Tinjauan Penelitian Terdahulu Ristiani

milik negara. Istilah tersebut adalah Private Sector Participation PSP-Partisipasi Sektor Swasta atau Public Private Partnership PPP-Kemitraan Publik dan Swasta.

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu Ristiani

2005 dalam skripsinya membahas tentang Analisis Harga Pokok Air Bersih PDAM dan Respon Konsumen Terhadap Kebijakan Tarif Air Minum Studi Kasus di PDAM Kabupaten Bogor. Permasalahan yang dibahas, yaitu : 1 Bagaimana cara penghitungan harga pokok produksi di PDAM dan berapa harga pokok air minum yang dikelola oleh PDAM?; 2 Bagaimana kebijakan tarif yang diberlakukan oleh PDAM?; 3 Bagaimana respon pelanggan terhadap kebijakan tarif yang diberlakukan oleh PDAM?; serta 4 Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan konsumsi air PDAM oleh golongan rumah tangga? Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer adalah dengan melakukan wawancara para pelanggan dan pengisian kuesioner, dengan kelompok responden hanyalah golongan rumah tangga di Kabupaten Bogor. Pengambilan contoh secara stratified proportional random sampling yaitu pengambilan contoh secara proporsional menurut golongan tarif pelanggan rumah tangga PDAM Kabupaten Bogor. Analisis biaya produksi dilakukan untuk menghitung harga pokok dengan metode pembagian, yaitu membagi seluruh biaya produksi dengan banyaknya air PDAM yang dijual. Hasilnya yaitu besarnya harga pokok air PDAM pada tahun 1999 adalah Rp1034,16 sedangkan pada tahun 2003 mencapai Rp1914,55, yang hal ini berarti bahwa harga pokok air PDAM terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan mencapai dua kali lipat pada lima tahun terakhir. Sedangkan respon pelanggan rumah tangga sebagai konsumen air PDAM menunjukkan bahwa air PDAM memiliki nilai yang tinggi di mata konsumen atau disebut overestimate. PDAM Kabupaten Bogor melakukan diskriminasi harga terhadap konsumen dengan menerapkan konsep increasing block tariff. Pendugaan terhadap permintaan air menggunakan analisis regresi yang menunjukkan bahwa konsumsi air PDAM oleh pelanggan golongan rumah tangga di Kabupaten Bogor dipengaruhi oleh harga riil air PDAM, jumlah anggota keluarga, pendapatan rumah tangga, lama berlangganan air PDAM, penilaian terhadap kualitas air PDAM, golongan pelanggan, dan kepemilikan sumber air lain sebagai alternatif. Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel harga riil air PDAM, jumlah anggota keluarga, dan lama berlangganan air PDAM mempunyai pengaruh yang positif terhadap konsumsi air PDAM oleh golongan rumah tangga di Kabupaten Bogor. Sudrajat 1997 dalam tesisnya membahas tentang Analisis Ekonomi Pengelolaan Air PDAM di Kotamadya Pontianak Suatu Kajian Pengembangan Kebijaksanaan Ekonomi dalam Pengelolaan Sumberdaya Air. Tujuan dari penelitiannya adalah : 1 Mengetahui kondisi biaya-biaya produksi yang mempengaruhi PDAM sebagai suatu unit usaha; 2 Mengetahui kebijaksanaan tarif air yang dapat membantu kearah pemerataan distribusi air pada berbagai wilayah dan dapat mencerminkan keadilan, serta bagaimanakah respon konsumen pada masing-masing wilayah terhadap tarif air yang diberlakukan saat itu apakah underestimate atau overestimate; 3 Mengetahui fungsi konsumsi permintaan air PDAM dan peranan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masing-masing wilayah kecamatan Kotamadya Pontianak; dan 4 Mengetahui dampak keterbatasan sumberdaya air terhadap peluang pemilihan sumber air oleh rumah tangga di Kotamadya Pontianak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkat produksi perusahaan, biaya variabel rata-rata dan biaya marjinal semakin menurun dengan biaya marjinal selalu di bawah biaya variabel rata-rata. Hasil regresi konsumsi menunjukkan bahwa koefisien penduga peubah harga riil air nyata untuk seluruh kecamatan yang ada di Kotamadya Pontianak. Setiap kenaikan konsumsi akan menaikkan beban pembayaran bagi konsumen. Yang berarti bahwa PDAM melakukan diskriminasi harga dengan konsep increasing block rate structure. Hasil analisis respon terhadap konsumen terhadap tarif air menggunakan konsep willingness to pay dan ability to pay menunjukkan dua hasil, yaitu : 1 air PDAM memiliki nilai yang tinggi di mata konsumen overestimate; dan 2 surplus konsumen terkecil adalah kecamatan Pontianak Barat dan Kecamatan Pontianak Utara yang memiliki jarak yang jauh dari PDAM dan surplus konsumen terbesar diperoleh Kecamatan Pontianak Selatan dan Kecamatan Pontianak Timur yang jaraknya dekat dengan PDAM. Sudrajat menyimpulkan, karena supply air tidak merata maka supaya terdapat keadilan dalam pembayaran, kebijaksanaan diskriminasi tarif air yang diterapkan saat itu selain harus memasukkan unsur cross subsidies, increasing block rate marginal cost pricing, juga harus memasukkan lancar tidaknya supply air yang diberikan. Seharusnya lokasi-lokasi yang supply airnya tidak lancar struktur tarifnya lebih rendah dibandingkan dengan lokasi-lokasi yang supply airnya lancar. Ariestis 2004 dalam skripsinya membahas tentang Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dalam Kerangka Kebijakan Pra dan Pasca Privatisasi: Studi Kasus Pengelolaan Air oleh PAM Jaya, Jakarta. Tujuan dari penelitiannya yaitu: 1 Mengidentifikasi struktur produksi dan biaya pengelolaan air dalam kerangka kebijakan sebelum dan sesudah privatisasi; 2 Mengestimasi fungsi biaya pengelolan air bersih untuk melihat variabel-variabel yang mempengaruhinya secara ekonomi; dan 3 Mengetahui penetapan harga air PDAM untuk wilayah DKI Jakarta agar tidak memberatkan masyarakat pelanggan serta tidak merugikan PDAM sendiri. Analisis dilakukan dengan menggunakan model persamaan regresi linear, dilakukan analisis fungsi biaya pengelolaan air berdasarkan fungsi Cobb-Douglas yang ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma linear. Analisis penetapan harga air berdasarkan marginal cost pricing dilakukan melalui penurunan fungsi biaya pengelolaan air. Evaluasi finansial dilakukan melalui perhitungan tarif air berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 mengenai Petunjuk Pelaksanaan Pedoman Penetapan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum yang digunakan oleh PDAM. Data primer dilakukan melalui wawancara dengan pihak terkait serta data sekuder diperoleh dari dokumen tertulis yang ada di PAM Jaya dan instansi-instansi terkait lainnya. Hasil pendugaan fungsi biaya pengelolaan air PDAM DKI Jakarta menunjukkan bahwa biaya ekspansi, biaya variabel dan jumlah air yang diproduksi signifikan atau berpengaruh nyata dengan arah yang positif terhadap pembentukan total biaya pengelolaan air. Dampak penetapan harga air berdasarkan marginal cost pricing akan mengakibatkan kerugian bagi PDAM baik sebelum maupun setelah privatisasi. Hal ini disebabkan oleh harga air yang terbentuk berdasarkan analisis ini terlalu rendah disamping masih tingginya tingkat kebocoran air lebih dari 50. Evaluasi finansial terhadap susunan tarif air PDAM DKI Jakarta menunjukkan bahwa susunan tarif yang berlaku pada beberapa kelompok pelanggan jauh lebih rendah dari pada perhitungan tarif berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 mengenai Petunjuk Pelaksanaan Pedoman Penetapan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum yang digunakan PDAM. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah dalam menetapkan susunan tarif air yang berlaku dengan tujuan untuk meringankan beban kelompok pelanggan yang tidak mampu. Berdasarkan nilai perkembangan relatif produksi air, investasi yang ditanamkan oleh Palyja PAM Lyonnaise Jaya dan TPJ Thames PAM Jaya tidak seiring dengan peningkatan pengelolaan PDAM, dan juga bahwa investasi mitra swasta untuk meningkatkan pengelolaan air PDAM belum memberikan pengaruh yang besar dalam menanggulangi tingkat kebocoran dalam distribusi air kepada pelanggan. Dilihat dari hasil analisisnya, penetapan harga air baik secara ekonomi maupun secara finansial, belum dapat memberikan susunan tarif yang sesuai dengan kondisi masyarakat DKI Jakarta dan belum menutupi seluruh biaya pengelolaan air full cost recovery tersebut tetapi hanya untuk menutupi biaya variabel yang dikeluarkan. Nilai marginal cost yang digunakan diperoleh dari perhitungan perubahan nilai biaya total variabel dibandingkan dengan perubahan atau penambahan dari jumlah air bersih yang diproduksi. Oleh karena itu, nilai marginal cost tidak dapat menutupi seluruh biaya pengelolaan yang dikeluarkan karena tidak memasukkan biaya tetap dan biaya ekspansi yang juga dikeluarkan dalam pengelolaan air bersih. Di dalam penetapan harga air PDAM di wilayah DKI Jakarta masih diperlukan adanya campur tangan pemerintah, terutama dalam mempertahankan penggolongan harga air yang berbeda-beda bagi masyarakat pelanggan. Hal ini ditujukan agar tarif air yang berlaku tidak terlalu memberatkan bagi masyarakat ekonomi lemah.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka

