Analisis SNSE HASIL ANALISIS

V. HASIL ANALISIS

5.1. Analisis SNSE

Angka pengganda adalah salah satu alat analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE yang menjelaskan bagaimana suatu aktivitas dapat mempengaruhi aktivitas lainnya dalam perekonomian wilayah. Di dalam kegiatan rehabilitasi lahan milik, pembahasan angka pengganda diarahkan untuk mengetahui peningkatan nilai tambah, penerimaan rumah tangga, produksi, dan output perekonomian wilayah secara keseluruhan. Komponen yang menyebabkan terjadinya nilai tambah adalah penerimaan upah tenaga kerja, modal, dan pajak tidak langsung. Namun demikian dalam analisis ini akan dibatasi kepada penerimaan upah tenaga kerja saja yang dianggap lebih representatif untuk melihat perkembangan nilai tambah di wilayah Kabupaten Garut. Dana bantuan pemerintah untuk rehabilitasi lahan milik, seperti terlihat pada Tabel 6, dapat meningkatkan nilai tambah Kabupaten Garut dengan nilai angka pengganda sebesar 0.5429. Dengan kata lain untuk setiap kenaikan dana bantuan sebesar 1 rupiah diperkirakan dapat menciptakan nilai tambah untuk Kabupaten Garut sebesar 0.5429 rupiah. Angka pengganda ini tergolong rendah, yakni berada diurutan ke 24. Namun jika dibandingkan dengan peranan pengeluaran pemerintah secara keseluruhan yang hanya memberi efek terhadap penerimaan nilai tambah sebesar 0.4690, dampak dari dana bantuan rehabilitasi lahan terhadap perekonomian wilayah masih lebih tinggi. Pengeluaran total pemerintah hanya memberi efek terhadap penerimaan nilai tambah sebesar 0.4690. Di samping itu, bantuan dana rehabilitasi lahan belum memberikan pengaruh besar terhadap tenaga kerja pertanian. Dampak angka pengganda dana rehabilitasi lahan milik yang dapat diserap oleh tenaga kerja pertanian adalah 0.0606. Tenaga kerja non pertanian menerima dampak lebih besar yaitu 0.1437. Transfer surplus pendapatan dari adanya bantuan rehabilitasi lahan milik tampaknya lebih besar dicurahkan kepada penerimaan modal dan lain-lain, dengan angka pengganda sebesar 0.3386. Tabel 6. Analisis Angka Pengganda Nilai Tambah Aktivitas Nilai Tambah Rank Tk Pert Tk Non Pert Lainnya Total Rumah tangga buruh tani 0.0571 0.1596 0.3862 0.6029 21 RT pertanian lahan 0.5 Ha 0.0560 0.1808 0.3795 0.6163 20 RT pertanian lahan 0.5 Ha 0.0353 0.1951 0.3395 0.5699 22 RT bukan pertanian golongan bawah 0.0430 0.1669 0.3474 0.5573 23 RT bukan pertanian golongan atas 0.0336 0.1666 0.3226 0.5228 25 Perusahaan 0.0004 0.0084 0.0069 0.0157 30 Pemerintah: Pembangunan dan Rutin 0.0128 0.2510 0.2052 0.4690 26 Dana rehabilitasi lahan milik 0.0606 0.1437 0.3386 0.5429 24 Padi 0.2850 0.0973 0.7598 1.1421 5 Jagung 0.2783 0.0935 0.7428 1.1146 12 Kentang 0.0645 0.0221 0.1720 0.2586 29 Umbi-umbian 0.2821 0.0956 0.7522 1.1299 11 Sayuran 0.2102 0.0915 0.7695 1.0712 14 Buah-buahan 0.4160 0.1071 0.7387 1.2618 2 Tanaman pangan lainnya 0.2843 0.0973 0.7580 1.1396 6 Teh 0.2826 0.0970 0.7545 1.1341 9 Perkebunan Lainnya 0.2820 0.0960 0.7522 1.1302 10 Kehutanan: Kayu 