Definisi Osteoporosis Diagnosis TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan densitas tulang. Orang-orang acap kali tidak tahu bahwa mereka menderita osteoporosis sampai ketika tulang mereka sedemikian lemah, regangan tubuh yang mendadak, persinggungan, ataupun jatuh menyebabkan patah tulang. Karena itu, tak berlebihan jika penyakit ini disebut silent disease penyakit diam-diam. 5 Osteoporosis disebut juga penyakit tulang rapuh atau tulang keropos. Di istilahkan silent disease karena sering tidak memberikan gejala hingga pada akhirnya terjadi fraktur patah. 12,13. Dengan kata lain osteoporosis adalah penyakit yang dicirikan oleh rendahnya massa tulang dan kemunduran struktural jaringan tulang, yang menyebabkan kerapuhan tulang. Bila tidak dicegah atau bila tidak ditangani, proses pengeroposan akan terus berlanjut sampai tulang menjadi patah dan penderitanya mengalami kesakitan dalam melakukan pergerakan anggota tubuhnya. 3

2.2. Tulang

Untuk memahami osteoporosis, harus memahami tulang.

2.2.1. Struktur tulang

Tulang merupakan penunjang kokohnya tubuh, sebagai rangka, tulang mempunyai banyak sendi-sendi yang memungkinkan pergerakan dan juga merupakan struktur padat yang hidup, karena terdiri atas sel-sel dan jaringan tulang yang mempunyai sistem aliran darah sebagai pembawa nutrisi untuk metabolisme tulang Universitas Sumatera Utara kedalam jaringan tulang, lalu kalsium di depositkan sehingga tulang menjadi lebih keras dan kokoh. 14,15. Selain itu, fungsi tulang juga sebagai pengungkit untuk bermacam-macam aktivitas selama pergerakan. Sebagai penyokong berat badan dan sebagai proteksi, melindungi organ tubuh yang halus seperti; otak, jantung, paru-paru, alat-alat dalam perut dan panggul. Sebagai immunologi, limposit B yang di bentuk dalam sumsum tulang di ubah menjadi sel-sel plasma. 14,15. Dari keterangan di atas, ada 4 fungsi utama jaringan tulang: 1. Fungsi mekanik, sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot untuk pergerakan. 2. Fungsi protektif, melindungi alat vital dalam tubuh dan juga sumsum tulang. 3. Fungsi metabolik, yaitu mengatur keseimbangan berbagai mineral tubuh, juga sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral yang penting seperti kalsium dan phospat. 4. Fungsi hemopetik, berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah.

2.2.2. Komposisi Tulang

Komposisi tulang terdiri dari 2 bahan, yaitu: 1. Matrik yang kaya mineral 70 sama dengan tulang yang sudah matang bone. 2. Bahan organik 30 yang terdiri dari: Universitas Sumatera Utara a. Sel 2: - Sel osteoblast yaitu yang membuat matrik bahan tulang sel pembentuk tulang, merupakan sel tulang muda yang kerjanya berlawanan dengan osteoclast. - Sel osteocyte yaitu mempertahankan matrik tulang. - Sel osteoclast yaitu sel yang menyerap tulang atau menyerap resorbsi osteoid. b. Osteoid 98 sama dengan tulang muda yaitu matrik bahan tulang yang mengandung sedikit mineral.

