Konsep Ekonomi Sumber Daya Air Analisis Fungsi Biaya Pengelolaan Air PDAM

mengalami perubahan. Sedangkan ekonomi terapan lazim disebut teori kebijakan ekonomi, yaitu cabang ilmu ekonomi yang menelaah tentang kebijakan yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam perekonomian adalah: 1 mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat; 2 menciptakan kestabilan harga- harga; 3 mengatasi masalah pengangguran; 4 mewujudkan distribusi pendapatan yang merata. Teori ekonomi biasanya menggunakan empat alat analisis, yaitu: i uraian mengenai sifat hubungan diantara dua atau beberapa variabel ekonomi, ii data yang berbentuk angka-angka yang menggambarkan sifat hubungan tersebut, iii gambaran secara grafik mengenai sifat hubungan tersebut, dan iv persamaan matematik yang menjelaskan sifat hubungan diantara berbagai variabel. Seterusnya analisis yang menerangkan peristiwa-peristiwa yang berlaku selalu menggunakan data statistik mengenai berbagai kegiatan ekonomi.

2.2. Konsep Ekonomi Sumber Daya Air

Secara ekonomi sumber daya air tergolong ke dalam sumber daya milik bersama common property resources. Sumber daya semacam ini biasanya akan menghadapi masalah apabila eksploitasi melebihi daya regenerasinya. Munculnya berbagai masalah, adalah akibat sulit ditegaskan hak-hak kepemilikan terhadap sumber daya yang bersangkutan. Menurut Tietenberg 1984 syarat sumber daya dapat dikelola secara efisien, yaitu jika sistem kepemilikan terhadap sumber daya itu dibangun atas sistem property right yang efisien, antara lain : 1. Universalitas Universality bahwa semua sumberdaya adalah dimiliki secara pribadi privately owned dan seluruh hak-haknya dirinci dengan lengkap dan jelas 2. Eksklusifitas Exclusivity bahwa semua keuntungan dan biaya yang dibutuhkan sebagai akibat dari pemilikan dan pemanfaatan sumberdaya itu harus dimiliki hanya oleh pemilik tersebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain. 3. Bisa dipindah-tangankan Transferability bahwa seluruh hak pemilikan itu bisa dipindahtangankan dari satu pemilik ke pihak lainnya dengan transaksi yang bebas dan jelas. 4. Bisa dipertahankan Enforceability bahwa hak pemilikan tersebut harus aman dari perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain. Menurut Anwar dalam Sudrajat 1997, karena sifat sumberdaya air yang sebagian bersifat milik individu private good dan sebagian lainnya menunjuk sifat barang milik bersama common good maka campur tangan pemerintah dalam upaya menyediakan air bersih dapat diwujudkan dengan mendirikan atau mengoperasikan Perusahaan Daerah Air Minum PDAM. Dengan adanya campur tangan pemerintah melalui perusahaan air minum diharapkan alokasi sumberdaya air menjadi lebih efisien, artinya manfaat-manfaat yang ditimbulkan diharapkan lebih besar dari biaya-biayanya.

2.3. Konsep Fungsi Produksi PDAM

Output perusahaan berupa barang-barang produksi tergantung pada jumlah input yang digunakan dalam produksi. Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan suatu cara dimana jumlah dari hasil produksi tertentu tergantung pada jumlah input tertentu yang digunakan Bishop dan Toussaint, 1979. Menurut Lipsey, et al. 1995, fungsi produksi merupakan hubungan antara input yang digunakan dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan. Sedangkan menurut Soekartawi, et al. 1984, fungsi produksi adalah hubungan kuantitatif atau fisik antara masukan dan produksi, dan analisis serta pendugaan hubungan itu disebut analisis fungsi produksi. Secara matematis hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Y = fX 1 ,X 2 ,X 3 ,.....,X n Dimana : Y = Hasil produksi fisik X i = Faktor-faktor produksi input Menurut Sukirno 2005, fungsi produksi adalah hubungan diantara faktor- faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya. Faktor-faktor produksi dikenal dengan istilah input dan jumlah produksi juga disebut output. Fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut : Q = fK,L,R,T Dimana : Q = Jumlah produksi yang dihasilkan K = Jumlah stok modal L = Jumlah tenaga kerja R = Kekayaan alam T = Tingkat teknologi yang digunakan Dalam teori produksi dikenal dengan yang namanya Hukum Hasil Lebih yang Semakin Berkurang The Law of Diminishing Return yang menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya terus-menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertumbuhannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu, produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif. Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 1. Output Y TP Tahap I Tahap II Tahap III AP MP Input X Gambar 1. Kurva Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Produksi Marjinal Sukirno, 2005 Keterangan : Tahap pertama : Produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat Tahap kedua : Produksi total pertambahannya semakin lambat Tahap ketiga : Produksi total semakin lama semakin berkurang MP = X TP Δ Δ dan AP = X TP Dimana : TP = Total Product Produksi total AP = Average Product Produksi rata-rata MP = Marginal Product produksi marjinal, tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu unit input yang digunakan. X = Input faktor produksi

