BOD COD NH Kualitas Kimia Perairan Marina 1. pH dan Alkalinitas

buangan yang memerlukan oksigen. Hal ini menyebabkan terhambatnya regenerasi oksigen karena terjadi konsumsi oksigen oleh mikroorganisme untuk merombak bahan buangan yang memerlukan oksigen. Faktor lain yang diduga menjadi penyebab rendahnya nilai oksigen terlarut adalah suhu rata-rata Perairan Marina yang relatif tinggi yaitu pada stasiun 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar 29.83 o C, 33.50 o C dan 30.50 o C. Tingginya suhu di Perairan Marina, tidak lepas dari pengaruh pemanasan global. Barnabe dan Quet 1997 menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan suhu rata-rata tahunan laut global sebesar 0.75 o Ctahun dengan peningkatan maksimum sebesar 2.2 o Ctahun. Peningkatan tersebut bersumber dari sejumlah aktivitas manusia yang menghasilkan emisi-emisi seperti CO 2 dengan peningkatan 30 dalam kurun waktu 10 tahun, chlorofluoro carbon CFC 25, bahkan methana mencapai 100. Data-data tersebut dicatat pada periode tahun 1983-1993.

4.4.3. BOD

5 Nilai BOD 5 rata-rata Perairan Marina di stasiun 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar 4.15 mgL, 4.49 mgL dan 4.65 mgL, dengan demikian nilai BOD 5 pada Perairan Marina masih memenuhi kriteria baku mutu untuk kehidupan biota laut, bahkan jauh di bawah ambang batas yang ditentukan yaitu 20 mgL Kep.Men.LH. No. 51 tahun 2004. Meskipun demikian tetap harus diwaspadai karena sesungguhnya nilai-nilai BOD 5 yang diperoleh telah mendekati ambang tercemar, bila mengacu pada baku mutu UNESCOWHOUNEP 1992 yaitu tidak lebih dari 6.0 mgL. Hasil ini juga dapat bermakna adanya kemungkinan dominasi bahan-bahan pencemar toksik di Perairan Marina yang dapat menghambat aktivitas mikroba perombak bahan organik. Menurut Effendi 2003 pada perairan yang banyak mengandung bahan-bahan toksik dapat mengakibatkan nilai BOD 5 yang diperoleh kurang akurat karena bahan-bahan toksik yang terdapat dalam sampel air dapat menghambat bahkan mematikan mikroorganisme perombak bahan organik.

4.4.4. COD

Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan nilai COD rata-rata Perairan Marina di stasiun 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar 302.71 mgL, 303.93 mgL dan 309.32 mgL. Nilai-nilai tersebut tidak saja telah melampaui baku mutu yaitu 200 mgL UNESCOWHOUNEP, 1992, namun juga jauh lebih besar dari nilai COD hasil pemantauan kualitas Perairan Teluk Jakarta secara umum yang berkisar antara 28.88 - 38.46 mgL Aboejowono, 2000, kemudian pada tahun 2004 nilai COD Teluk Jakarta berkisar antara 60.19 - 114.56 mgL, dan untuk Marina sebesar 66.02 mgL BPLHD, 2004. Hasil ini memberikan gambaran bahwa Perairan Marina telah tercemar khususnya oleh limbah organik dengan kecenderungan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi tersebut juga mengindikasikan bahwa bahan pencemar di Perairan Marina diduga didominasi oleh bahan organik yang sifatnya sulit terdegradasi seperti selulosa, fenol, polisakarida , lignin, benzene dan bahan-bahan lainnya.

4.4.5. NH

3 dan NO 3 - Konsentrasi amoniak NH 3 di Perairan Marina berkisar antara 0.143 - 0.478 mgL. Kisaran nilai tersebut pada beberapa titik pengamatan Lampiran 2 belum melampaui baku mutu bila mengacu kepada Kep.Men.LH No. 51 tahun 2004 yaitu 0.3 mgL, namun tetap harus diwaspadai karena bila mengacu pada ketentuan badan dunia UNESCOWHOUNEP, 1992 yaitu 0.005 - 0.025 mgL, maka nilai NH 3 Perairan Marina telah jauh melampaui baku mutu. Kandungan amoniak di Perairan Marina diduga berasal dari sejumlah aktivitas antropogenik seperti industri, domestik serta kegiatan pertanian. Goldman Horne 1983 menyatakan bahwa sumber NH 3 di perairan berasal dari proses difusi udara atmosfer limbah industri, domestik dan pertanian yang masuk ke badan perairan melalui erosi tanah. Sedangkan Kennish 1997 menambahkan bahwa selain dari kegiatan domestik dan pertanian sumber amoniak juga berasal dari pemecahan nitrogen organik protein dan urea dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air hasil dekomposisi bahan organik tumbuhan dan biota air yang mati. Selain itu limbah aktivitas metabolisme biota akuatik berupa tinja juga mengeluarkan amonia. BPLHD 2004 menyebutkan bahwa kadar NH 3 di sepanjang Teluk Jakarta berasal dari daratan melalui pupuk limbah pertanian maupun berasal dari limbah domestik berupa sampah organik yang mengalami proses pembusukan. Kandungan nitrogen dalam bentuk nitrat NO 3 - pada stasiun 1, 2 dan 3 adalah 0.146 mgL, 0.168 mgL dan 0.211 mgL. Hasil pengukuran di ketiga stasiun tersebut telah melampaui baku mutu menurut Kep.Men.LH. No. 51 tahun 2004 yaitu 0.008 mgL. Nilai konsentrasi nitrat pada penelitian ini juga relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil pemantauan BPLHD 2004 yaitu kandungan nitrat di Muara Marina sebesar 0.100 mgL. Hasil tersebut menggambarkan bahwa Perairan Marina telah tercemar oleh nitrat, meskipun nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di perairan dan sebagai nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga, namun kadar nitrat yang tinggi 0.2 mgL berpotensi mengakibatkan terjadinya eutrofikasi pengayaan perairan Effendi, 2003. Goldmen dan Horne 1983 menyatakan bahwa nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik, namun konsumsi air yang mengandung kadar nitrat yang tinggi akan menurunkan kapasitas darah untuk mengikat oksigen.

4.4.6. PO