Pemikiran Konseptual Struktur produksi dibangun atas komponen input yang digunakan untuk menghasilkan output. Perusahaan Daerah Air Minum yang hanya memproduksi satu jenis barang yaitu air bersih sebagai output. Sedangkan komponen input dapat dilihat berdasarkan tingkat biaya yang dikeluarkan, karena untuk memperoleh air baku PDAM harus membelinya dari pengelola waduk, begitu pula untuk komponen input lainnya PDAM harus membeli dari pemasok, karena itu input dalam hal ini dapat juga didefinisikan besar biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi air bersih serta jumlah air baku yang digunakan. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama melaksanakan proses produksi. Biaya input yang didefinisikan dalam buku Statistik Air Bersih yang dikeluarkan BPS adalah pengeluaran yang digunakan untuk pembelian bahan-bahan kimia, tenaga listrik, bahan bakar, alat-alat tulis dan kantor, onderdil, ongkos pemeliharaan dan perbaikan kecil prasarana produksi, sewa gedung dan mesin serta jasa-jasa lainnya. Menurut Hopkinsons dalam Suparmoko 1995 biaya produksi air bervariasi dalam tiga dimensi, yaitu jumlah pelanggan, kapasitas untuk menyediakan dalam arti kapasitas yang berbeda-beda untuk melayani daerah yang berbeda-beda dan jarak pengiriman atau penyerahan air ke tempat pemakai. Besar kecilnya biaya produksi yang dikeluarkan sangat mempengaruhi harga pokok yang akan ditetapkan oleh suatu perusahaan. Untuk perusahaan yang memproduksi satu jenis barang seperti PDAM, penetapan harga