III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoretis
Rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk memulihkan fungsi kawasan hutan negara dan lahan milik yang rusak serta tidak produktif, dan
menumbuhkan kegiatan perekonomian yang berbasis kayu. Prioritas sasaran adalah hutan lindung, hutan konservasi, serta lahan milik di luar kawasan hutan
negara. Sebagian besar kegiatan rehabilitasi mendapat bantuan dana pemerintah antara lain melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL,
Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis GRLK, dan sebagian kecil dilaksanakan secara swadaya baik oleh masyarakat maupun pelaku usaha. Pemanfaatan hasil
rehabilitasi antara lain diarahkan untuk melindungi kawasan hutan dan lahan yang mempunyai fungsi lindung, serta sekaligus diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat dan pembangunan di daerahnya. Manfaat yang diberikan oleh hutan dapat dilihat dari seberapa besar lahan
tersebut mampu menghasilkan tegakan pohon. Semakin banyak tegakan pohon yang dihasilkan semakin besar manfaatnya bagi kesejahteraan dan pembangunan
wilayah. Dalam pandangan ekonomi, luasnya tegakan pohon akan memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat yang diperoleh dari hasil pemanfaatan
kayu dan produk-produk kayu, serta dari hasil hutan non kayu. Kayu gelondongan yang dihasilkan dapat diolah lebih lanjut menjadi kayu gergajian atau produk-
produk olahan setengah jadi lainnya semi-finishing. Ini berarti, proses pengolahan produk-produk kayu dan ikutannya juga dapat menjadi sumber
pendapatan bagi masyarakat setempat.
Pengelolaan hutan di Kabupaten Garut dan di Provinsi Jawa Barat pada umumnya, dilaksanakan oleh masyarakat, pelaku usaha, Perum Perhutani BUMN
Kehutanan dan Departemen Kehutanan. Hutan negara dikelola oleh Perum Perhutani BUMN Kehutanan dan Departemen Kehutanan, walaupun pada
beberapa areal terbatas, masyarakat diberi kesempatan untuk turut mengelola hutan negara dengan suatu ikatan perjanjian. Masyarakat dan pelaku usaha, pada
umumnya mengelola hutan milik. Pengelolaan hutan oleh Perum Perhutani dan Departemen Kehutanan memiliki karakteristik: lahan luas, cukup modal,
sumberdaya manusia dan kemampuan manajerial relatif lebih baik, serta penggunaan teknologi tinggi, sehingga pengelolaan hutan oleh institusi ini lebih
mandiri. Sebaliknya pengelolaan hutan oleh masyarakat dicirikan oleh luasan lahan yang sempit, ketersediaan modal yang terbatas, sumberdaya manusia dan
kemampuan manajerial yang terbatas, serta penerapan teknologi yang sederhana. Berdasarkan kenyataan ini, intervensi pemerintah dipandang perlu dalam
pengelolaan hutan milik masyarakat melalui langkah-langkah nyata untuk lebih menjamin terbentuknya hutan rakyat dimaksud.
Program rehabilitasi lahan milik yang kondisinya kritis dan tidak produktif merupakan bentuk kegiatan nyata yang telah diterapkan oleh pemerintah untuk
membantu masyarakat dalam mengelola lahan miliknya. Program rehabilitasi lahan milik yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Garut selama ini lebih
diprioritaskan pada bantuan bibit, pembuatan tanaman, pemeliharaan tanaman, sarana produksi, penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan kelembagaan.
Masing-masing tahapan kegiatan tersebut membutuhkan tenaga kerja untuk melaksanakannya. Harapan pemerintah dengan memfokuskan program pada
tahapan rehabilitasi tersebut agar kesadaran dan partisipasi masyarakat menjadi lebih besar dan maksimal untuk merehabilitasi lahan dan hutan yang kritis secara
mandiri. Indikator keberhasilan dapat diamati dari jumlah tegakan pohon yang tumbuh di lahan milik masyarakat. Pemberian bantuan pada setiap tahapan, mulai
bantuan bibit sampai pada pendampingan tidak semata-mata hanya terkait dengan komoditi kehutanan. Pemerintah dalam melaksanakan program rehabilitasi juga
memberikan bantuan untuk komoditi buah-buahan serta penyuluhannya, walaupun dalam proporsi yang relatif kecil. Dana bantuan rehabilitasi lahan milik
tersebut juga diharapkan memberi dampak terhadap pendapatan masyarakat dari hasil-hasil tanaman lain di luar sektor kehutanan.
Memperhatikan konsep-konsep pemikiran yang diungkapkan di atas, terlihat bahwa bantuan rehabilitasi lahan milik masyarakat akan membawa pengaruh
secara langsung dan tidak langsung terhadap pendapatan, kesempatan kerja dan nilai tambah pada masyarakat penerima bantuan dan secara tidak langsung
terhadap perubahan pendapatan masyarakat yang berada di wilayah sekitarnya. Peningkatan pendapatan masyarakat secara langsung berdampak terhadap
perolehan PDRB sektor kehutanan, dan selanjutnya berdampak terhadap perolehan pendapatan sektor lainnya, yang pada akhirnya akan berdampak
terhadap pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan di Kabupaten Garut secara keseluruhan. Simplifikasi kerangka pemikiran dampak bantuan rehabilitasi
lahan milik terhadap perekonomian masyarakat dan wilayah di Kabupaten Garut disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Kerangka Pemikiran Dampak Bantuan Rehabilitasi Lahan Milik
Terhadap Pendapatan Masyarakat dan Perekonomian Wilayah di Kabupaten Garut
Tidak dianalisis
Fokus Studi
PENGELOLA HUTAN DI KABUPATEN GARUT
Masyarakat Pemilik Lahan
Karakteristik: • Lahan sempit
• Modal terbatas • SDMmanajerial rendah
• Teknologi sederhana
Perum Perhutani dan Dep.Hut
Karakteristik: • Lahan luas
• Modal cukup tersedia • SDMmanajerial baik
• Teknologi tinggi
Perlu Intervensi
Pemerintah Mandiri
Bantuan Dana Rehabilitasi Lahan Milik Faktor Kebijakan:
• Teknis budidaya dan Manajemen usahatani
• Biaya tanam dan pemeliharaan • Penyediaan input lain
Tujuan yang Diharapkan
Perbaikan pendapatan
masyarakat Perbaikan
Lingkungan Perbaikan
ekonomi wilayah
Analisis LISREL
Analisis SNSE Analisis B-C
Pertumbuhan Ekonomi
Distribusi Pendapatan
Faktor Lain: • Profil Petani
• Kelembagaan Petani • Ekonomi Petani
• Kebijakan bantuan dana
3.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi 3.2.1. Kerangka Dasar