0.2270 0.0721 0.6035 0.9026 17 Peternakan 0.2848 0.0989 0.7608 1.1445 4 Perikanan Darat 0.2828 0.0982 0.7559 1.1369 8 Perikanan Laut 0.2827 0.0996 0.7554 1.1377 7 Pertambangan penggalian 0.0059 0.0434 0.2855 0.3348 28 Industri pengolahan 0.0186 0.1208 0.2802 0.4196 27 Listrik, gas air bersih 0.0152 0.1945 0.5007 0.7104 19 Bangunan lainnya 0.0222 0.3218 0.4053 0.7493 18 Perdagangan, restoran hotel 0.0374 0.3721 0.6936 1.1031 13 Angkutan dan komunikasi 0.0197 0.3200 0.5795 0.9192 16 Lemb keuangan real estate lainnya 0.0220 0.3651 0.6803 1.0674 15 Pemerintahan Umum 0.0369 1.1570 0.3169 1.5108 1 Jasa-jasa 0.0292 0.7098 0.4777 1.2167 3 Rendahnya efek angka pengganda dana rehabilitasi lahan milik terhadap penerimaan tenaga kerja pertanian tidak menyebabkan kecilnya peranan dari program tersebut terhadap penerimaan rumah tangga petani di perdesaan. Jika dilihat Tabel 7, peranan dana rehabilitasi terhadap kenaikan pendapatan rumah tangga di perdesaan, khususnya yang memiliki lahan kurang dari 0.5 hektar, terbilang cukup baik dengan angka pengganda sebesar 0.3646. Kegiatan rehabilitasi lahan milik dapat menempati urutan ke-9 dalam perekonomian wilayah Garut yang berpengaruh terhadap penerimaan rumah tangga secara keseluruhan, dengan total nilai angka pengganda sebesar 0.8265. Tabel 7. Analisis Angka Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Aktivitas Buruh Tani RT Tani 0.5 Ha RT Tani 0.5 Ha Non Tani Bawah Non Tani Atas Total Rank Rumah tangga buruh tani 1.0514 0.0210 0.0279 0.1956 0.1074 1.4033 2 RT pertanian lahan 0.5 Ha 0.0527 1.0214 0.0293 0.2056 0.1156 1.4246 1 RT pertanian lahan 0.5 Ha 0.0368 0.0197 1.0260 0.1985 0.1166 1.3976 3 RT bukan pertanian golongan bawah 0.0412 0.0193 0.0257 1.1872 0.1060 1.3794 4 RT bukan pertanian golongan atas 0.0335 0.0181 0.0240 0.1783 1.1030 1.3569 5 Perusahaan 0.0010 0.0005 0.0007 0.0063 0.0043 0.0128 30 Pemerintah: Pembangunan dan Rutin 0.0275 0.0163 0.0211 0.1873 0.1271 0.3793 26 Dana rehabilitasi lahan milik 0.1190 0.3646 0.0518 0.1960 0.0951 0.8265 9 Padi 0.2264 0.0385 0.0511 0.2980 0.1261 0.7401 13 Jagung 0.2193 0.0358 0.0476 0.2792 0.1183 0.7002 20 Kentang 0.0511 0.0086 0.0115 0.0670 0.0284 0.1666 29 Umbi-umbian 0.2234 0.0374 0.0496 0.2903 0.1228 0.7235 18 Sayuran 0.1691 0.0381 0.0506 0.2894 0.1238 0.6710 21 Buah-buahan 0.3261 0.0385 0.0511 0.3091 0.1284 0.8532 8 Tanaman pangan lainnya 0.2258 0.0384 0.0510 0.2975 0.1259 0.7386 14 Teh 0.2242 0.0379 0.0503 0.2943 0.1246 0.7313 16 Perkebunan Lainnya 0.2233 0.0375 0.0497 0.2909 0.1231 0.7245 17 Kehutanan: Kayu 0.1766 0.0268 0.0355 0.2102 0.0889 0.5380 23 Peternakan 0.2265 0.0388 0.0516 0.3011 0.1275 0.7455 10 Perikanan Darat 0.2248 0.0384 0.0509 0.2976 0.1262 0.7379 15 Perikanan Laut 0.2249 0.0386 0.0513 0.2997 0.1273 0.7418 12 Pertambangan penggalian 0.0080 0.0138 0.0183 0.1044 0.0491 0.1936 28 Industri pengolahan 0.0196 0.0152 0.0201 0.1418 0.0797 0.2764 27 Listrik, gas air bersih 0.0208 0.0265 0.0353 0.2414 0.1338 0.4578 25 Bangunan lainnya 0.0283 