2004 menyebutkan bahwa kadar NH
3
di sepanjang Teluk Jakarta berasal dari daratan melalui pupuk limbah pertanian maupun berasal dari limbah domestik
berupa sampah organik yang mengalami proses pembusukan. Kandungan nitrogen dalam bentuk nitrat NO
3 -
pada stasiun 1, 2 dan 3 adalah 0.146 mgL, 0.168 mgL dan 0.211 mgL. Hasil pengukuran di ketiga
stasiun tersebut telah melampaui baku mutu menurut Kep.Men.LH. No. 51 tahun 2004 yaitu 0.008 mgL. Nilai konsentrasi nitrat pada penelitian ini juga relatif
lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil pemantauan BPLHD 2004 yaitu kandungan nitrat di Muara Marina sebesar 0.100 mgL. Hasil tersebut
menggambarkan bahwa Perairan Marina telah tercemar oleh nitrat, meskipun nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di perairan dan sebagai nutrien utama
bagi pertumbuhan tanaman dan alga, namun kadar nitrat yang tinggi 0.2 mgL berpotensi mengakibatkan terjadinya eutrofikasi pengayaan perairan Effendi,
2003. Goldmen dan Horne 1983 menyatakan bahwa nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik, namun konsumsi air yang mengandung kadar nitrat
yang tinggi akan menurunkan kapasitas darah untuk mengikat oksigen.
4.4.6. PO
4 3-
Konsentrasi posfat rata-rata pada stasiun 1, 2 dan 3 Perairan Marina masing-masing sebesar 0.202 mgL, 0.098 mgL dan 0.09 mgL. Kadar PO
4 3-
pada ketiga stasiun tersebut bila dibandingkan dengan baku mutu
UNESCOWHOUNEP 1992 yaitu 0.005 - 0.020 mgL dan Kep.Men.LH. No. 51 tahun 2004
≤ 0.015, maka kadar PO
4 3-
pada setiap titik pengamatan telah melampaui batas toleransi untuk kehidupan biota laut, dengan kata lain Perairan
Marina telah tercemar fosfat. Keberadaan posfat di perairan biasanya relatif kecil, bahkan lebih sedikit daripada kadar nitrogen, karena sumber posfat lebih sedikit
dibandingkan dengan sumber nitrogen di perairan Effendi, 2003. Meskipun demikian, kandungan posfat akan meningkat bila mendapatkan masukan dari luar
antropogenik Kennish, 1992. Hal inilah yang diduga menjadi penyebab tingginya kandungan posfor di Perairan Marina. Kennish 1992 melaporkan
bahwa sumber antropogenik Posfor berasal dari limbah industri dan domestik khususnya detergen. Limpasan air dari daerah pertanian yang menggunakan
pupuk saat terjadi erosi juga memberikan kontribusi cukup besar bagi keberadaan posfor di perairan.
4.4.7. Logam Pb dan Cd
Kandungan logam berat dalam air laut secara alami umumnya kecil, tetapi apabila dijumpai kadar logam yang tinggi, berarti telah terjadi pencemaran.
Pencemaran kadar logam berat di perairan pantai lebih banyak disebabkan oleh kegiatan manusia di daratan sekitarnya dan biasanya berasal dari limbah industri.
Kandungan logam berat yang diamati pada Perairan Marina adalah timbal Pb dan kadmium Cd.
Nilai rata-rata konsentrasi timbal pada stasiun 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah 0.92 mgL, 0.108 mgL dan 0.129 mgL. Nilai tersebut telah jauh
melampaui baku mutu yang diperkenankan. Batas maksimal kandungan logam Pb untuk biota laut yang tertuang dalam Kep.Men.LH. No. 51 tahun 2004 yaitu 0.01
mgL, dengan demikian Perairan Marina telah tercemar oleh timbal. Tingginya konsentrasi Pb di Perairan Marina diduga kuat berasal dari air buangan industri.
Konsentrasi unsur Pb yang masuk ke perairan bersumber dari aktivitas manusia, terutama dari limbah industri, perkotaan dan pertanian Sumadhiharga, 1995.
Mulyono 2000 melaporkan hasil penelitiannya bahwa Pb merupakan logam berat dengan konsentarsi paling tinggi yang terdapat pada ikan di Teluk Jakarta.
Hal ini terjadi karena Pb tidak hanya berasal dari daratan, namun juga dari udara melalui hasil pembakaran kendaraan bermotor. Emisi Pb terutama berasal dari
buangan gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasil samping dari pembakaran yang terjadi
dalam mesin-mesin kendaraan. Timbal sebagai hasil samping dari pembakaran ini berasal dari senyawa tetrametil-Pb dan tetraetil-Pb yang selalu ditambahkan
dalam bahan bakar kendaraan bermotor dan berfungsi sebagai anti ketuk anti- knock
pada mesin-mesin kendaraan. Timbal pada lapisan udara dalam bentuk tetraetil
-Pb akan terurai membentuk trietil-Pb, dietil-Pb dan monoetil-Pb. Semua senyawa uraian dari tetraetil-Pb tersebut sulit larut dalam minyak, namun dapat
larut dengan baik dalam air dan Pb dari udara dapat masuk ke badan perairan terutama melalui bantuan air hujan Palar, 2004.
Logam berat kadmium Cd yang terdeteksi di Perairan Marina di stasiun 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah 0.057 mgL, 0.001 mgL dan 0.017 mgL, seperti
halnya logam timbal, maka konsentrasi kadmium juga telah melewati ambang batas yang diperbolehkan untuk mendukung kehidupan biota laut yaitu antara
0.001 mgL Kep.Men.LH. No. 51 tahun 2004. Kondisi ini memperlihatkan bahwa Perairan Marina telah tercemar oleh logam Cd, terutama pada muara yang
terindikasi dari nilai Cd di stasiun 1 tertinggi dibandingkan stasiun 2 dan 3. Hal ini disebabkan muara merupakan pintu dari aliran sungai yang menuju ke laut
sebagai pembawa pencemar Cd. Sumber pencemar Cd ini diduga berasal dari limbah domestik yang mengalir melalui sungai terutama Kali Ciliwung. Logam
Cd sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti sebagai bahan pewarna dalam industri plastik, elektroplanting, fotografi dan penggunaan
lainnya.
4.5. Kualitas Biologi Perairan Marina 4.5.1. Komposisi Jenis dan Kepadatan Makrozoobenthos