Status Gizi Sarana Sanitasi

banyak terdapat pada penduduk golongan sosial ekonomi tinggi Budiarto dan Anggraeni, 2003.

2.2.2. Status Gizi

Konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang, Status gizi baik ataupun optimal itu terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi tubuh mengalami kekurangan atau lebih zat-zat esensial, status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah yang berlebihan., sehingga menimbulkan efek toksik yang membahayakan. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi bisa disebabkan faktor primer dan faktor sekunder. faktor primer terjadi bila susunan makanan seseorang salah dalam kualitas dan kuantititas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan kebiasaan makan yang salah dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai ke sel-sel tubuh setelah makanan di konsumsi, misalnya faktor-faktor yang menyebabkan gangguan pencernaan, seperti gigi geligi yang tidak baik, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim. Faktor – faktor yang mengganggu absorbsi zat-zat gizi adalah adanya parasit, penggunaaan obat laksancuci perut, faktor-faktor yang mempengaruhi ekskresi sehingga menyebabkan banyak kehilangan zat-zat gizi adalah banyak kencing polyuria , banyak keringat dan penggunaan obat. Universitas Sumatera Utara Akibat dari kurang gizi proses proses tubuh jadi terganggu, pertumbuhan terganggu, otot-otot jadi lembek dan rambut mudah rontok, kurangnya tenaga untuk bergerak, beraktivitas, malas, lemah dan produktivitas menurun. Daya tahan tubuh terhadap stress dan tekanan menurun, sisitim imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi, seperti batuk, pilek, dan diare. Pada anak- anak ini bisa membawa kematian Almatsier, 2009.

2.2.3. Sarana Sanitasi

1. Jamban keluarga Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Tinja atau kotoran manusia merupakan media tempat berkembang dan berinduknya bibit penyakit menular misal kuman bakteri, virus dan cacing. Apabila tinja dibuang disembarang tempat, misalnya kebun, kolam, sungai dll, maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan, dan akhirnya akan masuk kedalam tubuh manusia dan beresiko menimbulkan penyakit pada seseorang dan bahkan menjadi wabah penyakit pada masyarakat yang lebih luas. Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air besarkecil. Penggunaan jamban akan bermanfaat menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau. Jamban mencegah pencemaran sumber air yang ada disekitarnya. Jamban juga tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dpat menularkan Universitas Sumatera Utara diare, kolera, disentri, typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracunan. Syarat jamban yang sehat adalah sebagai berikut : 1 Tidak mencemari sumber air minum jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter 2 Tidak berbau 3 Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus 4 Tidak mencemari tanah sekitarnya 5 Mudah dibersihkan dan aman digunakan 6 Dilengkapi dinding dan atap pelindung 7 Penerangan dan ventilasi yang cukup 8 Lantai kedap air dan luas ruangan memadai 9 Tersedia air, sabun dan alat pembersih Rahmawati, 2011 Pembuangan tinja yang tidak saniter dapat menyebabkan penyebaran berbagai penyakit. Hal ini dimulai dari tinja yang terinfeksi mencemari air tanah atau air permukaan yang terkontaminasi bibit penyakit dari tinja, dan diminum manusia. Bisa juga tinja yang terinfeksi dihinggapi lalat atau kecoak, kemudian lalat atau kecoak merayap atau hinggap di makanan atau tempat meletakkan makanan seperti piring, sendok untuk makan Sutomo, dkk 2013. 2. Pengelolaan sampah Setiap keluarga harus mempunyai tempat pembuangan sampah agar sampah rumah tangga dapat dikelola lebih lanjut. Sampah dapat menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan rodent yang dapat menyebarkan penyakit atau bibit Universitas Sumatera Utara penyakit. Oleh kare itu sampah yang dihasilkan rumah tangga harus dikelola dengan baik, misalnya dengan membuat kompos dan 3 R: reuse, reduce, recycle mengurangi, memanfaatkan kembali, mendaur ulang misal dengan membuat pupuk kompos. Kuman dapat disebarkan oleh lalat, kecoa dan tikus yang memakan sisa-sisa makanan, kulit buah dan sayuran. Pemeliharaan kebersihan rumah tangga dan sekitarnya yang bebas dari tinja, sampah dan air limbah dapat membantu pencegahan penyakit seperti diare, demam berdarah dan malaria. Sampah padat yang tidak dikelola dengan baik , asal buang saja akan menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena sampah tersebut akan dapat menjadi sarang vektor-vektor penyakit Depkes, 2010. Menurut Mulia 2005 Limbah padat dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, terutama bila dalam limbah padat tersebut terdapat mikrooorganisme pahogen ataupun bahan berbahaya dan beracun. Disamping itu, proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan limbah padat biasanya menghasilkan gas - gas yang dapat mengganggu kesehatan, estetika. Penguraian limbah padat organik akan menghasilkan cairan yang disebut lindi. Lindi ini dapat menyerap zat-zat pencemar di sekitarnya, sehingga di dalam lindi bisa terdpat mikroba pathogen, logam berat, dan zat lainnya yang berbahaya. Lindi juga dapat menembus lapisan tanah dan mengakibatkan kontaminasi pada air tanah. Sebagai akibatnya akan terjadi gangguan kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsi air tersebut. Syarat-syarat tempat sampah adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat b. Tertutup untuk mencegah masuknya serangga c. Tidak bocor d. Disimpan 2-3 hari Suyono, 2012 3. Saluran pembuangan air limbah SPAL Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya. Umumnya mengandung bahan - bahan atau zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungan. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sarang vektor penyakit misalnya lalat, nyamuk, kecoa,dll Mulia 2005. Syarat - syarat saluran pembuangan air limbah SPAL yang baik adalah : Universitas Sumatera Utara a. Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban b. Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor c. Tidak boleh menimbulkan bau d. Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan e. Terhubung dengan saluran limbah umumgot atau sumur resapan Permenkes, RI 2014. 4. Konstruksi Fisik Sumur Menurut Chandra 2007, Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan maupun sumber air yang berasal dari resapan air hujan diatas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdpat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi- cuci - kakus MCK sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu sekali di perhatikan. Menurut Depkes RI 1992 persyaratan kesehatan sumur gali adalah sebagai berikut : 1. Lokasi a. Apabila sumber pencemaran terletak lebih tinggi dari sumur gali dan diperkirakan air tanah mengalir ke sumur gali, maka jarak ke sumur gali terhadap sumber pencemaran adalah 11 meter. b. Jika jarak sumber pencemaran sama lebih rendah dari sumur gali maka jarak minimal sumur gali terhadap sumber pencemaran adalah 9 meter. Universitas Sumatera Utara c. Sumber pencemaran adalah jamban, air kotorcomberan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak, dan sumber saluran resapan 2. Lantai Lantai harus kedap air minimal harus 1 meter dari sumur dan air kotor, mudah untuk dibersihkan, tidak menyebabkan genangan air, kemiringan minimal 1-5 ° 3. SPAL SPAL harus kedap air, tidak menimbulkan genangan air dan kemiringannya minimal 2° 4. Bibir sumur Bibir sumur minimal 80 cm dari lantai, bahan kuat dan kedap air 5. Dinding sumur Dinding sumur harus kedap air, secara vertikal, minimal 3 meter dari permukaan tanah. 6. Tutup sumur Jika pengambilan air dengan pompa tangan dan listrik sumur harus ditutup. 7. Timba ember tali Jika pengambilan dengan timba maka harus di sediakan timba khusus untuk mencegah pencemaran, timba harus di gantung dan tidak boleh di letakkan di lantai. Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Cuci Tangan Pakai Sabun