2.2.3. Pembentukan Tulang

Pembentukan tulang manusia dimulai pada saat masih janin dan umumnya akan bertumbuh dan berkembang terus sampai umur 30 sampai 35 tahun. Jaringan tulang dibentuk oleh kristal-kristal kecil kalsium dan fosfor yang melekat dalam jaringan yang menahan serat protein. Kristal kalsium memberikan kekuatan, kepadatan dan kekerasan pada tulang. Mineral lainnya juga terdapat dalam tulang, termasuk flour, sodium, potasium, sitrat dan mineral lainnya. Jaringan tulang secara konstan diganti, dengan membuang jaringan lama dan menggantikannya dengan jaringan baru. Proses ini dikenal dengan siklus remodeling tulang. Remodeling tulang terjadi ketika sejumlah kecil hilang atau pecah karena sel yang dikenal dengan osteoclast. Setelah mengalami proses resorpsi, jenis sel lainnya atau osteoblast, bergerak kedaerah tulang yang hilang dan menggantikannya dengan tulang baru. Proses ini berlanjut pada bagian-bagian kecil seluruh tulang sepanjang hidup. Seluruh siklus membutuhkan 4 hingga 8 bulan atau setidaknya 3 bulan. Proses Universitas Sumatera Utara resopsi berlangsung cepat, hanya membutuhkan 4 hingga 6 minggu, sedangkan proses pembentukan tulang baru, berlangsung lambat yang membutuhkan hingga 2 bulan untuk setiap siklus remodeling. Semua tulang akan melalui siklus perubahan tulang yang diatur oleh sistem hormonal.

2.2.4. Densitas Kepadatan Tulang

Kepadatan tulang adalah jumlah kandungan mineral tulang dalam setiap cm tulang yang diukur dengan alat bone densitometer. Kepadatan tulang yang rendah yaitu osteopenia dan osteoporosis. Osteopenia merupakan prediktor awal akan terjadinya osteoporosis keropos tulang diwaktu yang akan datang. Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen dan Kesehatan bekerjasama dengan PT. Fonterra Brands Indonesia 2005 ditemukan bahwa prevalensi osteopenia di Indonesia mencapai 41,8 dan 10,3 menderita osteoporosis, sekitar 40 dari sampel berusia kurang dari 45 tahun.

2.3. Proses Terjadinya Osteoporosis

Seiring dengan bertambahnya usia, keseimbangan sistem mulai terganggu. Tulang kehilangan kalsium lebih cepat dibanding kemampuannya untuk mengisi kembali. Alasan mengapa hal ini terjadi belum jelas. Secara umum dapat kita katakan bahwa osteoporosis terjadi saat fungsi penghancuran sel-sel tulang lebih dominan dibanding fungsi pembentukan sel-sel tulang. 3 Masa tulang mengalami perubahan selama hidup melalui tiga fase, yaitu: Universitas Sumatera Utara

2.3.1. Fase Pertumbuhan

Sekitar 90 massa tulang di bentuk pada fase pertumbuhan. Dimulai dini dari kehidupan janin sampai pada masa pubertas, dan hanya sedikit setelah umur 20 tahun. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang, antaralain: 1. Herediter genetik. Tinggi badan anak secara umum tergantung dari orang tua. 2. Nutrisi. Suplai makanan yang mengandung kalsium, fosfat, protein, dan vitamin A,C,D adalah hal yang penting untuk generasi pertumbuhan tulang serta untuk memelihara rangka yang sehat. 3. Faktor-faktor endokrin. a. Paratiroid hormon PTH. Dalam memelihara kadar kalsium darah, sehingga merangsang terjadinya sekresi PTH dengan cara melepas kalsium kedalam darah; merangsang absorpsi kalsium dan fosfat dari usus; meresorpsi kalsium dari tubulus renalis. b. Tirokalsitonin adalah hormon yang dihasilkan sel-sel parafolikuler dari kelenjar tiroid. Cara kerjanya menghambat resorbsi tulang. c. Tiroksin. Bertanggung jawab dalam pertumbuhan tulang yang layak, dan kematangan tulang. 4. Persarafan. Gangguan suplai persarafan mengakibatkan penipisan tulang seperti pada kelainan poliomielitis. 5. Penyakit-penyakit mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan tulang. 15 Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Fase konsolidasi

