Hasil Uji RSM terhadap Nilai Triasilgliserol

39 asilgliserol akan mengendap sehingga secara mudah dapat dipisahkan dari pelarutnya dengan proses penyaringan. Fraksinasi dan kristalisasi campuran MDAG dilakukan dengan penambahan pelarut heksan dengan perbandingan rasio heksan:substrat berturut-turut H1, H2 dan H3. Ketiga perlakuan tersebut disimpan didalam refrigerator dengan suhu yang sama yaitu ±7 o C selama 16 – 18 jam, agar endapan MDAG dapat mengendap dengan baik. Menurut Kurniawan 2003, suhu 5 o C merupakan suhu yang baik untuk mendapatkan endapan MDAG yang optimum. Hasil penelitian menunjukan bahwa campuran heksan dan substrat dengan rasio H2 memberikan hasil endapan MDAG yang paling tinggi yaitu 83.39 dari pada rasio H1 70.96 dan rasio H3 79.46. Prosentase rendemen MDAG di atas dapat dilihat pada Gambar 16. Berdasarkan hasil penelitian ini, proses kristalisasi selanjutnya dilakukan dengan menggunakan pelarut heksan dengan rasio H2 64 66 68 70 72 74 76 78 80 82 84 R e nde m e n H1 H2 H3 Rasio Substrat:Heksan Gambar 16. Rendemen MDAG dari reaksi transesterifikasi dengan suhu T3, konsentrasi katalis 3 selama t2 dengan menggunakan heksan pada rasio yang berbeda

C. HASIL PENELITIAN UTAMA

a. Hasil Uji RSM terhadap Nilai Triasilgliserol

Tujuan reaksi transesterifikasi adalah untuk mendapatkan jumlah TAG yang minimal. Tingginya jumlah TAG menandakan bahwa proses 40 transesterifikasi yang terjadi kurang sempurna sehingga menurunkan jumlah MAG dan DAG yang ada didalam produk. Analisa data percobaan menunjukan bahwa model respon permukaan tanggap untuk triasilgliserol akan mencapai minimum pada saat menggunakan konsentrasi katalis C T , waktu reaksi t T dan suhu reaksi T T . Ketiga faktor tersebut akan menghasilkan jumlah TAG sebesar - 5.02. TAG dengan jumlah tersebut berada pada titik “stationary” minimal Hasil analisis statistik menunjukan bahwa model persamaan regresi untuk jumlah TAG minimal memiliki nilai koefisien korelasi r cukup besar, hal ini berarti hubungan ketiga faktor percobaan terhadap jumlah TAG yang dihasilkan cukup besar sehingga variabilitas data dapat dijelaskan oleh model. Hasil analisis statistik juga menunjukan bahwa model persamaan regresi untuk jumlah TAG minimal menunjukan tidak berbeda nyata untuk nilai α=10, sehingga model persamaan tersebut tidak bisa digunakan sebagai model dalam menentukan kondisi optimum. Kontur tiga dimensi dari kondisi perlakuan suhu reaksi, waktu reaksi, dan konsentrasi katalis terhadap jumlah TAG dapat dilihat pada Gambar 17 – 19. Pada saat konsentrasi katalis C T , kandungan TAG akan menurun seiring dengan meningkatnya waktu reaksi sampai mencapai waktu reaksi t T . Ketika waktu reaksi ditambah, kandungan TAG akan meningkat kembali. Seperti terlihat pada Gambar 17 dibawah ini. Gambar 17. Permukaan tanggap untuk Triasilgliserol pada penggunaan katalis C T 41 Gambar 18 menunjukan bahwa peningkatan suhu reaksi berpengaruh terhadap jumlah TAG dalam produk. Ketika waktu reaksi t T , peningkatan suhu reaksi dari T1 sampai T T akan menurunkan kandungan TAG dan jika suhu reaksi dinaikan lagi akan menaikan kandungan TAG. Gambar 18. Permukaan tanggap untuk Triasilgliserol pada waktu reaksi t T . Peningkatan penggunaan jumlah katalis pada batas tertentu dapat menurunkan jumlah TAG, penggunaan katalis yang berlebihan bisa meningkatkan kembali jumlah TAG dalam produk tersebut. Hal ini terlihat pada Gambar 19. Pada saat suhu reaksi T T , peningkatan jumlah katalis sampai C T menurunkan kandungan TAG dan jika katalis ditambahkan lagi jumlah TAG meningkat kembali. Gambar 19. Permukaan tanggap untuk Triasilgliserol pada suhu T T . 42

b. Hasil Uji RSM Terhadap Nilai Diasilgliserol