2.3.1. Monopoli dan Diskriminasi Harga

Sumberdaya-sumberdaya milik umum seperti air, gas alam, listrik dan telepon, struktur pasarnya akan mengarah pada sistem monopoli alamiah Nicholson, 1999. Biasanya pelayanan-pelayanan atas sumberdaya ini disediakan oleh lembaga-lembaga atau perusahaan-perusahaan publik yang mempunyai interest yang kuat terhadap sistem penetapan harga dan pendistribusian pelayanan-pelayanan tersebut. Untuk perusahaan penyedia barang publik seperti Perusahaan Daerah Air Minum PDAM, apabila ingin memaksimumkan keuntungan maka jumlah barang yang diproduksi yaitu pada titik marginal revenue sama dengan marginal cost MR=MC seperti halnya perusahaan monopoli. Kemudian harga yang ditetapkan adalah berdasarkan jumlah permintaan dipasar, sehingga perusahaan akan memproduksi jumlah barang yang lebih sedikit dan memberlakukan harga yang jauh lebih tinggi dari harga untuk mendapatkan normal profit. Menurut Nicholson 1999, hal ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh keuntungan maksimum. Konsep penetapan harga ini dapat dilihat lebih jelas dari ilustrasi Gambar 2. Pada Gambar 2 terlihat bahwa jumlah barang yang diproduksi adalah sebesar Q, yaitu pada titik E saat MR=MC, harga ditetapkan berdasarkan jumlah permintaan dimana D=AR yaitu pada titik A yang jauh lebih tinggi di atas kurva marginal cost. Jika perusahaan menghasilkan barang dengan jumlah yang lebih kecil dari Q, maka laba yang akan diperoleh perusahaan kecil, sebab dengan memproduksi output di bawah Q maka perusahaan akan kehilangan penerimaan marjinalnya lebih besar daripada biaya-biaya yang terselamatkan. Begitu juga bila menghasilkan output lebih besar dari Q juga tidak menguntungkan, karena biaya tambahan untuk menghasilkan 1 unit output lebih besar daripada penerimaan marjinalnya. Harga MC P A B C D E MR D=AR Q Jumlah Barang Gambar 2. Kurva Keseimbangan Harga Pasar Monopoli Nicholson, 1999 Keterangan: MC = Marginal Cost biaya marjinal D = Demand kurva permintaan AR = Average Cost biaya rata-rata MR = Marginal Revenue penerimaan marjinal Pada kenyataannya, konsep penetapan harga di atas tidak dapat diterapkan untuk barang publik seperti air bersih. Sebagai barang yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, penetapan harga air bersih harus menyesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat. Hal ini bertujuan agar tercipta keadilan dan pemerataan distribusi air bersih ke semua lapisan masyarakat. Untuk itu PDAM perlu memberlakukan kebijakan diskriminasi harga. Diskriminasi harga adalah tindakan penjual dalam menjual barang yang sama, di bawah pengawasan produksi yang sama, dengan harga yang berbeda kepada pembeli yang berbeda. Diskriminasi harga terjadi karena perusahaan-perusahaan bermaksud untuk menghasilkan lebih banyak uang dengan mengisolasi pembeli dan memungut harga yang berbeda di pasar. Untuk pembeli dengan permintaan yang inelastis dipungut harga yang lebih tinggi, sedangkan untuk pembeli yang permintaannya elastis dipungut harga yang lebih rendah daripada permintaan yang inelastis. Diskriminasi harga dapat digolongkan dalam tiga kelompok sebagai berikut: 1. Diskriminasi harga tingkat pertama diskriminasi harga sempurna, yaitu jika pelaku mengetahui kurva permintaan konsumen, maka ia akan menawarkan harga yang tertinggi yang konsumen masih mau membayar untuk suatu unit output tertentu. Harga Keterngan: MC = Marginal Cost MC MR = Marginal Revenue P D = Demand AR = Average Cost MR D=AR Q Jumlah Barang Gambar 3. Diskriminasi Harga Tingkat Satu Nicholson, 1999 2. Diskriminasi harga tingkat kedua multipart pricing, yaitu perusahaan memberi harga per unit yang sama untuk sekelompok output yang spesifik. Terdapat potongan harga per unit jika pembeli membeli dalam jumlah yang banyak. Tujuannya adalah untuk merangsang pembelian yang lebih banyak oleh konsumen. Harga P1 P2 P3 Q1 Q2 Q3 Jumlah Barang Gambar 4. Diskriminasi Harga Tingkat Dua Nicholson, 1999 3. Diskriminasi harga tingkat tiga, yaitu perusahaan memberlakukan harga yang berbeda untuk konsumen yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan apabila terdapat tiga kondisi, yaitu: i pembeli-pembeli mempunyai elastisitas permintaan yang berbeda-beda secara tajam; ii para penjual mengetahui perbedaan ini dan dapat menggolongkan pembeli dalam kelompok-kelompok berdasarkan elastisitas yang berbeda-beda; iii para penjual dapat mencegah pembeli untuk menjual kembali barang-barang yang dibeli. Harga P A D A P B D B E A E B MC MR B Q A MR A Q B Jumlah Bara ng Gambar 5. Diskriminasi Harga Tingkat Tiga Nicholson, 1999 Keterangan: D = Demand permintaan MC = Marginal Cost MR = Marginal Revenue Selain diskriminasi harga seperti di atas, perusahaan juga menggunakan struktur tarif untuk penetapan harga air. Struktur tarif adalah sesusun aturan cara mengenai syarat pelayanan tagihan bulanan kepada pemakai air dalam berbagai kategori atau kelas Boland, 1999. Terdapat beberapa struktur tarif yang dapat diterapkan, diantaranya adalah Increasing Block Tariffs, Two Part Tariffs, dan Decreasing Block Tariffs . Untuk Increasing Block Tariffs, disediakan dua atau lebih harga untuk tiap pemakai yang berada di blok-blok yang berbeda. Harga dalam struktur tarif ini meningkat seiring dengan perpindahan blok Boland, 1999. Two Part Tariffs terdiri atas tagihan tetap dan tagihan berdasarkan volume pemakaian air. Sedangkan Decreasing Block Tariffs dilakukan dengan blok kelompok awal pemakaian berharga lebih tinggi dan akan semakin murah untuk blok-blok selanjutnya Munasinghe, 1990.