Setelah fase pertumbuhan berhenti, mulai fase konsolidasi yang berlangsung sekitar 10-15 tahun. Pada fase ini kepadatan tulang akan bertambah dan mencapai puncaknya pada usia 30-35 tahun. Keadaan ini disebut massa tulang puncak peak bone mass. Seseorang yang mempunyai massa tulang puncak yang tinggi akan mempunyai kekuatan tulang yang cukup bila terjadi penurunan densitas tulang akibat usia, atau sakit berat. 12

2.3.3. Fase involusi

Memasuki fase involusi, mulai terjadi pengurangan massa tulang sesuai dengan pertambahan usia. Pada usia 40-45 tahun, baik laki-laki maupun perempuan mulai terjadi proses penipisan massa tulang yang penyusutannya berkisar 0,3-0,5 per tahun. Penurunan massa tulang tidak sama di seluruh tulang rangka. Penurunan yang paling cepat terjadi di tulang telapak tangan, leher tulang paha, dan ruas tulang belakang. Tulang kerangka lain juga mengalami proses tersebut, tetapi berlangsung lebih lambat. 12 Dalam keadaan normal, tulang kita senantiasa berada dalam keadaan seimbang antara proses pembentukan dan penghancuran. Fungsi penghancuran resorpsi yang dilaksanakan oleh osteoklas, dan fungsi pembentukan yang dijalankan oleh osteoblas senantiasa berpasangan dengan serasi. Fase yang satu akan merangsang terjadinya fase yang lain. Dengan demikian tulang senantiasa beregenerasi. 3 Keadaan tersebut menyebabkan kepadatan massa tulang dan kekuatannya selalu tetap. Proses tersebut berbeda pada osteoporosis. Universitas Sumatera Utara Pada osteoporosis, osteoclast bekerja lebih aktif di bandingkan dengan osteoblas, akibatnya kepadatan tulang berkurang karena kehilangan banyak kalsium dan menyebabkan kerapuhan tulang. Tulang yang rapuh ini menjadi mudah patah karena tidak tahan pada benturan, walaupun benturan ringan sekalipun. Keseimbangan kalsium, antara yang masuk dan keluar, juga memainkan peranan penting. Bahkan faktor penentu utama untuk terjadinya osteoporosis adalah kadar kalsium yang tersisa pada tulang. Orang-orang yang sebelumnya memiliki densitas tulang yang tinggi tulang yang padat, mungkin tidak akan sampai menderita osteoporosis. Kehilangan kalsium yang dialami tidak mencapai tingkat dimana terjadi osteoporosis.Lebih kurang 99 dari keseluruhan kalsium tubuh kita berada di dalam tulang dan gigi. Bila kadar kalsium darah turun dibawah normal, tubuh akan mengambilnya dari tulang untuk mengisinya lagi. 3 Pada osteoporosis, resorpsi tulang meningkat sehingga kepadatan massa tulang menurun. Bila massa tulang yang hilang sedemikian besarnya maka benturan ringan pun dapat menyebabkan fraktur tulang. Pada osteoporosis, tulang-tulang yang sering mengalami fraktur yaitu ruas tulang belakang, tulang paha bagian atas dan pergelangan lengan bawah. 12

