Hasil Belajar Kualitas Pembelajaran .1 Keterampilan Guru

Meninjau ulang materi pelajaran dan menghubungkan dengan materi lain dan kehidupan nyata.

2.1.3.3 Hasil Belajar

Menurut Sudjana 2008: 2 belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran, pengala- man belajar mengajar, dan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur tersebut digam- barkan dalam bagan berikut: Bagan 2.1. Hubungan Antara Tujuan Pengajaran, Pengalaman Belajar Mengajar, dan Hasil Belajar Sudjana 2008: 2 menyimpulkan bahwa kegiatan penilaian yang dinya- takan oleh garis c, yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam ben- tuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya. Sedangkan garis b merupakan kegiatan penilaian untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Pene- liti menyimpulkan agar diperoleh hasil belajar yang baik maka pertama-tama yang harus dilakukan pendidik adalah merencanakan pengalaman belajar mengajar Tujuan pengajaran Hasil belajar Pengalaman belajar mengajar a b c yang tepat agar tujuan pengajaran dapat tercapai, selanjutnya mengadakan penilai- an yang valid dan relevan sehingga akan diperoleh hasil belajar yang baik. Menurut Poerwanti 2008: I-22 penilaian hasil belajar idealnya dapat mengungkap semua aspek pembelajaran, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian hasil belajar sangat terkait dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pro- ses pembelajaran. Pada umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasi- an hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom yaitu kognitif, afektif, dan psiko- motor. 1 Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang menekankan pada pengembangan ke- mampuan dan keterampilan intelektual. Ranah kognitif dibedakan atas 6 jenjang, yaitu: 1 Pengetahuan; Dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang digunakan adalah: men- definisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan, men- jodohkan, menyebutkan, menyatakan, mereproduksi; 2 Pemahaman; Kemampuan ini menuntut siswa memahami atau mengerti apa yang di- ajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat me- manfaatkan isinya tanpa harus menghubungkan dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan menjadi 3, yakni: 1. Pemahaman Terjemahan Misalnya menerjemahkan kalimat bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan merah putih, atau menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sa- kelar. 2. Pemahaman Penafsiran Yaitu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang dike- tahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. 3. Pemahaman Ekstrapolasi Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau da- pat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya. Sesuai dengan judul penelitian memahami peta buta Provinsi Jawa Te- ngah dengan MPJL yang digunakan oleh peneliti, maka berdasarkan ka- tegori pemahaman di atas judul penelitian berada pada tingkat pemaha- man penafsiran karena memahami peta buta provinsi Jawa Tengah akan lebih bermakna jika disampaikan secara terpadu yakni dengan menghu- bungkan dengan mata pelajaran lain. Kata kerja operasional yang digu- nakan adalah memperhitungkan, memperkirakan, menduga, menyim- pulkan, membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan. 3 Penerapan; Adalah jenjang kognitif yang menentukan kesangupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata kerja operasional yang digunakan adalah mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mene- mukan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecah- kan, dan menggunakan. 4 Analisis; Adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang untuk dapat me- nguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur pembentuknya. Kata kerja operasional yang digunakan adalah mempe- rinci, mengilustrasikan, menyimpulkan, menghubungkan, memilih, dan memisahkan; 5 Evaluasi; Jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat menilai suatu situasi, ke- adaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menafsirkan, menentukan, menduga, mempertimbangkan, membenarkan, dan mengkritik. 6 Kreatif. Jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru original dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Kata kerja operasional yang digunakan adalah: mengkategorikan, memodifikasi- kan, merekonstruksikan, mengorganisasikan, menyusun, membuat de- sain, menciptakan, menuliskan, dan menceritakan. 2 Ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai, dan emosi. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu: 1 Penerimaan; Artinya kepekaan terhadap fenomena dan stimuli atau menunjukkan perhatian yang terkontrol dan terseleksi. Contoh kegiatan belajar 1 senang mengerjakan soal matematika; 2 senang membaca cerita; 3 senang menyanyian lagu; dan lain-lain. 2 Responsi; Artinya menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan ten- tang fenomena, setuju, ingin, puas menanggapi. Contoh kegiatan belajar 1 mentaati peraturan; 2 menanggapi pendapat; 3 menunjukkan empati; dan lain-lain. 3 Acuan nilai; Artinya menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai. Ter- motivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti. Contoh kegi- atan 1 mengapresiasi seni; 2 menjelaskan alasan senang membaca buku; 3 menghargai peran; dan lain-lain. 4 Organisasi; Artinya mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam satu sistem, menentukan saling hubungan antar nilai, memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima dimana-mana. Contoh kegiatan belajar 1 ber- tanggung jawab terhadap perilaku; 2 menerima kelebihan dan kekura- ngan pribadi; 3 merenungkan makna ayat kitab suci bagi kehidupan; dan lain-lain. 5 Karakterisasi. Artinya suatu nilai sistem nilai yang telah menjadi karakter. Nilai-nilai tertentu telah mendapat tempat dalam hirarki nilai individu, diorganisasi secara konsisten, dan telah mampu mengontrol tingkah laku individu. Contoh kegiatan belajar 1 rajin; 2 tepat waktu; 3 mandiri dalam bekerja secara independen; 3 obyektif dalam memecahkan masalah; dan lain-lain. Penilaian afektif diperlukan mengingat afektif berpengaruh terhadap peri- laku siswa di masa depan. Alasan mengapa kita perlu mempromosikan pen- tingnya sikap positif siswa terhadap belajar karena siswa yang memiliki si- kap positif terhadap belajar akan menjadi pembelajar di masa depan. Penilaian sikap sebagai penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap obyek, fenomena, atau masalah. Penilaian ini dapat dilakukan de- ngan cara, antara lain: a observasi perilaku, misalnya tentang kerja sama, inisiatif, perhatian; b pertanyaan langsung, misalnya tanggapan terhadap tata tertib sekolah yang baru; dan c laporan pribadi Muslich dalam Trianto, 2010: 243. 