daerah penyangga kebutuhan air bersih untuk wilayah DKI Jakarta. Hal ini disebabkan sebagian pasokan air PDAM juga didistribusikan dari wilayah-
wilayah tersebut. DKI Jakarta secara umum beriklim panas dengan suhu rata-rata berkisar
28,0 derajat pada siang hari maksimum dan curah hujan sepanjang tahun mencapai 2288,9 mm. Keadaan alam di daerah sebelah selatan Jakarta
mempunyai iklim yang relatif sejuk dan sebagian area ini digunakan sebagai daerah resapan air.
5.2. Gambaran Umum PDAM DKI Jakarta.
5.2.1. Sejarah dan Perkembangan PDAM DKI Jakarta
PDAM DKI Jakarta awal berdiri pada tahun 1918 dengan nama Waterleidingen Bedriff
, sebuah perusahaan milik pemerintah Hindia Belanda yang memberikan pelayanan terhadap penyediaan air minum bagi warga Batavia.
Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi Perusahaan Daerah Air Minum PAM Jaya pada tahun 1968. Pada tanggal 22 Desember 1922 untuk pertama
kalinya dialirkan air minum dari sumbernya di Ciburial, Bogor ke Batavia menggunakan pipa berdiameter 500 mm sepanjang 53,231 km berkapasitas 500
liter per detik dengan sistem gravitasi. Selanjutnya setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari jadi PAM Jaya.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Waterleidingen Bedriff dikelola oleh bangsa Indonesia. Pelayanan
air minum kemudian dilaksanakan oleh Dinas Saluran Air Minum Kota Praja di bawah Kesatuan Pekerjaan Umum Kota Praja. Pada tahun 1968 PDAM DKI
Jakarta dipisahkan dari Dinas Pekerjaan Umum melalui Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1b3221968 tanggal 10 Desember 1968. Selanjutnya untuk bisa
memenuhi kebutuhan air minum warga DKI Jakarta yang kian hari meningkat, pemerintah membangun beberapa instalasi produksi dan miniplant. Dengan
dibangunnya instalasi produksi dan miniplant tersebut, produksi air bersih PAM Jaya pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini diikuti juga oleh
peningkatan jumlah pelanggan dan mencapai puncaknya pada tahun 1996 karena adanya layanan prima. Layanan prima ini memungkinkan pelanggan melakukan
pemasangan baru langsung sehari setelah mendaftar dan untuk biaya penyambungan dapat diangsur sampai 12 bulan tanpa bunga.
Pada bulan Februari 1998, PAM Jaya melaksanakan kontrak kerjasama dalam bentuk kontrak konsesi modifikasi yang berjangka waktu 25 tahun dengan
dua perusahaan pengelola air minum asing, yaitu Thames Water Overseas Ltd dari Inggris yang selanjutnya membentuk PT. Thames PAM Jaya TPJ dan dengan
Ondeo Suez Lyonaise des Eaux dari Perancis membentuk PT. PAM Lyonaise Jaya
Palyja. Dasar hukum kerjasama modifikasi tersebut adalah Peraturan Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 13 tahun 1992 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Permendagri Nomor 4 tahun 1990
tentang Tatacara Kerjasama Antara Perusahaan Daerah Dengan Pihak Ketiga serta Permendagri 9 tahun 1995, dan Inmendagri Nomor 21 tahun 1996 tanggal 22 Juli
1996 tentang Petunjuk Kerjasama Antara Perusahaan Air Minum Dengan Pihak Swasta.
Setelah kontrak konsesi disepakati, Palyja melakukan pelayanan air bersih untuk masyarakat di wilayah DKI Jakarta bagian barat zone 1, 4 dan 5 dengan
kapasitas 9.075 liter per detik dan jumlah pelanggan sebanyak 371.440 pelanggan, sedangkan TPJ melayani wilayah bagian timur zone 2, 3 dan 6 dengan kapasitas
9.185 liter per detik dan melayani 347.354 pelanggan, seperti terlihat pada Lampiran 12. Dalam kontrak juga disebutkan bahwa seluruh sistem pelayanan air
Jakarta diberikan kepada kedua perusahaan, yaitu suplai air bersih, treatment plant
, sistem distribusi, pencatatan dan penagihan, juga bangunan-bangunan kantor milik PAM Jaya, dengan imbalan, kedua perusahaan tersebut setuju untuk
membayar utang PAM Jaya sebesar 231 juta USD. Dalam kontrak juga disebutkan bahwa baik Thames maupun Suez harus memperbanyak sambungan
saluran air menjadi sebanyak 757.129 sambungan, hampir dua kali lipat jumlah sambungan pada saat pertama mereka ambil alih. Selain itu, dalam kontrak juga
dinyatakan bahwa mereka harus sudah melayani 70 persen dari keseluruhan populasi di Jakarta dalam kurun waktu 5 tahun. Tingkat kebocoran juga harus
dikurangi sampai 35 persen dalam 5 tahun itu. Sedangkan peran PAM Jaya adalah sebagai pengawas atau pengontrol
kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Palyja dan TPJ. Namun PAM Jaya tetap memiliki hak untuk mengajukan usulan susunan tarif air kepada pemerintah.
Dengan adanya kerjasama ini maka terjadi perpindahan sebagian pegawai PAM Jaya ke Palyja maupun TPJ. Begitu juga dengan pendapatan yang diterima dari
rekening pembayaran oleh pelanggan, terdapat sistem pembagian untuk masing- masing pihak yang telah disetujui bersama.
Semenjak adanya kerjasama ini terjadi perubahan baik dari segi produksi maupun segi biaya yang harus dikeluarkan PAM Jaya serta tingkat kebocoran
yang semakin menurun. Jumlah produksi air bersih menurun dari sebanyak 466,40 juta m
3
sebelum adanya konsesi 1997 menjadi sebanyak 396,41 juta m
3
. Biaya pengelolaan mengalami peningkatan dari sebesar Rp 313,30 milyar
sebelum adanya konsesi 1997 menjadi sebesar Rp 434,04 miyar setelah konsesi 1998. Sedangkan tingkat kebocoran dapat dikurangi dengan laju pertumbuhan
yang negatif setelah adanya konsesi. Jumlah pelanggan pun terus mengalami peningkatan hingga mencapai 718.794 pelanggan pada semester pertama 2006.
5.2.2. Sarana Produksi, Kapasitas Produksi dan Distribusi Air Bersih