2.4. Penyebab dan Faktor Risiko Osteoporosis

2.4.1. Penyebab Osteoporosis

Penyebab osteoporosis dapat di klasifikasikan menjadi: 1 . Osteoporosis Primer Osteoporosis primer dapat timbul tanpa keadaan yang mendasari secara tiba- tiba. Bisa terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan pada segala usia. Namun, Universitas Sumatera Utara lebih sering terjadi pada perempuan setelah menopause, sedangkan pada laki-laki terjadi di usia yang lebih tua. Tipe osteoporosis primer terdiri dari : Tipe 1. Osteoporosis pascamenopause Timbul setelah haid berhenti menopause sebagai akibat rendahnya hormon estrogen. Tipe ini terjadi pada usia 55-70 tahun. Pada usia tersebut perempuan lebih banyak terkena osteoporosis. Fraktur yang terjadi biasanya di ruas tulang belakang dan pergelangan tangan. 12 Tipe 2. Osteoporosis senilis Timbul pada usia berkisar 70-85 tahun. Perempuan resikonya 2 kali lebih besar daripada laki-laki. Pada laki-laki timbulnya osteoporosis lebih lambat karena penurunan hormon seks yang lebih lambat. Fraktur biasanya terjadi di ruas tulang belakang, bagian leher tulang paha, dan tulang panjang seperti tulang lengan bawah dan tulang tungkai bawah. 12 Tipe 3. Osteoporosis idiopatik juvenil Osteoporosis idiopatik tidak disebabkan oleh menopause atau berkurangnya hormon. Lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan. Gejalanya, terjadi fraktur kompresi di ruas tulang belakang pada usia 30-60 tahun, juga dapat menyerang sebelum pubertas, baik laki-laki maupun perempuan, dan dapat mengenai seluruh tulang . Tipe ini jarang sekali ditemukan, apabila terjadi, berlangsung akut selama 2-4 tahun, kemudian terjadi kesembuhan spontan tanpa pengobatan. 12

2. Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis sekunder terjadi karena adanya penyakit tertentu atau akibat dari pengobatan. Kondisi yang mempengaruhi osteoporosis sekunder seperti: Universitas Sumatera Utara 1. Penyakit menahun reumatik sendi, kencing manis. 2. Penyakit keganasan leukemia, limfoma, metastasis kanker tulang. 3. Penggunaan obat tertentu anti-konvulsan, antasida yang mengandung alumenium, tetrasiklin. 4. Tidak bisa bergerak total stroke yang menyebabkan kelumpuhan, sakit berat yang lama. 5. Gangguan metabolisme kalsium turunnya penyerapan kalsium oleh usus, gangguan metabolisme vitamin D. 6. Kelainan endokrin kekurangan hormon estrogen, progestogen. 7. Pengangkatan kedua indung telur, atau pengangkatan sebagian lambung. 12

2.4.2. Faktor Risiko Osteoporosis

Karena pola pembentukan dan resopsi tulang berbeda antar individu, para ahli memperkirakan ada banyak faktor yang berperan antara lain: 1. Perempuan Perempuan mempunyai risiko 6 kali lebih besar dari laki-laki untuk terkena osteoporosis primer. Disebabkan kehilangan massa tulangnya lebih cepat setelah menopause, karena pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya sejak usia perempuan 35 tahun dan menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. 2. Usia Semakin lanjut usia, semakin besar kehilangan massa tulang, dan semakin besar pula kemungkinan timbulnya osteoporosis. Di samping itu, semakin tua akan semakin berkurang kemampuan saluran cerna untuk menyerap kalsium. 3. RasSuku Universitas Sumatera Utara Rassuku juga membuat perbedaan, seperti suku Asia cenderung memiliki kerangka tulang kecil. Orang yang rangka tulang kecil lebih sering mengalami osteoporosis, daripada orang dengan rangka besar. 4. Keturunan Penderita Osteoporosis Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu, seperti kesamaan perawakan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama. 5. Gaya Hidup 1. Konsumsi daging merah dan minuman bersoda. Daging merah dan minuman bersoda mengandung fosfor yang merangsang pembentukan hormon parathyroid, penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah. 2. Minuman berkafein dan beralkohol. Kafein akan meningkatkan pembuangan kalsium melalui urin. 3. Malas olahraga Proses osteoblas atau pembentukan massa tulang akan terhambat bagi yang malas bergerak atau olahraga. Semakin banyak bergerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa tulang. 4. Merokok Perokok sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang. Disamping itu,rokok juga membuat penghisapnya mengalami hipertensi, penyakit jantung dan tersumbatnya aliran darah keseluruh tubuh. Bila darah sudah tersumbat, maka proses Universitas Sumatera Utara pembentukan tulang sulit terjadi. Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang tidak akan terasa karena proses pembentukan tulang masih terus terjadi. Namun saat melewati umur 35 tahun, efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti. 5. Kurang kalsium Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang. 6. Mengkonsumsi Obat Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma dan alergi bila sering dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi akan mengurangi massa tulang, sebab kotikosteroid menghambat proses osteoblast. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis. 7. Kurus dan Mungil Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan misal kurang dari 57 kg, padahal tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang berat, karena posisi tulang menyangga bobot maka tulang akan terangsang untuk membentuk massa pada area tersebut, terutama pada bagian pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.

