3. Faktor-faktor yang meningkatkan terjadinya diare yaitu :
a. Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI Eksklusif lagi. Hal ini bisa
meningkatkan angka kesakitan, dan kematian karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap infeksi.
b. Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi. Pemakaian botol akan
meningkatkan resiko pencemaran kuman, dan susu akan terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat berkembang bila susu tidak segera
diminum. c.
Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan menyebabkan permukaan makanan akan kontak dengan peralatan makan yang merupakan
media yang sangat baik bagi perkembangan mikroba. d.
Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah buang air besar BAB akan memungkinkan kontaminasi langsung. berinteraksi dengan
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu
melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
2.1.4. Patofisiologi Diare
Pada orang sehat, makanan di cerna sehingga menjadi bubur chymus, kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim.
Setelah terjadi proses resorpsi, sisa chymus yang terdiri atas 90 air dan sisa-sisa makanan yang sulit di cernakan didorong masuk ke usus besar. Dengan bantuan
bakteri pengurai yang terdapat di usus besar sebagian besar sisa makanan masih dapat
Universitas Sumatera Utara
diserap dan air diresopsi kembali. Dengan demikian isi usus besar menjadi suatu massa yang padat, sedangkan pada diare, terjadi karena perjalanan chymus terlalu
cepat dan resorpsi air di dalam usus besar terganggu Dewi, 2012. Mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan
tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus. Ketiga, gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula. Selain itu diare juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin. Akibat toksin, terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare Wijayaningsih, 2013.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Patofisiologi Gastroenteritis Suratun dan Lusianah, 2010 2.1.5. Tanda dan Gejala Diare
Beberapa gejala dan tanda diare menurut Widoyono 2008 adalah : 1. Gejala umum
a. Buang air besar cair atau lembek dan sering
Bakteri virussebab lain dari gastroenteritis
Reaksi peradangan pada gaster dan usus
Bakteri produksi toksin
Toxin merusak mukosa usus nekrosis dan ulcerasi
Peningkatan sekresi mukus ke lumen usus
Peningkatan motilitas usus gangguan diare
Pengeluaran cairan dan Elektolit
DEHIDRASI
ASIDOSI METABOLIK HIPOKALEMIA
SYOK HIPOVOLEMIK
Universitas Sumatera Utara
b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut
c. Demam, dapat mendahului atau tidak di dahului gejala diare
d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis dan
bahkan gelisah. 3.
Gejala khusus a.
Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis b.
Disentiform tinja berlendir dan berdarah Sedangkan menurut Wijayaningsih 2013 manifestasi klinis diare adalah :
a. Mula-mula anak bayi gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang. b.
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat. e.
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas elastisistas kulit menurun, ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan. f.
Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah turun, pasien sangat lemas, kesadran menurun apatis, samnolen, sopora komatus sebagai
akibat hipovolemik g.
Diuresis berkurang oliguria sampai anuria
Universitas Sumatera Utara
h. Bila terjadi asidosis metabolic, klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam kusmaul.
Tabel 2.1. Simptom, Gejala Klinis dan Sifat Tinja Penderita Diare Akut karena Infeksi Usus
Simtom dan
Gejala Rota-
virus E. Coli
Entero- toxigenik
E.Coli Entero-
invasiv Salmonella
Shigella V. Cholera
Mual, muntah
panas Sakit
Gejala lain Sifat tinja:
-Volume -Frekuensi
Konsis- tensi
- Mukus - Darah
- Bau Warna
Leukosit Sifat lain
Dari permu-
laan + Tenesm
us Sedang
Sampai 10lebi
h Berair
Jarang -
- Hijau
kuning -
- -
Kadang- kadang
Sering distensi
abdomen Banyak
Sering Berair
+ -
Bau tinja Tidak
bewarna -
+ -
Tenesmus, kolik
Hipotensi Sedikit
Sering Kental
+ +
Tidak spesifik Hijau
+ +
+ Tenesmus,
kolik,pusing Bakterimia,toks
emia Sistemik
Sedikit Sering
Berlendir +
Kadang-kadang Bau telur busuk
Hijau +
Jarang +
Tenesmus Kolil,
pusing, dapat ada
kejang Sedikit
Sering Sekali
Kental Sering
Sering Tidak
berbau Hijau
+ Jarang
- Kolik
Sangat banyak
Hampir terus
menerus Berair
Flacks Berbau
anyir -
Tinja seperti air
cucian beras
Sumber : Gray, dkk,1979 dalam P.O Asnil, dkk 2003
2.1.6. Akibat yang Ditimbulkan Diare