Variabel Laten kelembagaan Petani Variabel Laten Ekonomi

5.2.1.2. Variabel Laten kelembagaan Petani

ξ 2 Variabel laten kelembagaan petani diukur dengan indikator kelas kelompok tani, partisipasi, dan persepsi atas materi pertemuan, pelatihan, serta penyuluhan. Tanggapan petani responden untuk mengukur indikator variabel laten kelembagaan petani, terlihat pada Tabel 13. Tabel 13. Tanggapan Variabel Laten Kelembagaan Petani Pernyataan Variabel Laten Kelembagaan Petani ξ 2 Kriteria Kelas Partisipasi Persepsi Total F F F F 1 161 64.40 161 21.47 2 63 25.20 48 19.20 27 10.80 138 18.40 3 26 10.40 74 29.60 75 30.00 175 23.33 4 0 0 128 51.20 139 55.60 267 35.60 5 0 0 9 3.60 9 1.20 Jumlah 250 100.00 250 100.00 250 100.00 750 100.00 Sumber: Data Kuesioner yang telah diolah, 2006 Para petani responden pada umumnya merupakan anggota kelompok tani pemula dalam kegiatan rehabilitasi lahan dan baru pertama kali tergabung dalam suatu kelompok tani tersebut. Namun demikian, sebagian besar petani 80.8 selalu berpartisipasi dalam kegiatan pertemuan, pelatihan, dan penyuluhan yang difasilitasi oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Garut. Tingkat partisipasi tersebut belum dapat menggambarkan tentang efektivitas dari kegiatan yang dilakukan, karena hanya sebesar 59.2 yang memberikan apresiasi baik terhadap kegiatan rehabilitasi lahan dimaksud. Pembinaan teknis, kewirausahaan, dan keswadayaan kelompok tani harus lebih intensif agar kelembagaan petani dapat lebih produktif dalam pengelolaan lahan milik.

5.2.1.3. Variabel Laten Ekonomi

ξ 3 Variabel laten ekonomi menggambarkan keberadaan ekonomi penerima bantuan rehabilitasi lahan milik. Indikator ekonomi terdiri dari pendapatan rumah tangga, jenis pekerjaan utama, dan jumlah anggota rumah tangga yang sudah bekerja. Tanggapan responden penelitian untuk mengukur indikator ekonomi terlihat pada Tabel 14. Tabel 14. Tanggapan Variabel Laten Ekonomi Pernyataan Variabel Laten Ekonomi ξ 3 Kriteria Pendapatan Jenis Pekerjaan Anggota RT yang Bekerja Total F F F F 1 160 64.00 18 7.20 106 42.40 284 37.87 2 56 22.40 176 70.40 55 22.00 287 38.27 3 19 7.60 56 22.40 71 28.40 146 19.47 4 11 4.40 10 4.00 21 2.80 5 4 1.60 8 3.20 12 1.60 Jumlah 250 100.00 250 100.00 250 100.00 750 100.00 Sumber: Data Kuesioner yang telah diolah, 2006 Pendapatan petani berada dalam kisaran Rp 150 000 hingga Rp 2 000 000. Namun demikian, sebagian besar petani, yaitu 64 mempunyai pendapatan pada kriteria 1, dengan penghasilan antara Rp 150 000 sampai dengan Rp 520 000. Hanya sedikit petani yang mempunyai pendapatan pada kriteria 5, yaitu antara Rp 1 630 000 sampai dengan Rp 2 000 000. Fakta ini menunjukkan bahwa petani hutan milik pada umumnya berpenghasilan rendah bahkan di bawah upah minimum rata-rata Kabupaten Garut yang sebesar Rp 520 000. Pekerjaan utama petani dibedakan kedalam tiga kriteria, yaitu: 1 hanya petani hutan rakyat, 2 petani hutan rakyat serta mengolah komoditi pertanian lainnya, dan 3 petani hutan rakyat yang memiliki pekerjaan lain, misalnya sebagai karyawan pemerintah, pegawai swasta, dan lainnya. Sebagian besar petani, yaitu 70.4 selain mengelola hutan milik juga menanam komoditi pertanian lain sebagai tanaman sela diantara tanaman kayu-kayuan seperti sayuran, palawija, dan jenis pertanian lainnya. Hanya sedikit petani, yaitu 7.2 yang mengkhususkan diri pada tanaman hutan milik. Sebagian besar anggota keluarga responden, yaitu 42.4 tidak ada yang bekerja di luar petani lahan milik. Hanya sebagian kecil jumlah anggota keluarga petani yang bekerja di luar petani lahan milik dan umumnya berusia muda yaitu diantara 15-30 tahun. Mereka mencari penghasilan di kota besar seperti Jakarta dan Bandung baik di sektor formal maupun non formal. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang bekerja, tentunya dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani karena untuk kebutuhan sehari-harinya dapat dibantu oleh anggota keluarga bekerja di luar hutan milik tersebut. Hal ini akan membawa dampak untuk membiarkan tegakan kayu yang ditanam sampai masak tebang. Hutan milik merupakan salah satu aset bagi petani, karena dapat merupakan sumber pendapatan dan mata pencaharian yang berbasis lahan land base resources.

5.2.1.4. Variabel Laten Kebijakan