2.5. Diagnosis

Pemeriksaan jasmani penderita osteoporosis seringkali tidak menunjukkan kelainan yang khas, kecuali tubuh yang bungkuk dan berkurangnya tinggi badan. Untuk menegakan diagnosis, selain gejala-gejala di atas, diperlukan pemeriksaan penunjang seperti: Universitas Sumatera Utara 1. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan ini meliputi darah lengkap, albumin, fosfor, ureum, T3, T4, serum protein elektroforesis, dan urin lengkap. Juga dilakukan pemeriksaan kadar kalsium, kreatinin, dan osteokalsin untuk mengetahui secara tidak langsung adanya gangguan keseimbangan resorpsi dan pembentukan tulang. Namun tidak semua pemeriksaan di atas dilakukan mengingat harganya yang mahal. 12 2. Penilaian densitas tulang Pengukuran densitas atau kepadatan tulang adalah pengukuran kepadatan mineral seperti kalsium dengan menggunakan alat seperti: Single photon absorptio- metry SPA memakai sumber photon antara lain iodine125 dan pancaran photon akan menembus sejumlah jaringan mineral tulang yang akan dihitung dan dilaporkan sebagai densitas mineral. Single energy X-ray Absorptiometry SXA pada saat ini telah digantikan dengan Single Photon Absorptiometry SPA dan teknik ini digunakan untuk scanning pergelangan tangan saja sedang untuk mengukur densitas vertebra dan panggul teknik ini tidak dapat memberikan hasil secara tepat. Vertebra dan panggul hanya dapat diukur dengan tepat memakai teknik dual energy absorptiometry memakai photon DPA atau x-ray DXA atau DEXA. Metoda Quantitative Ultrasound QUS termasuk Broad-band Ultrasound Attenuation BUA, Speed of Sound SOS atau Ultrasound Velocity UV akhir-akhir ini telah dipasarkan dan telah dilakukan evaluasi secara luas manfaatnya untuk mengukur status tulang osteoporosis pada tumit dan jari. Hal yang menarik dalam pemakaian alat ini adalah pada biaya low cost, mudah dibawa portability dan Universitas Sumatera Utara tanpa radiasi, serta disamping dapat memberikan informasi mengenai massa tulang juga dapat menilai organisasi struktur tulang. Computerised Tomography CT telah dipakai untuk mengukur densitas tulang baik pada tulang tangan maupun pada vertebra. Keuntungan utama metoda ini dalam mengukur densitas tulang trabekula, menunjukkan densitas tulang secara volumetrik murni, berbeda dengan DEXA yang hanya mampu memberikan densitas tulang areal. CT tidak dapat memberikan hasil yang cukup baik seperti halnya pada teknik DEXA. Kerugian teknik ini adalah adanya radiasi dan biaya pemeriksaannya mahal. Pemeriksaan densitas tulang merupakan komponen utama dan merupakan salah satu penentu dalam menegakkan diagnosis osteoporosis. Dari hasil pengukuran, dapat diperkirakan kekuatan tulang. 19 Berdasarkan densitas massa tulang pemeriksaan massa tulang dengan menggunakan alat densitometri. WHO membuat kriteria sebagai berikut : Sumber: Medicastore. 3

2.6. Pencegahan