Oksigen Terlarut DO Kualitas Kimia Perairan Marina 1. pH dan Alkalinitas

4.4.2. Oksigen Terlarut DO

Nilai rata-rata oksigen terlarut Perairan Marina pada stasiun 1, 2 dan 3, masing-masing sebesar 5.04 mgL, 5.30 mgL dan 5.94 mgL, sehingga dapat disimpulkan nilai oksigen terlarut pada ketiga stasiun relatif merata dengan kondisi belum melampaui baku mutu yang berlaku yaitu 5 mgL Kep.Men.LH. No. 51 tahun 2004. Menurut Kennish 1992 tetap terjaganya konsentrasi oksigen terlarut perairan laut karena faktor angin dan arus. Lebih lanjut dinyatakan kuatnya angin dan arus akan mempengaruhi kelarutan oksigen perairan, karena salah satu sumber oksigen berasal dari atmosfer. Tiupan angin akan menekan udara ke permukaan laut, sehingga difusi udara dari atmosfer ke permukaan laut berlangsung maksimal dan pada gilirannya dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut terutama pada lapisan permukaan. Konsentrasi oksigen perairan berasal dari dua sumber yaitu dari difusi udara dan proses fotosintesis tumbuhan air. Proses fotosintesis selain menghasilkan karbohidrat juga memproduksi oksigen. Meskipun demikian konsentrasi DO Perairan Marina tetap harus diwaspadai karena nilai hasil pengamatan di atas telah berada pada level menghawatirkan, dengan kata lain hampir mendekati baku mutu, bahkan bila mengacu kepada baku mutu badan dunia UNESCOWHOUNEP 1992 yaitu 5.6 - 9.0 mgL, maka DO pada stasiun 1 dan 2 telah dikategorikan tercemar. Kondisi tersebut menggambarkan minimnya kandungan oksigen terlarut di Perairan Marina. Faktor yang mempengaruhi rendahnya konsentrasi oksigen terlarut di Perairan Marina diduga ada kaitannya dengan melimpahnya limbah organik, terutama yang berasal dari masukan Sungai Ciliwung. Dugaan ini sejalan dengan temuan Michael, et al. 1993 yang melaporkan hasil penelitiannya bahwa konsentrasi oksigen di Chesapeake Bay 1 mgL sebagai dampak tingginya kandungan bahan organik perairan. Oksigen terlarut perairan dipengaruhi bahan organik yang terdapat di dalamnya karena mikroorganisme pengurai membutuhkan oksigen untuk perombakannya, sehingga ketersediaan oksigen perairan menjadi rendah. Kandungan limbah organik di Perairan Marina berasal dari aktivitas di sepanjang Kali Ciliwung, baik hulu maupun hilir sebagai sungai yang langsung mengalir ke Muara Marina. Buangan tanpa pengolahan terlebih dahulu akan menyumbangkan limbah dalam bentuk padatan tersuspensi dan bahan buangan yang memerlukan oksigen. Hal ini menyebabkan terhambatnya regenerasi oksigen karena terjadi konsumsi oksigen oleh mikroorganisme untuk merombak bahan buangan yang memerlukan oksigen. Faktor lain yang diduga menjadi penyebab rendahnya nilai oksigen terlarut adalah suhu rata-rata Perairan Marina yang relatif tinggi yaitu pada stasiun 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar 29.83 o C, 33.50 o C dan 30.50 o C. Tingginya suhu di Perairan Marina, tidak lepas dari pengaruh pemanasan global. Barnabe dan Quet 1997 menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan suhu rata-rata tahunan laut global sebesar 0.75 o Ctahun dengan peningkatan maksimum sebesar 2.2 o Ctahun. Peningkatan tersebut bersumber dari sejumlah aktivitas manusia yang menghasilkan emisi-emisi seperti CO 2 dengan peningkatan 30 dalam kurun waktu 10 tahun, chlorofluoro carbon CFC 25, bahkan methana mencapai 100. Data-data tersebut dicatat pada periode tahun 1983-1993.

4.4.3. BOD