0.0244 0.0325 0.2738 0.1736 0.5326 24 Perdagangan, restoran hotel 0.0437 0.0387 0.0514 0.3844 0.2263 0.7445 11 Angkutan dan komunikasi 0.0279 0.0323 0.0430 0.3239 0.1924 0.6195 22 Lemb keuangan real estate lainnya 0.0315 0.0377 0.0500 0.3744 0.2214 0.7150 19 Pemerintahan Umum 0.0589 0.0357 0.0474 0.6465 0.4967 1.2852 6 Jasa-jasa 0.0437 0.0349 0.0464 0.4808 0.3366 0.9424 7 Adanya integrasi ekonomi yang kuat dari kegiatan rehabilitasi lahan terhadap sektor produksi lain secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas produksi secara keseluruhan di Kabupaten Garut. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada besaran angka pengganda produksi dana bantuan rehabilitasi lahan milik dalam Tabel 8. Tabel 8. Analisis Angka Pengganda Produksi Neraca Aktivitas Produksi Rank Rumah tangga buruh tani 1.3379 23 RT pertanian lahan 0.5 Ha 1.3921 21 RT pertanian lahan 0.5 Ha 1.3450 22 RT bukan pertanian golongan bawah 1.2877 24 RT bukan pertanian golongan atas 1.1855 27 Perusahaan 0.0353 30 Pemerintah: Pembangunan dan Rutin 1.0495 29 Dana rehabilitasi lahan milik 1.2106 26 Padi 1.7731 13 Jagung 1.7460 17 Kentang 1.1785 28 Umbi-umbian 1.7599 16 Sayuran 1.7277 18 Buah-buahan 1.8476 7 Tanaman pangan lainnya 1.7748 12 Teh 1.7709 14 Perkebunan Lainnya 1.7628 15 Kehutanan: Kayu 1.5811 20 Peternakan 1.7882 9 Perikanan Darat 1.7749 11 Perikanan Laut 1.7869 10 Pertambangan penggalian 1.2364 25 Industri pengolahan 1.6590 19 Listrik, gas air bersih 1.8123 8 Bangunan lainnya 2.1248 3 Perdagangan, restoran hotel 1.9955 5 Angkutan dan komunikasi 2.0010 4 Lembaga keuangan real estate lainnya 1.9270 6 Pemerintahan Umum 2.1701 2 Jasa-jasa 2.6024 1 Meskipun peranan dana rehabilitasi lahan milik terhadap aktivitas produksi sangat kecil dengan nilai pengganda 1.2106, namun masih jauh lebih baik dibandingkan pengeluaran total pemerintah, perusahaan, dan rumah tangga golongan atas yang mempunyai angka multiplier produksi rata-rata di bawah 1.2. Pengaruh dana bantuan rehabilitasi lahan milik terhadap sektor-sektor produksi itu sendiri, terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh Bantuan Dana Rehabilitasi Lahan Milik Terhadap Kenaikan Pendapatan Sektor Produksi Aktivitas Multiplier Rank Padi 0.0621 6 Jagung 0.0022 22 Kentang 0.0092 13 Umbi-umbian 0.0061 15 Sayuran 0.0172 11 Buah-buahan 0.0314 8 Tanaman pangan lainnya 0.0154 12 Teh 0.0042 18 Perkebunan Lainnya 0.0043 17 Kehutanan: Kayu 0.0876 3 Peternakan 0.0051 16 Perikanan Darat 0.0032 20 Perikanan Laut 0.0031 21 Pertambangan penggalian 0.0038 19 Industri pengolahan 0.5025 1 Listrik, gas air bersih 0.0066 14 Bangunan lainnya 0.0416 7 Perdagangan, restoran hotel 0.2152 2 Angkutan dan komunikasi 0.0672 5 Lembaga keuangan real estate lainnya 0.0247 10 Pemerintahan Umum 0.0278 9 Jasa-jasa 0.0701 4 Dana rehabilitasi lahan milik memiliki peranan cukup tinggi terhadap penerimaan sektor industri pengolahan dengan angka pengganda sebesar 0.5025 dan terhadap sektor perdagangan dengan angka pengganda