Demikian juga halnya untuk kebutuhan bibit tanaman, petani hanya menerima bibit yang diproduksi oleh pelaku usaha dalam bidang pembibitan. Kelompok tani
sebetulnya sudah bisa diarahkan agar mampu membuat bibit tanaman dan pupuk organik yang nantinya dapat dipakai untuk tanaman. Selain itu, mengingat lokasi
hutan milik berada pada tempat yang biasanya jauh dari perkotaan, maka bahan yang diperlukan untuk membangun hutan milik perlu bantuan jasa angkutan yang
menyerap dana rehabilitasi cukup besar. Dengan demikian, sebelum bahan dan input produksi tanaman hutan sampai di lokasi, maka dapat dipastikan akan ada
penyerapan dana oleh sebagian masyarakat dan pelaku usaha jasa yang tidak secara langsung berhubungan dengan pembuatan hutan milik. Akibatnya,
kontribusi bantuan dana rehabilitasi tidak mampu mendorong peranan sektor kehutanan lebih tinggi lagi dalam perekonomian di daerah. Dalam hal peningkatan
produksi sektoral, dana rehabilitasi ternyata lebih besar dampaknya dirasakan oleh sektor-sektor yang terkait tidak langsung terutama sektor-sektor non pertanian
seperti sektor industri pengolahan, bangunan, angkutan dan perdagangan. Oleh karena dampak bantuan rehabilitasi lahan lebih banyak di serap oleh sektor-sektor
non pertanian, akhirnya kegiatan ini memberi surplus pendapatan bagi tenaga.
6.4. Restrukturisasi Kebijakan Bantuan Dana Rehabilitasi
Kebijakan bantuan dana rehabilitasi lahan milik selalu dilakukan penyempurnaan agar dapat tercapainya tujuan rehabilitasi lahan yang optimal.
Penyempurnaan dilakukan pada sistem penyaluran dan penggunaan dana bantuan yang berawal dari terkonsentrasinya dana pada pihak penyelenggara sampai
kepada penyaluran bantuan langsung untuk dilaksanakan oleh para petani.
Penyempurnaan kebijakan dirumuskan dengan memperhatikan kegagalan atau kelemahan mekanisme program pada masa lalu dalam penggunaan sumberdaya
yang membangun hutan milik secara efisien. Mengingat lokasi kegiatan dari hutan milik berada di perdesaan, sudah barang tentu peranan pemerintah daerah akan
menentukan dalam pelaksanaan kebijakan bantuan dana rehabilitasi lahan. Dampak dari kebijakan bantuan akan lebih banyak ditemui oleh para pelaksana
kegiatan di lapangan termasuk para petani penerima bantuan. Oleh sebab itu untuk sempurnanya suatu pengaturan, selalu diperlukan evaluasi dari mekanisme
kebijakan tersebut. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan bantuan rehabilitasi bertujuan
untuk meningkatkan manfaat dari keberadaan lahan milik yang dikelola oleh masyarakat. Pada saat ini, sebagian besar lahan milik di Kabupaten Garut berada
dalam kondisi kritis atau kurang produktif. Pemikiran yang dipakai dalam studi ini berawal dari adanya permasalahan bantuan dana kegiatan, kebijakan yang
dilaksanakan, serta bentuk pengelolaan bantuan yang berhubungan dengan rehabilitasi lahan milik. Kebijakan pemerintah dalam rehabilitasi lahan pada
dasarnya merupakan ketentuan umum dalam kegiatan rehabilitasi lahan milik tertentu untuk memberikan kesejahteraan terhadap masyarakat yang turut
melaksanakan kegiatan tersebut. Kebijakan penggunaan dana rehabilitasi lahan milik dibuat dalam bentuk petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang
dirumuskan dalam Keputusan ataupun Peraturan Menteri Kehutanan ataupun institusi pemerintah yang turut mengatur penggunaan bantuan dana rehabilitasi
lahan milik. Peraturan Menteri Kehutanan yang terakhir tentang kebijakan tersebut disajikan dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.32 dan P.33Menhut-
V2005 tanggal 1 Nopember 2005. Secara garis besar kegiatan rehabilitasi lahan milik bertujuan di samping untuk memperbaiki lahan tidak produktif juga
diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat peserta rehabilitasi lahan milik, menunjang pertumbuhan ekonomi di daerah, serta memperbaiki moral dan
tanggung jawab masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi lahan milik. Bantuan dana rehabilitasi lahan milik, sesuai dengan bentuk bantuan yang disalurkan kepada
petani diharapkan mampu meningkatkan produktivitas lahan serta memberikan dampak terhadap perbaikan perekonomian masyarakat yang terlibat dalam
kegiatan rehabilitasi lahan milik melalui peningkatan pendapatan, perolehan nilai tambah, serta penyerapan tenaga kerja.
