BAB 5 PEMBAHASAN
Faktor-faktor yang terbukti sebagai faktor risiko diare pada balita adalah jamban keluarga, pengelolaan sampah, saluran pembuangan air limbah, konstruksi
fisik sumur, dan cuci tangan pakai sabun dan pengelolaan air bersih.
5.1. Pengaruh Faktor Karakteristik Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan karakterisitik responden berdasarkan pendidikan, pekerjaan, penghasilan terhadap
kejadian diare pada balita.
Pada penelitian ini dilakukan macthing pada umur dan jenis kelamin balita, dan menjadi responden adalah ibu dari balita dengan menggunakan karakteristik
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan keluarga. Pada balita faktor risiko terjadinya diare selain faktor intrinsik dan ekstrinsik
juga sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu atau pengasuh balita karena balita masih belum bisa menjaga dirinya sendiri dan sangat tergantung pada lingkungannya, jadi
apabila ibu balita atau pengasuh balita tidak bisa mengasuh balita dengan baik dan sehat maka kejadian diare pada balita tidak dapat dihindari. Variabel pendidikan
responden dikategorikan 2 tingkat pendidikan yaitu pendidikan tinggi SMA- Perguruan tinggi dan pendidikan dasar SD-SMP.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden paling banyak berpendidikan dasar SD- SMP yaitu pada kelompok kasus 60 sedangkan
78
Universitas Sumatera Utara
kelompok kontrol 55,7. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian diare pada balita dengan hasil OR = 1,192;dengan nilai p = 0,676 p 0,05. Tetapi
karena OR 1 maka pendidikan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kejadian diare pada balita atau benar-benar merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit. Asumsi peneliti kenapa pendidikan dalam penelitian ini tidak berhubungan karena walaupun pendidikan menentukan tingkat pengetahuan seseorang, akan tetapi
tidak semua pengetahuan di dapatkan dengan pendidikan formal, ada banyak sumber pengetahuan yang di dapat oleh ibu sebagai responden, baik itu dari televisi maupun
penyuluhan-penyuluhan saat posyandu . Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sembiring 2014 menemukan tingkat pendidikan menunjukkan tidak bermakna,
hanya sebagai faktor resiko yang bisa menyebabkan terjadinya diare pada balita. Responden penelitian paling banyak adalah mempunyai pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga yaitu sebanyak 99 orang responden 94,3 pada kelompok kasus 32 responden 91,4 dan pada kelompok kontrol 67 responden 95,7.Tidak ada
hubungan antara pekerjaan dengan kejadian diare pada balita dengan hasil OR = 0,155;dengan nilai p = 0,107 p 0,05. Tetapi karena OR 1 maka pekerjaan
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kejadian diare pada balita. Asumsi peneliti kenapa tidak berhubungan dalam penelitian ini karena rata-rata responden
adalah ibu rumah tangga yang mempunyai banyak waktu dirumah mengurus anaknya sehingga anak balitanya tidak diserahkan kepada orang lain untuk di asuh.
Jenis pekerjaan pada umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Bagi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya untuk diasuh
Universitas Sumatera Utara
oleh orang lain sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit diare terlebih pengasuh yang tidak berpengalaman dalam mengurus anak
balita sembiring 2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel pendapatan keluarga menurut
keterangan responden adalah penghasilan yang merupakan nilai rupiah dalam satu bulan didapat oleh responden berdasarkan UMP Sumatera Utara Tahun 2014 yaitu
responden paling banyak berpenghasilan ≤ UMP Rp. 1.505.850,00 pada kelompok
kasus 28 orang80,0 maupun kelompok kontrol 55 orang 78,6 . Tidak ada hubungan antara penghasilan dengan kejadian diare pada balita dengan hasil OR =
1,091; dengan nilai p = 0,865 p 0,05. Tetapi karena OR 1 maka hubungan antara penghasilan dengan kejadian diare pada balita adalalah merupakan faktor resiko
terjadinya kejadian diare pada balita atau benar-benar-benar merupakan faktor risiko terjadinya penyakit. Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi
frekuensi distribusi penyakit tertentu, termasuk didalamnya penyakit gastrointestinal akut, makin tinggi penghasilan seseorang makin baik akses terhadap pelayanan
kesehatan.
5.2. Pengaruh Faktor Jamban Keluarga terhadap Kejadian Diare pada Balita