sebesar 0.2152. Penerimaan sektor kehutanan untuk memproduksi kayu masyarakat ternyata sangat kecil dengan angka pengganda 0.0876. Analisis jalur struktural difokuskan kepada dampak dana rehabilitasi lahan milik terhadap penerimaan faktor produksi tenaga kerja, rumah tangga, dan sektor-sektor produksi yang berhubungan seperti tanaman kayu, buah-buahan, industri pengolahan, perdagangan, dan jasa transportasi. Hasil lengkap perhitungan analisis jalur struktural dana rehabilitasi lahan di Kabupaten Garut yang menyajikan besaran-besaran koefisien jalur antara lain global effect GE yang sama dengan angka pengganda SNSE, direct effect DE yang tercantum dalam SNSE sebagai matrik koefisien input, path multiplier PM yang menunjukkan besaran angka pengganda jalur, dan total effect TE atau total dampak dana rehabilitasi lahan, dapat dilihat pada Lampiran 4. Untuk menentukan jalur mana yang paling kuat, digunakan angka persentase total effect terhadap global effect GE, dimana jalur yang memiliki persentase yang paling besar dianggap sebagai jalur yang memberikan pengaruh paling kuat. Analisis jalur struktural neraca faktor produksi, difokuskan kepada tenaga kerja pertanian dan non pertanian seperti terlihat dalam Gambar 15. Pengaruh global dana rehabilitasi lahan terhadap penerimaan faktor produksi tenaga kerja lebih banyak diserap oleh tenaga kerja non pertanian dengan nilai 0.144, sedangkan tenaga kerja pertanian hanya mampu menyerap pengaruh sebesar 0.061. Jalur dampak yang paling kuat pada tenaga kerja non pertanian berasal dari dana rehabilitasi lahan milik 12 ke rumah tangga pemilik lahan kurang dari 0.5 hektar 6 kemudian ke sektor perdagangan 30 dan berakhir pada tenaga kerja non pertanian 2. Jalur ini memiliki persentase GE paling besar yaitu 14 dimana pengaruh dana rehabilitasi lahan yang bisa dijelaskan hanya sebesar 51.4, yang berarti sisanya sebesar 48.6 memiliki pengaruh di bawah 10. 12 6 7 5 8 13 17 18 22 27 29 30 31 34 1 2 19 0.0657 0.3462 0.0271 0.0850 0.0273 0.0231 0.0785 0.0415 0.0410 0.0444 0.0695 0.3016 0.2436 0.0686 0.0206 0.0159 0.2988 0.1879 0.1798 0.0671 0.2031 0.2553 0.1834 0.3831 0.2541 0.2042 0.0576 0.2080 0.2420 0.1391 0.1548 0.061 67 0.144 56.6 Keterangan: 1 = Tenaga kerja pertanian 18 = Buah-buahan 2 = Tenaga kerja non pertanian 19 = Tanaman pangan lainnya 5 = Rumah tangga pertanian 22 = Kehutanan: Kayu 6 = RT pertanian pengusaha lahan 0.5 ha 27 = Industri pengolahan 7 = RT pertanian pengusaha lahan 0.5 ha 29 = Bangunan lainnya 8 = RT bukan pertanian golongan bawah 30 = Perdagangan, restoran hotel 12 = Pemerintah: Dana rehabilitasi 31 = Angkutan dan komunikasi 13 = Padi 34 = Jasa-jasa 17 = Sayuran Gambar 15. Analisis Jalur Bantuan Dana Rehabilitasi Lahan Milik Terhadap Tenaga Kerja Pertanian dan Non Pertanian Adapun pada tenaga kerja pertanian dengan pengaruh global sebesar 0.061, jalur yang paling kuat adalah dari dana rehabilitasi lahan 12 ke sektor kehutanan 22 dan berakhir pada tenaga kerja pertanian 1. Jalur ini memiliki