Kebijakan penggunaan bantuan dana rehabilitasi lahan milik adalah salah satu variabel laten eksogen dalam analisis model persamaan struktural. Kebijakan
dimaksud merupakan petunjuk pelaksanaan dari pemanfaatan dana pemerintah untuk melakukan kegiatan rehabilitasi lahan milik. Indikator dari variabel laten
kebijakan terdiri dari bantuan sarana produksi pembangunan hutan milik, bantuan upah tenaga kerja, dan bantuan teknis penguatan kelembagaan petani penerima
bantuan. Semua bentuk bantuan dimaksud dapat mempengaruhi produktivitas petani dalam mengelola hutan milik. Di samping itu, semua bantuan merupakan
alat dalam membangun dan mengelola sumberdaya hutan milik. Bantuan tersebut pada dasarnya merupakan bantuan sejumlah dana yang diberikan kepada
kelompok tani untuk mengelola lahan miliknya. Bentuk bantuan ini diharapkan sangat berguna untuk kegiatan petani lahan kering berskala kecil di dalam
pengembangan suatu wilayah. Memperhatikan adanya keterbatasan yang dimiliki petani, maka melalui bentuk bantuan dana tersebut diharapkan mampu
menggerakkan petani untuk melaksanakan rehabilitasi lahan. Sarana produksi dan kebutuhan tenaga kerja untuk membangun hutan milik merupakan hambatan yang
masih dimiliki petani. Di samping itu, keterampilan serta penguasaan teknologi dalam mengelola hutan milik masih harus mendapatkan bimbingan pemerintah.
Peran pemerintah daerah seharusnya mengkondisikan agar para petani mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan berbagai jenis bentuk peraturan
rehabilitasi lahan milik dan mekanisme dukungan kegiatan sehingga petani dapat memilih bentuk bantuan yang paling baik dalam mengembangkan rehabilitasi
lahan kritis. Strategi ini dapat memungkinkan adanya inovasi bagi petani dalam memanfaatkan bentuk bantuan. Beberapa keuntungan dari pilihan yang diambil,
diharapkan dapat mengoptimalkan tujuan rehabilitasi lahan milik. Kebijakan pemerintah daerah untuk meningkatkan keberhasilan dan keberlanjutan
rehabilitasi lahan milik diusahakan lebih mengaktifkan kegiatan petani dalam menggunakan waktunya untuk memperoleh tambahan penghasilan dan sekaligus
menunjang keberhasilan terbentuknya hutan milik. Bentuk kebijakan ini sangat dimungkinkan mengingat kegiatan seperti pembuatan bibit tanaman, pembuatan
pupuk organik, serta pemenuhan kebutuhan input produksi lainnya dapat dilakukan di lokasi pemukiman para petani.
Dukungan kegiatan untuk memperbaiki pendapatan petani tidak hanya cukup dilakukan dalam 2 dua tahun. Sesuai dengan analisa manfaat dan biaya,
para petani akan sangat terbantu pendapatannya dalam mengelola hutan milik apabila diperoleh hasil tambahan dari usaha pemanfaatan lahan diantara tanaman
pohon melalui tanaman semusim, ataupun mempunyai usaha lain di luar lahan milik yang dikelolanya. Kebijakan pemerintah daerah dalam rehabilitasi lahan
pada tahun ke tiga dan seterusnya harus diarahkan agar petani mampu berusaha untuk menambah pendapatan dari lahan milik yang dikelolanya dan mencari
kegiatan lain di luar pengelolaan lahan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Asistensi teknis yang diberikan oleh para petugas daerah terhadap kelompok tani dalam memperkuat kelembagaan sebaiknya tidak hanya 2 dua tahun.
Pembinaan terhadap kelompok diupayakan berkelanjutan agar kelompok tani binaan petugas pemerintah, dapat meningkatkan kualitas lembaganya sehingga
mampu memanfaatkan semua bentuk bantuan yang diberikan pemerintah dalam penanganan rehabilitasi lahan milik. Prinsip dasar dalam pemanfaatan dana
bantuan rehabilitasi lahan milik adalah memperhatikan keanekaragaman dari kemampuan, keinginan, dan juga kesukaan para petani. Usaha untuk
merehabilitasi lahan kritis membutuhkan adanya keterlibatan semua petani pemilik lahan tersebut pada suatu wilayah. Dalam mengkoordinasikan para petani
perlu diyakinkan pula bahwa kegiatan rehabiltasi ini tidak hanya dibutuhkan pada wilayah tersebut. Oleh sebab itu, pembinaan yang dilakukan pemerintah daerah
terhadap kelompok tani harus dapat memfasilitasi petani untuk bekerja bersama- sama dalam melaksanakan bantuan dan meyakinkan bahwa kegiatan yang
dilakukan para petani itu tidak menimbulkan kerugian. Ketersediaan informasi dalam penyediaan dan penggunaan bantuan merupakan faktor yang dapat
memanfaatkan secara maksimal dari kebijakan bantuan. Peningkatan kesadaran tentang ketersediaan dan manfaat bantuan merupakan pendekatan berharga yang
dapat dilakasanakan pada tingkat lokal kelompok tani. Pada tahun ketiga dan seterusnya, pemerintah memberikan perhatian terhadap kegiatan pembimbingan
para petani berupa pelatihan, penyuluhan, serta pendampingan yang akan meningkatkan kualitas kelompok tani. Materi yang akan disampaikan lebih
diarahkan kepada pembentukan modal, pemberdayaan kelompok yang dapat meningkatkan produktivitas petani, penggunaan input produksi yang tidak hanya
berorientasi pada rehabilitasi lahan milik, serta kegiatan lain yang dapat memanfaatkan waktu luang para petani agar lebih produktif.
