Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak

informasi dapat memberikan manfaat dalam jangka panjang dan menunjukkan kelemahan sistem lama Amalia, 2010.

2.7 Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak

Pengembangan teknologi informasi Ditjen Pajak dimulai pada awal tahun 90-an, yaitu dengan penerapan NPCS yang berfungsi untuk mengawasi dan mengevaluasi pembayaran pajak. Pada awal tahun 1994, mulai diperkenalkan Sistem Informasi Perpajakan SIP untuk menggantikan NPCS yang berfungsi sebagai sarana pengawasan SPT sekaligus untuk mengawasi dan mengevaluasi pembayaran pajak, serta berperan sebagai sarana pendukung pengambilan keputusan. Sejak tahun 2004, DJP menerapkan aplikasi baru yang dinamakan Oracle, yaitu Relation Database Management System RDBMS untuk mengelola informasi secara terbuka, komprehensif dan terintegrasi. Server oracle menyediakan solusi yang efisien dan efektif karena kemampuannya dalam hal sebagai berikut: Azan Fajri dalam Amalia, 2010. a. Dapat bekerja di lingkungan clientserver pemrosesan tersebar. b. Menangani management space dan basis data yang besar. c. Mendukung akses data secara simultan. d. Performa pemrosesan transaksi yang tinggi. e. Menjamin ketersedian yang terkontrol. f. Lingkungan yang tereplikasi. Penyedia layanan business process outsorcing BPO juga menghantarkan melalui BPO yang oracle initiative. Sementara penyedia layanan BPO menikmati biaya lebih rendah dari total kepemilikan dan meningkatkan fleksibilitas pemasangan melalui standar berbasis teknologi oracle yang canggih pada mereka. Organisasi bisnis end-user dapat memiliki sistem dan beroperasi lebih cepat dan mulus serta meningkatkan daya kerja ke sistem terbaru Amalia, 2010. Menurut Nigel dalam Amalia 2010 program Oracle yang mencangkup perangkat lunak dan dokumentasi mengandung informasi milik perusahaan yang diberikan berdasarkan perjanjian lisensi yang berisi pembatasan pada penggunaan dan pengungkapan serta mencakup hak cipta, paten dan lainnya. Data dari kantor pelayanan pajak berasal langsung dari pusat Dirjen Pajak sehingga setiap kantor pajak dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien.

2.8 Pemanfaatan Teknologi Informasi

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KEPERCAYAAN TERHADAP KINERJA INDIVIDUAL (Studi empiris pada KPP Pratama di DIY)

0 2 97

PENGAR Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Individual (Studi Kasus pada KPP Pratama Sukoharjo).

0 4 17

BAB 1 Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Individual (Studi Kasus pada KPP Pratama Sukoharjo).

0 9 8

PENGAR Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Individual (Studi Kasus pada KPP Pratama Sukoharjo).

0 5 16

Pengaruh persepsi penerimaan teknologi informasi berbasis tam, persepsi kepercayaan, dan persepsi tekanan sosial terhadap persepsi kinerja pegawai pajak .Studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purworejo.

1 10 131

Pengaruh persepsi penerimaan teknologi informasi berbasis tam, persepsi kepercayaan, dan persepsi tekanan sosial terhadap persepsi kinerja pegawai pajak .Studi kasus di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purworejo

1 5 129

PERSEPSI PEGAWAI PAJAK DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA INDIVIDUAL (Studi Kasus Pada KPP Madya Semarang).

0 0 1

PERSEPSI PEGAWAI PAJAK TERHADAP PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA KINERJA INDIVIDUAL (Studi Kasus pada KPP Pratama Tegal) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) SKRIPSI FULL TEXT

0 0 157

PERSEPSI PEGAWAI PAJAK DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA INDIVIDUAL PADA KPP PRATAMA PANGKALPINANG

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Persepsi Pegawai Pajak Dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Individual Pada KPP Pratama Pangkalpinang. - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 9