaitu Desa Sihite II Luasnya 19 Ha dan untuk sawah tadah hujan luas yang dimiliki Kecamatan Doloksanggul adalah 402 Ha dengan Desa terluas adalah Desa Simangaronsang yaitu 47 Ha. Pada kegiatan pertanian untuk lahan kering menurut pemanfaatannya terdiri dari Tegal/ Kebun dengan Luas 4227 Ha, Lahan perkebunan luasnya 4135,75 Ha, pekarangan dan lain luasnya926,78 Ha. Kegiatan pertanian melalui adanya ketersediaan lahan pertanian yang terdapat di Kecamatan Doloksanggul di peroleh hasil produksi pertanian yang telah di
(65)
kerjakan oleh petani, adapun hasil Komoditi pertanian-nya antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi rambat, kacang-kacangan, sayur mayur dan buah-buahan.
8. Kegiatan Perindustrian
Kecamatan Doloksanggul terdapat sektor industri yang turut juga mendukung perekonomian Kecamatan Doloksanggul, adapun sektor industri yang terdapat di Kecamatan Doloksanggul terdiri dari industri besar, industri sedang dan industri kecil. Kegiatan industri yang dominan terdapat di Kecamatan Doloksanggul adalah Kerajinan Rumah Tangga.
C. Gambaran Pelayanan Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan
1. Visi Kecamatan Doloksanggul
Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai salah satu kecamatan dan 10 (sepuluh) kecamatan yang ada Kabupaten Humbang Hasundutan menetapkan visi sebagai berikut :
”Terwujudnya Penyelenggaraan Pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan serta pelayanan masyarakat yang prima, menuju masyarakat Kecamatan yang mandiri dan Sejahtera”.
Dalam visi tersebut di atas terkandung makna berkualitas dan aspiratif, maksudnya adalah :
(66)
Berkualitas
- Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakat di kecamatan dapat terlaksana dengan adanya kerjasama pemerintahan kecamatan dan masyarakatanya untuk ikut serta terlibat dalam pembangunan
Aspiratif
- Terdapatnya partisipasi para pelaku penyelengaraan pemerintahan desa dalam penjaringan aspirasi masyarakat dalam ikut serta terlibat untuk membangunan desanya. Terdapatnya partisipasi para pelaku penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam pengambilan keputusan.
2. Misi Kecamatan Doloksanggul
Misi adalah merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan guna mewujudkan visi. Adapun misi Kecamatan Doloksanggul adalah:
1. Meningkatkan kapasitas manajemen pemerintah dan kualitas aparatur Pemerintahan yang profesional;
2. Mewujudkan pelayanan publik yang profesional;
3. Mengupayakan terbangunannya hubungan yang makin sinergis antara pemerintah kecamatan doloksangul dengan masyarakat dalam kegitan pembangunan;
(67)
4. Mengwujudkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan;
5. Mendorong lahirnya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan;
6. Meningkatkan keamanan, ketentraman dan ketertiban Masyarakat.
3. Tujuan Kecamatan Doloksanggul
Dalam rangka pencapaian misi yang telah ditetapkan, maka tujuan kecamatan doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan adalah :
1. Meningkatkan kualitas aparatur pemerintahanan kecamatan yang profesional;
2. Meningkatkan kompensasi aparatur dan kinerja organisasi yang efisien dan efektif;
3. Meningkatkan keterpaduan pembangunan antar desa , antar sektor dan lembaga;
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mematuhi peraturan perundang-undangan;
5. Meningkatkan hubungan kerjasama antara uspika dalam menjaga keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat
4. Sasaran Kecamatan Doloksanggul
Adapun sasaran untuk mewujudkan tujuan Kecamatan Kabupaten Humbang Hasundutan adalah sebagai berikut :
(68)
2. Tersusunnya program pembangunan desa yang tepat dan akurat; 3. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan; 4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksana pembangunan;
5. Tersedianya aparatur kecamatan sesuai kompetensi dan yang profesional.
5. Struktur Organisasi Kantor Camat Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan
1. Camat Doloksanggul
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan pada Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan, Camat mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan dan Pembinaan Kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah Kecamatan. Namun sebagian tugas Camat dapat dilimpahkan kepada Lurah/ Kepala Desa. Dalam melaksanakan tugasnya, Camat juga berfungsi untuk meyelenggarakan tugas Pemerintahan, Pembangunan dan Pembinaan kehidupan kemasyarakatan, antara lain:
1. Pelaksanaan pelimpahan sebagian kewenangan Pemerintahan dari Kabupaten;
2. Pelayanan penyelenggaraan Pemerintah Kecamatan; 3. Penyelenggaraan tugas-tugas Pemerintahan Umum ; 4. Pembinaan Pemerintah Desa dan kelurahan;
(1)
Thoha, Mifta. 1995. Kepemimpinan Dalam Manajemen, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Widodo. 2006. Manajemen Kepegawaian II. Kanisius. Yogyakarta.
Winardi. 2000. Kepemimpinan dan manajemen. PT Rineka Cipta. Jakarta.
E-Jurnal :
file:///D:/SKRIPSI/CONTOH%20SKRIPSI/55861006200911301.pdf (Dina Pipin Suryanto. Motivasi Pemimpin Dalam Meningkatkan Produktifitas Kerja Pegawai Di Kantor Satuan Kerja Monumen Pers Nasional Surakarta Tahun 2006. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2007); diakses pada bulan Desemeber 2014.
file:///D:/SKRIPSI/CONTOH%20SKRIPSI/Upaya-Badan-Kepegawaian-Daerah- dalam__meningkatkan-prestasi-kerja-Pegawai-Negeri-Sipil-_-studi-di-Kantor-PEMKOT-Malang.pdf (diakses tanggal 3 Maret 2015).
file:///D:/SKRIPSI/CONTOH%20SKRIPSI/kepemimpinan%20camat.pdf (diakses tanggal 05 Maret 2015).
(diakses tanggal 28 Maret 2015).
(2)
Perundang-Undangan dan Peraturan :
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Bupati Humbang Hasundutan Nomor 38 Tahun 2006 Tentang Pelimpahan Kewenangan Bupati Kepada Camat.
(3)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Interview Guide
(4)
STRUKTUR ORGANISASI KANTOR CAMAT DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
CAMAT
SEKRETARIS CAMAT
Kepala Sub Bagian Umum Kepala Sub Bagian Keuangan Kelompok Jabatan
Fungsional : Pertanian
(5)
(6)