persentase GE paling besar yaitu 30.6, dimana pengaruh dana rehabilitasi lahan yang dapat dijelaskan hanya sebesar 48.8, yang berarti sisanya 51.2 memiliki pengaruh di bawah 10. Variabel intervening pertama yang menghubungkan dampak dana rehabilitasi lahan ke tenaga kerja pertanian adalah rumah tangga buruh tani 5 dan pemilik lahan kurang dari 0.5 hektar 6, yang kemudian dampaknya dipancarkan lebih lanjut kepada sektor-sektor primer pertanian padi 13, sayuran 17, tanaman pangan lainnya 19, sebelum berakhir pada tenaga kerja pertanian 1. Sedangkan untuk jalur yang melalui sektor buah-buahan 18 dan kehutanan 22, dampak dana rehabilitasi lahan ke tenaga kerja pertanian tidak lagi melalui institusi, namun langsung dipancarkan ke faktor tenaga kerja pertanian. Jalur dasar yang diungkapkan ini memiliki pengaruh di atas 10. Seluruh jalur dasar yang digunakan sebanyak 67, yang berarti masih ada sekitar 33 jalur dasar lainnya yang tidak digunakan karena pengaruhnya di bawah 10. Demikian juga halnnya untuk tenaga kerja non pertanian, semua jalur dasar yang mampu menjelaskan pengaruh dana rehabilitasi lahan 12 terhadap tenaga kerja non pertanian 2 di atas 10, adalah sekitar 56.6, serta masih ada 43.4 jalur dasar lainnya yang tidak tergambarkan karena pengaruhnya di bawah 10. Jalur dasar dana rehabilitasi lahan terhadap penerimaan institusi rumah tangga terlihat pada Gambar 16. Pengaruh global dana rehabilitasi lahan paling banyak diterima oleh rumah tangga tani yang memiliki lahan kurang dari 0.5 hektar 6, dengan pengaruh global sebesar 0.365, dimana jalur dasar yang paling kuat kelihatan adalah dari dana rehabilitasi lahan 12 langsung ke rumah tangga tani tersebut 6 yang mempunyai persentase pengaruh global sebesar 97. Rumah tangga tani pemilik lahan kecil ini juga memperoleh dampak melalui jalur dasar dana rehabilitasi lahan 12 ke sektor kehutanan 22 kemudian ke lahan 4, dan berakhir pada rumah tangga tersebut. Persentase pengaruh global yang mampu dijelaskan oleh jalur dasar ini adalah sebesar 0.4. Keseluruhan jalur dasar yang tergambarkan adalah sekitar 97.4 dari serangkaian jalur dasar yang ada. 12 18 22 1 5 4 6 7 30 8 3 27 2 29 31 9 0.119 0.365 0.052 0.095 0.0273 0.08501 0.0785 0.0415 0.0410 0.0444 0.3831 0.7620 0.2042 0.4512 0.1044 0.4273 0.0367 0.0487 0.2351 0.0899 0.0576 0.1340 0.1598 0.4117 0.3296 0.2420 0.1391 0.1124 0.2944 0.4738 0.2080 0.3981 0.0607 77.2 97.4 59.9 43.4 28.6 0.0196 Keterangan: 1 = Tenaga kerja pertanian 9 = RT bukan pertanian golongan atas 2 = Tenaga kerja non pertanian 12 = Pemerintah: Dana rehabilitasi 3 = Faktor produksi lain 18 = Buah-buahan 4 = Lahan 22 = Kehutanan: Kayu 5 = Rumah tangga pertanian 27 = Industri pengolahan 6 = RT pertanian pengusaha lahan 0.5 ha 29 = Bangunan lainnya 7 = RT pertanian pengusaha lahan 0.5 ha 30 = Perdagangan, restoran hotel 8 = RT bukan pertanian golongan bawah 31 = Angkutan dan komunikasi Gambar 16. Analisis Jalur Bantuan Dana Rehabilitasi Lahan Milik Terhadap Institusi Rumah Tangga