bangkitkan motivasi belajar secara optimal, terutama dengan perangkat per- alatan dan bahan yang akan digunakan siswa untuk belajar Kembuan, Fo-
rum pendidikan: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol 4 No. 1, April 2008.
2.3 Kerangka Berpikir
Dari kerangka teori yang telah dibahas, ditetapkan kerangka berpikir se- bagai berikut.
Berdasarkan data awal hasil observasi dengan kolaborator bahwa faktor yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pembelajaran IPS pada materi mema-
hami peta buta Povinsi Jawa Tengah adalah keterampilan guru dan aktivitas sis- wa. Dalam pembelajaran guru: pertama, karena pembelajaran masih berpusat pa-
da guru sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran kurang dilibatkan, siswa yang kesulitan dalam memahami materi tidak mendapatkan kesempatan untuk
bertanya akibatnya hasil belajar siswa rendah. Kedua, cara guru menyampaikan materi pembelajaran masih terpisah-pisah sehingga pembelajaran kurang efektif,
baik dari segi waktu maupun penyampaian materi. Guru kurang memahami bahwa pembelajaran yang terpisah-pisah akan mempersulit siswa dalam memahami ma-
teri karena siswa memerlukan kesiapan berpikir yang selalu berubah-ubah tanpa adanya keterkaitan dengan pengetahuan sebelumnya akibatnya hasil belajar siswa
menjadi rendah. Ketiga, kurangnya keterampilan guru dalam mengelola kelas, se- perti terbatasnya alat peraga menyebabkan guru kurang dapat berinovasi dalam
pembelajaran karena dalam pelaksanaan pembelajaran guru hanya mengandalkan metode ekspositoris dan sumber belajar buku paket sehingga siswa pasif dan pem-
belajaran menjadi membosankan akibatnya hasil belajar siswa rendah. Keempat, kurangnya pemberian penguatan terhadap aktivitas siswa sehingga siswa kurang
puas atas hasil belajar yang diperolehnya. Kurangnya penghargaan terhadap hasil belajar siswa menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam belajar akibatnya
menghambat perkembangan belajar siswa, oleh sebab itu hasil belajar siswa men- jadi rendah.
Sedangkan aktivitas siswa selama pembelajaran: pertama, siswa malu un- tuk bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan dalam memahami materi
pelajaran. Siswa lebih memilih untuk diam dalam ketidakpahaman dari pada un- tuk bertanya dan meminta penjelasan materi kepada guru sehingga hasil belajar
siswa menjadi rendah. Kedua, siswa sering bergurau dan membuat kegaduhan di dalam kelas. Ketika sedang tidak ada guru, iklim kelas berubah menjadi tidak
kondusif sehingga mengganggu teman lain yang sedang serius belajar, akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah. Ketiga, adanya rasa ketidakseriusan siswa da-
lam menerima pelajaran. Kejadian ini mulai muncul 30 menit setelah siswa mera- sa lelah mendengarkan ceramah guru dalam menyampaikan materi, akibatnya ha-
sil belajar siswa menjadi rendah. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada materi memahami
peta buta Provinsi Jawa Tengah maka yang pertama, melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga sebagian besar alokasi waktu dimanfaatkan
untuk aktivitas siswa dalam kerja kelompok. Selama kerja kelompok berlangsung, guru bertugas untuk mengawasi serta memberikan bimbingan kepada kelompok
yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Dengan kerja kolompok juga
akan memberikan kesempatan siswa untuk melakukan tutor sebaya. Dalam tutor sebaya, siswa dalam satu kelompok yang sudah menguasai materi saling mem-
bantu menjelaskan kepada temannya yang lain dalam satu kelompok yang belum memahami materi sehingga hasil belajar akan meningkat. Kedua, pembelajaran
disampaikan secara terpadu. Dengan pembelajaran terpadu siswa akan melihat adanya keterkaitan dengan pengetahuan sebelumnya sehingga pembelajaran lebih
bermakna. Dengan pembelajaran terpadu guru dapat menghemat waktu, karena mengajar beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan sehingga
sisa waktu dapat digunakan untuk kegiatan bimbingan bagi siswa yang lambat belajar serta memberikan pengayaan bagi siswa yang cepat belajar. Dampak dari
pembelajaran terpadu maka hasil belajar siswa meningkat. Ketiga, penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat menjembatani pesan yang disam-
paikan guru kepada siswa supaya pesan yang diterima siswa menjadi kongkret. Dengan media pembelajaran aktivitas siswa akan meningkat sehingga dapat me-
ningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajarpun meningkat. Keempat, pemberian penguatan secara tepat. Hal ini dapat memberikan motivasi kepada sis-
wa dalam belajar sehingga hasil belajar siswa akan meningkat MPJL adalah model pembelajaran yang mendesain pembelajaran agar
berpusat pada siswa, pembelajaran dilaksanakan secara terpadu, serta penggunaan media pembelajaran sehingga MPJL dapat digunakan sebagai solusi untuk me-
ningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada materi memahami peta buta Provinsi Jawa Tengah. Supaya lebih jelas dalam memahami uraian kerangka berpikir di
atas maka perhatikan bagan berikut ini.
KONDISI AWAL
TINDAKAN
HASIL
1. Pembelajaran berpusat
pada guru 2.
Penyampaian materi pembelajaran masih
terpisah-pisah 3.
Keterbatasan media pembelajaran
4. Kurangnya pemberian
penguatan
Dampak:
1. Siswa pasif
2. Pemahaman
siswa yang terkotak-kotak
3. Motivasi belajar
siswa rendah
HASIL BELAJAR
RENDAH
MODEL PEMBELAJARAN
JARING LABA-LABA SIKLUS
I
Memahami peta Provinsi Jawa
Tengah
SIKLUS II
Memahami persebaran sumber
daya alam di Provinsi Jawa
Tengah
1. Pembelajaran berpusat
pada siswa 2.
Penyampaian materi pembelajaran secara
terpadu 3.
Penggunaan media pembelajaran yang
lengkap 4.
Pemberian penguatan secara tepat
Dampak:
1. Siswa aktif
2. Pemahaman
siswa holistik 3.
Motivasi belajar siswa tinggi
HASIL BELAJAR
MENINGKAT SIKLUS
III
Menggambar peta Provinsi Jawa
Tengah
Bagan 2.2. Kerangka Berpikir
Langkah-langkah MPJL: 1.
Pemetaan SK-KD; 2.
Penentuan tema; 3.
Pembentukan kel. belajar; 4.
Kontekstual; 5.
Inqury; 6.
Penggunaan media pembelajaran;
7. Pelaksanaan evaluasi
tematik; 8.
Pelaksanaan tindak lanjut.
2.4 Hipotesis Tindakan