Mukhtie Fadjar, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi, Konstitusi

77 kesinambungan sejarah kenegaraan suatu negara, sehingga ada hal yang prinsip tidak boleh dirobah sekalipun zaman telah mengalami suatu perubahan. 12. Perihal Pembentukan Konstitusi. Konstitusi yang kokoh bagi sebuah constitutional state juga harus merupakan konstitusi yang legitimate , dalam arti proses pembuatannya harus secara demokratis , diterima dan di dukung sepenuhnya oleh seluruh komponen masyarakat dari berbagai aliran dan faham , aspirasi dan kepentingan. Haysom mengemukakan adanya empat cara proses pembuatan konstitusi yang demokratis yaitu: 53 1. by a democratically constituted assembly 2. by a democratically elected parliament 3. by popular referendum ; dan 4. by popularly supported constitutional commission Jika kita mengkaji asal-muasal konstitusi modern, Konstitusi- konstitusi itu, tanpa kecuali, dalam prakteknya disusun dan diterapkan karena rakyat ingin membuat permulaan yang baru, yang berkaitan dengan sistem pemerintahan mereka. Sebagaimana Austria, Hongaria atau Cekoslovakia setelah tahun 1918, komunitas- komunitas itu terbebas dari Kerajaan sebagai akibat dari sebuah peperangan dan sekarang bebas memerintah diri mereka sendiri; atau karena sebagaimana Perancis pada 1789 dan Uni Soviet pada 1917, sebuah Revolusi menghancurkan masa lalu dan rakyat menghendaki sebuah bentuk pemerintahan baru yang berdasarkan asas-asas baru atau karena, sebagaimana di Jerman setelah tahun 1918, kekalahan perang telah menghancurkan kelangsungan hidup pemerintah dan diperlukan sebuah permulaan yang baru setelah perang. Karena alasan yang sama, ingin memulai lagi dan paling tidak 53