Di dalam meningkatkan produktivitas para petani, petani akan lebih baik untuk menggunakan semua bentuk bantuan yang lebih memperluas kesempatan
berusaha. Upaya rehabilitasi lahan milik yang digariskan oleh pemerintah untuk memperbaiki kondisi lahan sekaligus diarahkan agar memberikan kontribusi di
dalam pengelolaan lahan yang lebih produktif. Peranan bantuan dalam perubahan pengelolaan akan terus berkembang sampai pada suatu saat bentuk insentif yang
baik akan dipergunakan dengan berbagai pertimbangan sesuai dengan tujuan. Dalam hal pemanfaatan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah di tingkat
kabupaten dapat lebih proaktif untuk memberikan dukungan dananya terhadap kegiatan rehabilitasi lahan milik. Kegiatan penyuluhan kehutanan yang sudah
diserahkan kepada pemerintah daerah akan lebih mempermudah dalam pelaksanaan penguatan kelembagaan kelompok tani serta lebih sesuai dengan
kebutuhan lokal dari para petani untuk meningkatkan produktivitasnya.
Pemerintah daerah dalam merancang bantuan perlu diarahkan untuk sekaligus memperluas kesempatan kerja yang produktif dan dapat memberikan tambahan
penghasilan bagi para petani agar produktivitas kegiatan terus ditingkatkan yang berdampak dapat mengangkat perekonomian rumah tangga petani. Kebijakan
pemerintah daerah dalam pembangunan hutan milik selain diarahkan untuk
pembentukan modal pada tingkatan petani sebagai produsen hasil hutan berupa kayu, secara bersamaan juga diarahkan untuk peningkatan produktivitas petani
melalui peningkatan kemampuan rumah tangga petani. Bantuan pemerintah terhadap para petani dalam meningkatkan penguasaan informasi pengelolaan
hutan milik mulai dari informasi kebutuhan input produksi sampai kepada informasi tentang aspek pengolahan dan pemasaran hasil, harus dirancang untuk
mendapat bagian yang cukup sehingga seluruh bentuk bantuan dari kebijakan pemerintah untuk merehabilitasi hutan milik dapat dimanfaatkan secara optimal
oleh para peserta yang terlibat langsung dengan pembangunan hutan milik. Bantuan dana rehabilitasi semestinya mampu mengangkat kemampuan rumah
tangga para petani hutan milik, yang pada umumnya memiliki lahan garapan di bawah 0.50 hektar.
VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
7.1. Simpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bantuan dana pemerintah untuk kegiatan rehabilitasi lahan milik belum memberikan manfaat optimal bagi para petani yang terlibat langsung dalam
pelaksanaan fisik kegiatan rehabilitasi lahan milik. Sebagian besar bantuan dana pemerintah dimanfaatkan oleh para pelaku usaha dalam bidang industri
pengolahan, jasa perdagangan, dan jasa angkutan. Bantuan dana pemerintah dalam rehabilitasi lahan milik di Kabupaten Garut telah dapat membantu
menggerakkan perekonomian di wilayah kabupaten. 2. Keberhasilan rehabilitasi lahan milik tidak cukup hanya didasarkan pada
teknis kegiatan rehabilitasi, tetapi faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah profil petani, kelembagaan petani, perekonomian
petani, serta bentuk bantuan yang dapat dimanfaatkan oleh para petani. 3. Bantuan teknis saat ini yang diberikan pemerintah daerah terhadap petani
rehabilitasi lahan kering dinilai cukup baik. Bantuan teknis tersebut belum mengarah pada peningkatan posisi tawar kelembagaan petani. Bantuan teknis
baru terbatas pada aspek silvikultur serta belum diarahkan kepada aspek pemanfaatan hasil serta kewirausahaan para petani.
4. Manfaat bantuan dana pemerintah untuk kegiatan rehabilitasi lahan milik masih dapat ditingkatkan dengan melakukan intensifikasi dalam pengelolaan