2.4. Analisis Fungsi Biaya Pengelolaan Air PDAM

Sukirno 2005 mendefinisikan biaya produksi sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Menganalisis biaya produksi perlu dibedakan jangka waktu, yaitu: i jangka pendek, yaitu jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tetap atau tidak dapat ditambah jumlahnya, dan ii jangka panjang, yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan. Biaya produksi jangka pendek adalah keseluruhan jumlah biaya yang dikeluarkan produsen yang terdiri dari biaya variabel biaya yang selalu berubah dan biaya tetap. Hal ini dapat dirumuskan : TC = TFC + TVC Dimana : TC = Total cost biaya total TFC = Total fixed cost biaya tetap total TVC = Total variable cost biaya variabel total Sedangkan dalam produksi jangka panjang seluruh biaya yang digunakan merupakan biaya yang dapat berubah variable cost. Analisis mengenai biaya produksi akan memperhatikan juga tentang: 1 biaya produksi rata-rata yang meliputi biaya produksi total rata-rata, biaya produksi tetap rata-rata, dan biaya produksi variabel rata-rata, dan 2 biaya produksi marjinal, yaitu tambahan biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk menambah satu unit produksi. AC = AFC + AVC Untuk, AC = Q TC ; AFC = Q TFC ; AVC = Q TVC ; MC = Q TC Δ Δ Dimana : AC = Average Cost total biaya rata-rata AFC = Average Fixed Cost biaya tetap rata-rata AVC = Average Variable Cost biaya variabel rata-rata MC = Marginal Cost biaya marjinal Biaya Produksi MC AC AVC Jumlah Produksi Gambar 6. Hubungan antara MC dengan AVC dan AC Sukirno, 2005 Dari Gambar 6 terlihat beberapa kondisi, bahwa: 1. Apabila MC AVC, maka nilai AVC menurun berarti jika kurva MC di bawah kurva AVC, maka kurva AVC sedang menurun. 2. Apabila MC AVC, maka nilai AVC akan semakin besar berarti jika kurva MC di atas AVC, maka kurva AVC sedang menaik.

2.5. Analisis Penerimaan PDAM