yang dihubungkan dengan istilah kapasitas asimilasi yaitu kemampuan perairan dalam memulihkan diri secara alamiah terhadap bahan asing Kennish, 1991.
Indikasi telah terlampauinya kapasitas asimilasi yang terjadi di Perairan Marina ditunjukkan oleh sejumlah data fisik perairan seperti warna perairan keruh
dan bercorak gelap, kandungan logam berat tinggi, juga didukung fakta terjadinya kasus kematian massal ikan di Perairan Marina pada tahun 2004 hingga tahun
2005 lalu, bahkan kasus kematian ikan di kawasan Teluk Jakarta secara umum telah terjadi sejak tahun 1970-an. Sebelumnya BAPELDA DKI Jakarta telah
melakukan pemantauan di kawasan Teluk Jakarta secara umum, namun belum pernah dilakukan kajian khusus di kawasan Marina, sehingga melalui hasil
penelitian ini dapat diketahui kondisi Perairan Marina secara lebih detil. Hasil analisis kapasitas asimilasi beberapa parameter Perairan Marina disajikan pada
Tabel 8 berikut. Tabel 8. Kondisi kapasitas asimilasi Perairan Marina
Kapasitas asimilasi tonbulan Parameter Fungsi
y
1
Fungsi y
2
R
1 2
R
2 2
x
1
jarak 500 m x
2
jarak 1000 m TSS
BOD5 COD
NH
3
NO
3 -
PO
4 3-
Pb Cd
-0.0426x+30.794 -0.0599x+8.2588
0.0573x+44.632 0.0622x+0.0222
0.2539x+0.0807 0.0188x+0.156
0.0777x+0.0002 0.0638x+0.0015
0.0396x-0.6645 -0.0863x+10.074
0.0625x+26.486 0.0639x+0.0069
0.22354x+0.0196 -0.0107x+0.121
0.0938x-0.013 0.0495x-0.0005
0.90 0.25
0.99 0.99
0.94 0.28
1.00 0.99
0.99 0.51
0.98 0.99
0.95 0.34
1.00 0.99
206.432 37.709
2711.48 4.47
0.34 7.50
0.10 0.01
572.336 47.207
2776.22 4.59
0.05 9.91
0.09 0.03
Keterangan: Fungsi y
1
: kualitas perairan stasiun 2
Fungsi y
2
: kualitas perairan stasiun 3
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa kapasitas asimilasi Perairan Marina umumnya telah terlampaui, dari sejumlah parameter yang diuji hanya parameter
TSS dan BOD
5
yang kondisi kapasitas asimilasinya belum terlampaui.
4.8.1. TSS dan BOD
5
Penentuan kapasitas asimilasi untuk parameter TSS melalui fungsi y
1
= - 0.0426x+30.794 dengan R
2
= 0.90, dari fungsi ini didapatkan garis perpotogan hubungan beban pencemaran dan kualitas perairan dengan baku mutu, sehingga
didapat nilai kapasitas asimilasi sebesar 206.432 tonbulan. Berikutnya fungsi y
2
= 0.0396x-0.6645 R
2
= 0.99 diperoleh kapasitas asimilasi sebesar 572.336
tonbulan. Hasil penentuan kapasitas asimilasi disajikan pada Gambar 10, yang menunjukkan bahwa parameter TSS di Perairan Marina masih berada di bawah
kapasitas asimilasi. Hal ini berarti perairan masih mampu memulihkan diri terhadap limbah yang masuk ditinjau dari parameter TSS.
TSS
5 10
15 20
25 30
100 200
300 400
Beban TSS TonBulan K
o ns
e nt
ra s
i TS S
p pm
500 m 1000 m
Baku Mutu = 25 ppm
Gambar 10. Analisis regresi antara beban pencemar TSS di muara sungai dengan konsentrasinya di Perairan Marina.
Total suspended solid TSS dapat berasal dari buangan domestik
masyarakat, industri serta pertanian khususnya yang berada di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung. Perubahan fisik yang terjadi di daerah hulu Sungai Ciliwung
dengan bertambahnya kawasan pemukiman maupun pertanian dan menurunnya tutupan hutan, juga ikut mempengaruhi besarnya penggelontoran limbah ke
Perairan Marina. Namun demikian belum terlampauinya kapasitas asimilasi di Perairan Marina kemungkinan disebabkan oleh hidrodinamika perairan, terutama
proses penyebaran dan pengenceran. Bahan pencemar ketika memasuki perairan pesisir dan laut, akan menyebabkan polutan terdispersi, sedangkan pengenceran
dilution akan terjadi segera setelah limbah masuk ke perairan dan akan berakhir dengan pergerakan vertikal dalam badan air hingga mengendap di dasar laut
Benoit, 1971. Proses penyebaran di Perairan Marina diduga akan membawa bahan pencemar TSS menjauh dari kawasan masuknya limbah dan mempengaruhi
kualitas perairan khususnya parameter TSS. Dugaan ini didukung fakta bahwa hasil perhitungan nilai rata-rata TSS pada stasiun 1, stasiun 2 dan stasiun 3 Tabel
3 menunjukkan kecenderungan penurunan dengan semakin ke arah laut. Parameter lainnya yang menunjukkan belum terlampauinya kapasitas
asimilasi adalah BOD
5
Gambar 11. Persamaan regresi untuk BOD
5
yaitu y
1
= -
0.0599x+8.2588 R
2
= 0.25 dengan nilai kapasitas asimilasi sebesar 37.709 tonbulan, y
2
= -0.0863x+10.074 R
2
= 0.51 dengan nilai kapasitas asimilasi sebesar 47.207 tonbulan.
Sampel BOD
1 2
3 4
5 6
7
20 40
60 80
Beban BOD TonBulan K
o n
s en
tr as
i B O
D 5
p p
m
500 m 1000 m
Baku Mutu = 6 ppm
Gambar 11. Analisis regresi antara beban pencemar BOD
5
di muara sungai dengan konsentrasinya di Perairan Marina.
Berdasarkan Gambar 11 menunjukkan bahwa beban pencemar BOD
5
masih berada di bawah baku mutu. Hal ini diduga karena kemampuan metode penentuan BOD
5
yang hanya menggambarkan bahan organik yang dapat didekomposisi secara biologis biodegradable saja, seperti lemak, protein,
glukosa, ester dan lain sebagainya, sementara di Perairan Marina diduga terdapat banyak bahan organik yang sifatnya resisten terhadap degradasi biologis.
UNESCOWHOUNEP 1992 menyebutkan bahwa penentuan konsumsi oksigen oleh mikroba melalui parameter BOD
5
tidak dapat mendeteksi keberdaan bahan organik yang sifatnya resisten non biodegradable seperti selulosa, tanin, lignin,
fenol, polisakarida, benzena dan bahan lainnya. Metode yang cocok untuk mendeteksi pencemaran oleh bahan non biodegradable adalah COD, yang akan