Buruh tani 5 mendapat pengaruh global dari dana rehabilitasi lahan sebesar 0.119. Jalur dasar yang paling kuat adalah dari dana rehabilitasi lahan 12 langsung ke rumah tangga buruh tani 5 dengan angka persentase pengaruh global sebesar 58.1. Dampak dana rehabilitasi lahan 12 ke buruh tani 5 selain bersifat langsung juga melalui jalur dasar sektor kehutanan 22 dan sektor buah-buahan 18, kemudian ke faktor produksi tenaga kerja pertanian 1, dan berakhir pada rumah tangga buruh tani 5. Jalur dasar ini memiliki persentase pengaruh global masing-masing 11.9 dan 7.1. Keseluruhan jalur dasar yang digambarkan adalah masing-masing sekitar 77.2 dan 65.2. Institusi yang paling rendah menerima dampak global adalah rumah tangga non pertanian golongan bawah 8, yakni sebesar 0.0196. Jalur dasar yang paling kuat adalah dari dana rehabilitasi lahan 12 ke sektor kehutanan 22 kemudian ke lahan 4, dan berakhir di rumah tangga non pertanian golongan bawah 8, dengan persentase pengaruh global sebesar 5.3. Variabel intervening yang banyak menerima dampak dana rehabilitasi lahan 12 sebelum sampai pada institusi rumah tangga adalah faktor produksi tenaga kerja non pertanian 2 dan faktor produksi lainnya 3 seperti sewa, modal, bunga dan lain-lain. Kedua faktor produksi ini menerima pancaran efek dari sektor- sektor produksi non pertanian seperti industri pengolahan 27, bangunan 29, perdagangan 30, dan angkutan 31. Faktor produksi tenaga kerja non pertanian 2 kemudian akan memancarkan efek dana rehabilitasi lahan lebih lanjut kepada institusi rumah tangga non pertanian golongan bawah 8 dan rumah tangga non pertanian golongan atas 9. Sementara dari faktor produksi lain 3, pancaran efek dana rehabilitasi lahan akan diteruskan ke institusi rumah tangga tani pemilik lahan di atas 0.5 hektar 7, non pertanian golongan bawah 8, dan non pertanian golongan atas 9. Perolehan pendapatan kelihatan tidak seimbang jika memperhatikan sumber penerimaan langsung bagi institusi rumah tangga. Sumber penerimaan rumah tangga berpendapatan rendah yakni buruh tani 5 dan pemilik lahan sempit 6 hanya dari satu faktor produksi saja, masing-masing dari tenaga kerja pertanian 1 untuk buruh tani, dan dari lahan 4 untuk rumah tangga pemilik lahan sempit. Sementara rumah tangga lainnya 7, 8 dan 9 bisa memperoleh pendapatan dari dua atau tiga sumber penerimaan. Rumah tangga non pertanian golongan atas 9 memiliki sumber pendapatan dari tenaga kerja non pertanian 2, faktor produksi lain 3, dan lahan 4. Dampak dana rehabilitasi lahan meskipun tidak diperuntukkan untuk rumah tangga tersebut, namun tetap menerima pancaran efeknya oleh karena memiliki banyak sumber pendapatan yang pasti akan dilalui jalur dasar dana rehabilitasi lahan ke institusi rumah tangga. Adanya integrasi ekonomi yang kuat diantara neraca endogen, membuat kebijakan bantuan dana rehabilitasi lahan sangat dimungkinkan untuk memberi dampak terhadap penerimaan sektor-sektor produksi, sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 