A. Mukhtie Fadjar, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi, Konstitusi

Press: Jakarta, 2006, hlm: 35-38. 78 mereka menulis garis besar sistem ketatanegaraan yang mereka usulkan maka diperlukanlah sebuah Konstitusi. 54 Konstitusi-konstitusi itu dalam batas tertentu biasanya diberi status yang lebih tinggi sebagai kenyataan hukum daripada peraturan-peraturan hukum yang lain dari sistem ketatanegaraan. 55 Ketika didapati bahwa semua peraturan hukum yang dimaksudkan untuk mengatur ketatanegaraan secara hukum berposisi sejajar dengan hukum biasa atau disebut ordinary law, maka negara tersebut pada dasarnya tidak mempunyai konstitusi sama sekali. Banyak negara merasa perlu menempatkan konstitusi pada posisi lebih tinggi secara hukum daripada peraturan-peraturan hukum yang lain. Penjelasan singkat tentang fenomena ini ialah bahwa di banyak negara konstitusi dianggap sebagai instrumen yang digunakan untuk mengontrol pemerintahan, konstitusi muncul dari keyakinan akan pemerintahan yang dibatasi limited government . Seperti pembentukan konstitusi di Indonesia yang penuh dengan perjuangan mulai dari proses perancangannya hingga pengesahannya.yang dilakukan oleh BPUPKI Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia Bada penyelidik itulah yang k emudian membentuk ―hukum Dasar ‖, yang direncanakan diperuntukkan bagi negara Indonesia merdeka . Hukum Dasar hasil karya BPUPKI itu oleh sidang PPKI Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 18 Agustus 1945 dijadikan sebagai naskah Rancangan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia dan akhirnya disahkan oleh PPKI dan Undang-Undang Dasar 1945 itulah yang akhirnya menjadi konstitusi di negara kita. 56 Konstitusi yang tertua di dunia sebenarnya dari negara Amerika Serikat, konstitusi di negara tersebut lahir pada tahun 1787 setelah 54 K.C Wheare, Konstitusi-konstitusi Modern, Nusa Media: Bandung,1996, hlm: 10. 55 K.C Wheare, Konstitusi-konstitusi Modern, Ibid: 7-10. 56 Tauffiqurrohman Syahuri , Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, Kencana: Jakarta, 2011, hlm: 3-8. 79 terjadinya Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis bangsa Amerika menyatakan: „Kita bangsa Amerika….menobatkan dan menegakkan konstitusi ini bagi Amerika Serikat‟. Sejak saat itu praktek penyusunan dokumen tertulis yang berisi prinsip-prinsip organisasi kepemerintahan menjadi sangat lazim dan „konstitusi‟ pun mempunyai makna seperti ini. 57 Konstitusi membentuk institusi-institusi utama pemerintah , seperti legislatif,eksekutif,dan yudikatif, sedangkan penentuan komposisi dan cara pengangkatan lembaga-lembaga ini seringkali diserahkan pada hukum biasa ordinary law. Di banyak negara, cabang-cabang penting hukum perundangan seperti pengaturan pemilu,pembagian kekuasaan ,pembentukan departemen pemerintahan, tata laksana pengadilan, tidak ditetapkan, hanya diperlakukan dalam prinsip umum: cabang-cabang hukum konstitusional ini diatur oleh hukum biasa. Namun pada kenyataannya ada pula negara yang hingga saat ini tidak memiliki konstitusi contohnya saja negara Inggris , namun bukan berarti negara tersebut tidak berusaha membentuk suatu konstitusi di negaranya namun pada saat rakyat Inggris hendak membentuk suatu konstitusi di negaranya gagal di tengah perjalanannya . 13. Tujuan Pembentukan Konstitusi Lebih lanjut James Bryce, menyatakan terdapat tiga tujuan objectives dari pembentukan suatu konstitusi, yakni: 1. To establish and maintain a frame of government under which the work of the state can be effciently carried on, the aims of such a frame of government being on the one hand to associate the people with the government and on the other hand, to preserve public order, to avoid hasty decision and to maintain a tolerable continuity of policy” untuk membangun dan mempertahankan kerangka pemerintah di mana 57 K.C Wheare, Konstitusi-konstitusi Modern, Op cit: 4. 80 pekerjaan negara dapat dilaksanakan secara efisien pada, tujuan seperti kerangka pemerintah berada di satu sisi untuk mengasosiasikan masyarakat dengan pemerintah dan di sisi lain, untuk menjaga ketertiban umum, untuk menghindari keputusan terburu-buru dan untuk mempertahankan kelangsungan ditoleransi kebijakan; 2. To provide due security for the rights of the individual citizen as respects person, property, and opinion, so that he shall have nothing to fear from the executive of from the tyranny of an excited majority ‖ untuk memberikan keamanan karena hak-hak dari perseorangan warga negara sebagai pribadi, properti, dan pendapat, sehingga ia tidak perlu takut dari eksekutif tirani mayoritas; 3. To hold the state together, not only to prevent its disruption by the revolt or secession of a part of the nation, but to strengthen the cohesiveness of the country by creating good machinery for connecting the outlying parts with the center, and by appealing to every motive of interest and sentiment, that can leas all sections of the inhabitants to desire to remain united under on governments ‖ untuk memegang negara bersama-sama, tidak hanya untuk mencegah gangguan oleh pemberontakan atau pemisahan diri dari bagianbangsa, tetapi untuk memperkuat kekompakan negara dengan menciptakan mesin yang baik untuk menghubungkan bagian-bagian terpencil dengan pusat, dan dengan motif menarik bagi setiap kepentingan dan sentimen, yang semua bagian penduduk menginginkanuntuk tetap bersatu di bawah pemerintahan. Terjemah oleh Penulis. Merujuk pada beberapa pendapat tersebut diatas, tampaklah betapa pentingnya konstitusi bagi bangunan ketatanegaraan bagi suatu Negara. Karena konstitusi adalah dasar bagi landasan pijak dan arah kemana negara akan dibawa terutama dalam mewujudkan good government. Di kalangan para ahli hukum, pada umumnya dipahami bahwa hukum mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu 1. Keadilan justice, 2. Kepastian certainty atau zekerheid, dan 3. Kebergunaan utility. 81 Keadilan itu sepadan dengan keseimbangan balance, mizan dan kepatutan equity, serta kewajaran proportionality. Sedangkan, kepastian hukum terkait dengan ketertiban order dan ketenteraman. Sementara, kebergunaan diharapkan dapat menjamin bahwa semua nilai-nilai tersebut akan mewujudkan kedamaian hidup bersama. Oleh karena konstitusi itu sendiri adalah hukum yang dianggap paling tinggi tingkatannya, maka tujuan konstitusi sebagai hukum tertinggi itu juga untuk mencapai dan mewujudkan tujuan yang tertinggi. Tujuan yang dianggap tertinggi itu adalah: 1. Keadilan, 2. Ketertiban, dan 3. Perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan atau kebebasan dan kesejahteraan atau kemakmuran bersama, sebagaimana dirumuskan sebagai tujuan bernegara oleh para pendiri negara the founding fathers and mothers . Sehubungan dengan itulah maka beberapa sarjana merumuskan tujuan konstitusi itu seperti merumuskan tujuan negara, yaitu negara konstitusional, atau negara berkonstitusi. Menurut J. Barents, terdapat 3 tiga tujuan negara, yaitu 1. Untuk memelihara ketertiban dan ketenteraman, 2. Mempertahankan kekuasaan, dan 3. Mengurus hal-hal yang berkenaan dengan kepentingan-kepentingan umum. 58 Sedangkan, Maurice Hauriou menyatakan bahwa tujuan konstitusi adalah untuk menjaga keseimbangan antara 1. Ketertiban orde, 2. Kekuasaan gezag, dan 3. Kebebasan vrijheid. 59 58

J. Barents, De Wetenschap de Politiek, Een Terreinverkenning 1952, terjemahan