Kekhalifahan Utuh Kekhalifahan Minus Negara Bangsa Kerajaan

165 Rujukan ulama untuk menetapkan bentuk kekhilafahan klasik sebagai bentuk yang otoritatif beranjak dari pemahaman nash Quran yang telah membicarakan tentang konsep kekhilafahan. Meskipun dalam pembicaraan nash merujuk secara umum bukan khusus pemerintahan akan tetapi terdapat dalam surah An-Nur 55 yang memberikan kemungkinan ijtihad : Alloh telah menjanjikan bagi orang-orang yang beriman dari antara kamu dan orang-orang yang mengerjakan kebajikan bahwa Alloh akan menjadikan mereka khalifah di muka bumi, sebagaimana Ia telah menjadikan khalifah pada orang- orang sebelum mereka, dan Alloh akan memantapkan bagi mereka itu agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan akan ditukar sesudah kekuatan mereka itu dengan keamanan. QS. An-Nur 55. Hal mana kemudian diperkuat dengan upaya untuk mengidentifikasi stuktur-struktur pendukung dengan memusatkan perhatian pada fungsi-funsi khalifah dan syarat-syarat yang mesti dipenuhinya, dan upaya tersebut didasarkan pada pesan-pesan pada ayat Quran dan rentang peristiwa sejarah Islam. 115 Dalam menformulasikan ide hasil kebangkitan adalah memapankan struktur kelembagaan yang memungkinkan terjaminnya pelaksanaaan syariah Islam. Dalam lintasan sejarah terdapat variasi: kekhalifahan utuh, kekhalifahan minus negara-bangsa, kerajaan, konfederasi, dan keimamahan. 116

1. Kekhalifahan Utuh

115 lihat Kalid Ibrahim Jindan, op.cit. hal. 121 116 lihat dalam Taufiq Asy-Syawi, Syura Bukan Demokrasi,Jakarta, Gema Insani Press, 1997 dan lihat pula John Obert Voll, Politik Islam: Keberlangsungan dan Perubangan , Yogyakarta, Titian Ilahi Press, 1997 166 Ide ini adalah sebagai sebuah upaya untuk menformat pemerintahan Islam seperti dalam lintasan sejarah khilafah. Yang mana difahami sebagai bentuk yang paling mendapat legitimasi historis. Ciri yang mengedepan adalah membangun kekuatan adikuasa super power yang mampu mengendalikan tata dunia menuju kemaslakhatan bersama. Pola kepemimpinan bersifat universal dan terstruktur, tidak terbatasi ruang dan waktu. Hal ini pernah terjadi dalam era keemasan Islam Klasik sampia penghujung abad 19, di Turki Utsmani.

2. Kekhalifahan Minus Negara Bangsa

Ide ini adalah sebagai sebuah upaya mendirikan kelembagaan di mana aturan syariah tetap dominan, meski bukan sebagai penentu utama. Tidak secara jelas syariah sebagai hukum tertinggi, tetapi syariah tetap mensemangati dalam skala tertentu. Rentang penerapan syariah dalam batas tertentu saja tidak secara menyeluruh. Berkuasa dan mengendalikan dalam batas wilayah tertentu. Hampir semua dunia Islam menggunakan pola ini.

3. Kerajaan

Ide ini sangat berdekatan dengan ide khalifah minus, tetapi dengan asumsi ada sekelompok tertentu karena ikatan tradisional berhak memimpin dan menjamin pelaksanaan syariah. Ciri yang mengedepan dalam pola ini adalah sebagai hasil pertarungan dengan kelompok internal dan sedikit bersinggungan oposan dengan kekuatan eksternal, atau malah sebagai bentukan atau mendapat rekognisi dari kekuatan eksternal barat. Berkuasa dan mengendali-kan dalam batas wilayah tertentu. Banyak diadopsi oleh negara Kesultanan dan kerajaan di Timur Tengah dengan pola non Konstituisonal dan sebagian di Asia Tenggara dengan Kesultanan konstitusional.

4. Konfederasi Kekhalifahan Baru