17. Sektor produksi yang paling besar menerima dampak kebijakan bantuan dana rehabilitasi lahan adalah sektor industri pengolahan 27 dan angkutan 30, dengan pengaruh global masing-masing sebesar 0.502 dan 0.215. Sektor kehutanan 22 yang berkaitan langsung dengan bantuan dana rehabilitasi lahan hanya mendapat pengaruh global sebesar 0.088. Jalur dasar yang paling kuat antara dana rehabilitasi lahan dengan sektor industri pengolahan adalah dari dana rehabilitasi lahan 12 ke rumah tangga tani pemilik lahan kurang dari 0.5 hektar 6, dan terakhir ke sektor industri pengolahan 27. Persentase terhadap pengaruh global dari jalur dasar ini adalah sebesar 29.9. Jalur yang sama juga kelihatan kuat untuk pengaruh dana rehabilitasi lahan 12 terhadap sektor perdagangan 30. Persentase pengaruh global pada jalur dasar ini adalah 36, dimana melalui jalur ini sudah sekitar 67.6 pengaruh dana rehabilitasi lahan di atas 10 yang dapat dijelaskan. Pengaruh dana rehabilitasi lahan terhadap industri pengolahan ada juga yang melalui sektor kehutanan 22, sektor bangunan 29, dan sektor perdagangan 30. Jalur dasar yang melalui sektor kehutanan memiliki persentase pengaruh global sekitar 0.7, dengan kumulatif persentasenya sebesar 63.6. 12 5 6 7 8 18 29 30 31 27 22 0.0273 0.0850 0.0415 0.0410 0.0444 0.0657 0.3462 0.0271 0.0231 0.0785 0.3016 0.2436 0.2988 0.1879 0.3131 0.3080 0.07851 0.0265 0.3996 0.0042 0.0845 0.0127 0.031 92.7 0.088 98.6 0.502 74.3 0.042 100 0.215 73.1 0.067 81.3 0.1798 Keterangan: 5 = Rumah tangga pertanian 22 = Kehutanan: Kayu 6 = RT pertanian pengusaha lahan 0.5 ha 27 = Industri pengolahan 7 = RT pertanian pengusaha lahan 0.5 ha 29 = Bangunan lainnya 8 = RT bukan pertanian golongan bawah 30 = Perdagangan, restoran hotel 12 = Pemerintah: Dana rehabilitasi 31 = Angkutan dan komunikasi 18 = Buah-buahan Gambar 17. Analisis Jalur Bantuan Dana Rehabilitasi Lahan Milik Terhadap Sektor Produksi Sektor industri pengolahan menerima paling banyak transfer dari seluruh institusi dan sebagian sektor produksi. Transfer yang paling besar berasal dari rumah tangga pemilik lahan lebih dari 0.5 hektar yakni sebanyak 0.3131, dan dari sektor bangunan sebesar 0.3996. Semua transfer pendapatan yang diperoleh industri pengolahan kelihatan hanya diserap sendiri, tanpa ada aliran ke aktivitas ekonomi lainnya. Dengan demikian, sektor produksi yang paling banyak memperoleh manfaat dari aktivitas bantuan dana rehabilitasi lahan di Kabupaten Garut selama ini adalah sektor industri pengolahan. Perolehan manfaat ini bukan hanya dari jalur dasar yang melibatkan institusi rumah tangga, namun juga dari jalur dasar yang melibatkan sektor-sektor produksi terkait. Fenomena ini memberikan suatu indikasi bahwa kebijakan bantuan dana rehabilitasi lahan mampu mendorong pertumbuhan industri pengolahan di Kabupaten Garut terutama sekali industri-industri yang berbasis pertanian, walaupun dampak yang dirasakan oleh sektor kehutanan relatif kecil.

5.2. Analisis Model Persamaan Struktural