1. Apabila MC AVC, maka nilai AVC menurun berarti jika kurva MC di
bawah kurva AVC, maka kurva AVC sedang menurun. 2.
Apabila MC AVC, maka nilai AVC akan semakin besar berarti jika kurva MC di atas AVC, maka kurva AVC sedang menaik.
2.5. Analisis Penerimaan PDAM
Tujuan dari suatu perusahaan untuk berproduksi adalah agar mendapatkan keuntungan dari hasil produksinya dengan memperhitungkan besar biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produk tersebut. Agar perusahaan dapat terus beroperasi maka
jumlah penerimaan yang diperoleh harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, atau paling tidak seimbang agar tidak mengalami kerugian.
Penerimaan bersih perusahaan dapat dilihat dari selisih antara hasil penjualan air dengan total biaya yang dikeluarkan. Penerimaan bersih atau
keuntungan perusahaan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : =
π TR – TC Dimana :
π = Keuntungan Rp TR
= Total Revenue
total penerimaan Rp TC
= Total Cost
total biaya Rp
2.6. Konsep Privatisasi
Barang publik
common goods yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak dikelola oleh pemerintah, termasuk diantaranya sumber daya air. Hal ini
bertujuan agar barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak tersebut tidak
dikuasai oleh satu pihak tertentu saja monopoli. Namun, dewasa ini kepemilikan sumber daya air sudah diswastakan dengan alasan banyaknya terjadi kebocoran
yang menyebabkan ketidakefisienan berupa berkurangnya pemasukan uang, yang berarti pengurangan laba, atau bahkan mengakibatkan kerugian. Atas dasar
pertimbangan tersebut pemerintah akhirnya mengeluarkan suatu kebijakan tentang privatisasi sumber daya air. Privatisasi merupakan kebijakan publik yang
didasarkan atas asumsi bahwa penyerahan pengelolaan pelayanan publik kepada sektor swasta ini akan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya Bastian,
2000. Menurut
Institut for Good Corporate Governance Studies IGCGS, 2003,
privatisasi adalah penyerahan kontrol efektif sebuah perseroan kepada manajer dan pemilik swasta yang biasanya terjadi apabila mayoritas saham perusahaan
dialihkan kepemilikannya kepada swasta. Privatisasi dapat membantu pembiayaan defisit anggaran yang diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan dunia
terhadap stabilitas perekonomian nasional. Pelaksanaan privatisasi memberikan dampak terhadap negara, konsumen, maupun terhadap para pegawai unit bisnis
yang diprivatisasi. Bagi negara, dengan adanya privatisasi, maka negara akan mendapat sejumlah dana dari hasil penjualan saham dan juga pinjaman dari IMF
untuk memperbaiki infrastruktur PDAM DKI Jakarta dengan pengajuan persyaratan pemerintah Indonesia harus melakukan privatisasi di bidang sumber
daya air. IMF mengemukakan alasan bahwa dengan adanya privatisasi maka akan membuat bergairahnya pasar modal dan dunia usaha dalam negeri. Bagi
konsumen, privatisasi diharapkan dapat menjadikan pengelolaan semakin
profesional, efektif dan transparan, sehingga dapat memberikan pelayanan lebih maksimal. Sedangkan bagi para pegawai unit implikasi negatif privatisasi adalah
pengurangan pegawai PHK. Tetapi hal ini dapat dihindari dengan adanya perjanjian penjualan perusahaan kepada pihak swasta yang menjamin tidak
adanya pengurangan pegawai dan melindungi kepentingan para pegawai IGCGS, 2003.
Tidak semua PDAM di Indonesia mengalami privatisasi, hanya beberapa PDAM besar yang melakukan privatisasi, diantaranya adalah PDAM DKI Jakarta
PAM Jaya yang melakukan kontrak kerjasama dalam bentuk konsesi yaitu penyerahan wewenang pengelolaan dan penyediaan air bersih untuk warga DKI
Jakarta menggunakan seluruh aset yang dimiliki oleh PAM Jaya dalam jangka waktu 25 tahun yang kepemilikan aset masih berada ditangan PAM Jaya dengan
Perusahaan Thames, yang sebelumnya merupakan perusahaan milik Inggris tetapi kini menjadi RWE di bawah kepemilikan Jerman, membentuk Thames PAM Jaya
TPJ. Kemudian dengan Perusahaan Suez Lyonnaise des Eaux yang sekarang bernama ONDEO-Suez dari Perancis membentuk PAM Lyonnaise Jaya Palyja
yang dilaksanakan semenjak tahun 1998. Umumnya, istilah privatisasi menjadi perdebatan karena orang berasumsi
tentang kepemilikan. Jika sudah terjadi divestasi atau penjualan aset negara secara penuh, baru dikatakan sebagai privatisasi Kruha, 2005. Padahal, walaupun aset
tersebut masih milik negara dan yang dialihkan hanya tugas-tugasnya atau pengelolaannya, tetap merupakan bentuk privatisasi. Bank Dunia lebih suka
menggunakan istilah lain jika suatu aset perusahaan, status kepemilikannya masih
milik negara. Istilah tersebut adalah Private Sector Participation PSP-Partisipasi Sektor Swasta atau Public Private Partnership PPP-Kemitraan Publik dan
Swasta.
2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu Ristiani