Akibat yang Ditimbulkan Diare Penatalaksanaan Diare

h. Bila terjadi asidosis metabolic, klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam kusmaul. Tabel 2.1. Simptom, Gejala Klinis dan Sifat Tinja Penderita Diare Akut karena Infeksi Usus Simtom dan Gejala Rota- virus E. Coli Entero- toxigenik E.Coli Entero- invasiv Salmonella Shigella V. Cholera Mual, muntah panas Sakit Gejala lain Sifat tinja: -Volume -Frekuensi Konsis- tensi - Mukus - Darah - Bau Warna Leukosit Sifat lain Dari permu- laan + Tenesm us Sedang Sampai 10lebi h Berair Jarang - - Hijau kuning - - - Kadang- kadang Sering distensi abdomen Banyak Sering Berair + - Bau tinja Tidak bewarna - + - Tenesmus, kolik Hipotensi Sedikit Sering Kental + + Tidak spesifik Hijau + + + Tenesmus, kolik,pusing Bakterimia,toks emia Sistemik Sedikit Sering Berlendir + Kadang-kadang Bau telur busuk Hijau + Jarang + Tenesmus Kolil, pusing, dapat ada kejang Sedikit Sering Sekali Kental Sering Sering Tidak berbau Hijau + Jarang - Kolik Sangat banyak Hampir terus menerus Berair Flacks Berbau anyir - Tinja seperti air cucian beras Sumber : Gray, dkk,1979 dalam P.O Asnil, dkk 2003

2.1.6. Akibat yang Ditimbulkan Diare

1. Kehilangan air dehidrasi Dehidrasi terjadi karena kehilangan air output lebih banyak dari pemasukan input, merupakan penyebab terjadinya kematian. 2. Gangguan keseimbangan asam basa metabolic asidosis Universitas Sumatera Utara Hal ini terjadi karena kehilangan Na - bicarbonate bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya norexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat Karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal terjadi oliguriaanuria dan terjadi pemindahan ion Na dari cairan extraseluler ke dalam cairan intraseluler. 3. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2-3 anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP, hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbs glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa menurun hingga 40 pada bayi dan 50 pada anak-anak. 4. Gangguan gizi Terjadi karena penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini menyebabkan oleh makanan yang sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan shock hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditangani klien akan segera meninggal. Universitas Sumatera Utara

2.1.7. Penatalaksanaan Diare

Menurut Depkes RI 2005, dalam Sembiring, 2014 penanggulangan diare antara lain: 1. Pengamatan intensif dan pelaksanaan SKD Sistem Kewaspadaan Dini Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data tentang jumlah penderita dan kematian serta penderita baru yang belum dilaporkan dengan melakukan pengumpulan data secara harian pada daerah fokus dan daerah sekitarnya yang diperkirakan mempunyai risiko tinggi terjangkitnya penyakit diare. Sedangkan pelaksanaan SKD merupakan salah satu kegiatan dari surveilance epidemiologi yang kegunaanya untuk mewaspadai gejala akan timbulnya KLB Kejadian Luar Biasa diare. 2. Penemuan kasus secara aktif Tindakan untuk menghindari terjadinya kematian di lapangan karena diare pada saat KLB di mana sebagian besar penderita berada dimasyarakat. 3. Pembentukan pusat rehidrasi Tempat untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan pada keadaan tertentu misalnya lokasi KLB jauh dari puskesmas atau rumah sakit. 4. Penyediaan logistik saat KLB Tersedianya segala sesuatu yang dibutuhkan oleh penderita pada saat terjadinya KLB diare. Universitas Sumatera Utara 5. Penyelidikan terjadinya KLB Kegiatan yang bertujuan untuk pemutusan mata rantai penularan dan intensif baik terhadap penderita maupun terhadap faktor risiko. 6. Pemutusan rantai penularan penyebab KLB Upaya pemutusan rantai penularan penyakit diare pada saat KLB diare meliputi peningkatan kualitas kesehatan lingkungan dan penyuluhan kesehatan. Menurut Kemenkes RI 2011 prosedur penatalaksanaa diare pada anak berdasarkan derajat dehidrasi, dimana dehidrasi dibagi menjadi 3 derajat, yaitu : 1. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A Pada keadaan ini, keadaan umum baik, sadar, mata tidak cekung, minum biasa, tidak haus, Cubitan kulit perutturgor kembali segera. Terapi A adalah sebagai berikut : a. Beri cairan lebih banyak dari biasanya b. Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan. c. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit cairan rumah tangga sebagai tambahan kuah sayur, air tajin, air matang, dsb d. Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit, Umur 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak, Umur 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak. Anak harus diberi Universitas Sumatera Utara 6 bungkus oralit 200 ml di rumah bila:Telah diobati dengan rencana Terapi B atau C, tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk, ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. e. Beri obat zinc f. Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti,Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.Umur 6 bulan diberi 10 mg 12 tablet per hari, Umur 6 bulan diberi 20 mg 1 tablet per hari. g. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi : a Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat b Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan c Beri makanan kaya Kalium seperti buah segar, pisang, air kelapa hijau. d Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil setiap 3-4 jam. e Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu. h. Antibiotik hanya diberikan jika perlu, misalnya pada disentri, kolera dll i. Nasihat untuk ibu pengasuh Universitas Sumatera Utara Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila : a Berak cair lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan dan minum sangat sedikit. b Timbul demam, berak berdarah, tidak membaik dalam 3 hari. 1. Diare dehidrasi Ringan Sedang terapi B a. Bila terdapat dua tanda atau lebih yaitu : Gelisah, rewel, mata cekung, ingin minum terus, ada rasa haus, Cubitan kulit pertuturgor kembali lambat. b. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama di sarana kesehatan oralit yang diberikan = 75 ml x berat badan anak., Bila berat badan tidak diketahui berikan oralit sesuai ketentuan di bawah ini: a Umur sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun b Berat Badan 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg c Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400 c. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah d. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI Untuk bayi 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit e. Beri obat zink selama 10 hari berturut-turut f. Amati anak dengan seksama dan bantulah ibu memberikan oralit: g. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan h. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas i. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah Universitas Sumatera Utara Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. j. Beri oralit sesuai rencana terapi A bila pembengkakan telah hilang Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak, menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana terapi A, B atau C untuk melanjutkan terapi. Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringansedang, ulangi rencana terapi B. k. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah. l. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C m. Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B n. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah o. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah p. Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah 2. Rencana terapi dehidrasi berat Terapi C a. Beri cairan Intravena segera. Ringer Laktat atau NaCl 0,9 bila RL tidak tersedia 100 mlkg BB, dibagi sebagai berikut: 1. Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba Universitas Sumatera Utara 2. Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat. Juga beri oralit 5 mlkgjam bila penderita bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam bayi atau 1-2 jam anak. 3. Berikan obat zinc selama 10 hari berturut-turut 4. Setelah 6 jam bayi atau 3 jam anak nilai lagi derajat dehidrasi. Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai A, B atau C untuk melanjutkan terapi. 5. Rujuk penderita untuk terapi Intravena. Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara memberikannya selama di perjalanan. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui Nasogastrik Orogastrik. Berikan sedikit demi sedikit, 20 mlkg BBjam selama 6 jam. Nilai setiap jam, Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat. 6. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi Intravena. 7. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai A, B atau C. 8. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml kg BBjam selama 6 jam. Nilai setiap 1-2 jam Bila muntah atau perut kembung, berikan cairan lebih lambat. 9. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk terapi Intravena. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai. Catatan: Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam, setelah Universitas Sumatera Utara rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi oralit, bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah Saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar.

2.1.8. Pencegahan Diare