3 Ranah Psikomotor Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan motorik. Jenjang dalam ranah psikomotor yaitu: 1 Gerakan Refleks; Artinya responsi terhadap stimulus tanpa sadar, misalnya melompat, menunduk, berjalan, menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang. Contoh kegiatan belajar 1 menuru gerakan polisi lalu lin- tas; 2 meniru gerakan tumbuhan yang diterpa angin; dan lain-lain. 2 Gerakan Dasar; Artinya gerakan ini muncul tanpa latihan, tetapi dapat diperhalus mela- lui praktik. Contoh kegiatan belajar 1 bergoyang, 2 melompat-lom- pat, 3 menggambar dengan crayon, 4 menggambar, dan lain-lain. 3 Gerakan Persepsi; Artinya gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan per- septual. Contoh kegiatan belajar 1 menangkap bola; 2 membedakan berbagai tekstur dengan meraba; 3 membedakan beragam bunyi alat musik; dan lain-lain. 4 Gerakan Kemampuan Fisik; Artinya gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan be- lajar. Contoh kegiatan belajar 1 menggerakkan otot selama waktu ter- tentu; 2 menari; 3 melakukan senam; dan lain-lain. 5 Gerakan Terampil; Artinya dapat mengontrol berbagai tingkatan gerak, terampil, tangkas, cekatan, melakukan gerakan yang sulit dan rumit. Contoh kegiatan be- lajar membuat kerajinan tangan, akrobatik, dan lain-lain; 6 Gerakan Indah dan Kreatif. Artinya mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan. Contoh kegi- atan belajar 1 membuat patung, 2 melukis, 3 bermain drama, dan lain-lain. Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk menda- patkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. Depdiknas dalam Trianto, 2010: 221 Penilaian merupakan pengumpulan informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas belajar peserta didik. Dalam penilaian dapat terjadi pengumpulan informasi tentang berbagai hal yang terkait dengan pencapaian peserta didik mela- lui berbagai bentuk tes atau nontes. Melalui penilaian guru bisa menentukan apa- kah peserta didik mengalami kemajuan dalam belajar atau mampu menguasai kompetensi yang diharapkan. Penilaian juga diharapkan mampu bermanfaat bagi peserta didik utamanya agar peserta didik mengetahui kemajuan belajarnya, lebih termotivasi untuk belajar, dan lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilan be- lajarnya. Beberapa aspek yang bisa menjadi perhatian penilaian diantaranya adalah: 1 Aspek akademis, meliputi apa yang diketahui, dipahami, dan tersimpan da- lam otak siswa. 2 Aspek pemikiran, meliputi kualitas penalaran, kerangka kerja konseptual, penggunaan metode ilmiah, dan pemecahan masalah serta kemampuan me- nyusun argumentasi. 3 Aspek keterampilan, meliputi keterampilan komunikasi tulis dan lisan, ke- terampilan meneliti, keterampilan dalam mengorganisasi dan menganalisis informasi, dan keterampilan teknik. 4 Aspek sikap, meliputi suka belajar, komitmen untuk menjadi warga negara yang baik, kegemaran membaca, kegemaran berpikir ilmiah, dan sebagai- nya. 5 Aspek kebiasaan kerja, meliputi menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, me- nggunakan waktu denga bijaksana, bekerja sebaik mungkin, dan sebagainya. Menurut Trianto 2010: 223 dalam melaksanakan penilaian hendaknya ada bebe- rapa hal yang perlu diperhatikan antara lain, sebagai berikut: 1 Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. 2 Penilaian mengunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dila- kukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan un- tuk menentukan posisi sekarang terhadap kelompknya. 3 Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Ber- kelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentuka kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, ser- ta untuk mengetahui kesulitan peserta didik. 4 Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut be- rupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remidi bagi peser- ta didik yang pencapainnya di bawah KKM, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai KKM. 5 Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditem- puh dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian memahami peta buta Provinsi Jawa Tengah akan menggunakan penilaian tes dan non tes lembar pengamatan dan angket dengan tujuan untuk mengungkap semua aspek pembelajaran baik aspek kognitif, afektif, dan psiko- motor. Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah tercantum dalam RPP aspek kognitif maksimal berada pada jenjang C 2 jenjang pemahaman, aspek afektif maksimal berada pada jenjang A 3 jenjang acuan nilai, dan psikomotor maksimal berada pada jenjang P 2 jenjang gerakan dasar.

2.1.4 Pengertian IPS

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN AUDIOVISUAL SISWA KELAS IV SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

0 8 306

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN NGIJO 01 KOTA SEMARANG

0 3 300

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWINGBERBANTUAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN NGIJO 01 KOTA SEMARANG

0 6 226

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA GAMBAR PADASISWA KELAS IV SDN GUNUNGPATI 03 SEMARANG

0 4 259

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PENDEKATAN SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALY (SAVI)DENGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SDN 01 GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

0 17 328

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DENGAN PERMAINAN SUSUN KATA PADA SISWA KELAS IV SDN NGIJO 01 GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

0 8 307

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS IV SDN GUNUNGPATI 02 SEMARANG

0 6 232

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Direct Instruction Pada Siswa Kelas IV SDN Kandri 01 Gunungpati Semarang

0 11 234

Peningkatan Kualitas pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Role Playing Pada Siswa Kelas V SDN Gunungpati 02 Kota Semarang.

0 1 1

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model pembelajaran Direct Instruction Pada Siswa Kelas IV SDN Gunungpati 02 Semarang.

0 0 1