2.3.1. Fase Pertumbuhan
Sekitar 90 massa tulang di bentuk pada fase pertumbuhan. Dimulai dini dari kehidupan janin sampai pada masa pubertas, dan hanya sedikit setelah umur 20
tahun. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang, antaralain: 1. Herediter genetik. Tinggi badan anak secara umum tergantung dari orang tua.
2. Nutrisi. Suplai makanan yang mengandung kalsium, fosfat, protein, dan vitamin A,C,D adalah hal yang penting untuk generasi pertumbuhan tulang serta untuk
memelihara rangka yang sehat. 3. Faktor-faktor endokrin.
a. Paratiroid hormon PTH. Dalam memelihara kadar kalsium darah, sehingga merangsang terjadinya sekresi PTH dengan cara melepas kalsium kedalam darah;
merangsang absorpsi kalsium dan fosfat dari usus; meresorpsi kalsium dari tubulus renalis.
b. Tirokalsitonin adalah hormon yang dihasilkan sel-sel parafolikuler dari kelenjar tiroid. Cara kerjanya menghambat resorbsi tulang.
c. Tiroksin. Bertanggung jawab dalam pertumbuhan tulang yang layak, dan kematangan tulang.
4. Persarafan. Gangguan suplai persarafan mengakibatkan penipisan tulang seperti pada kelainan poliomielitis.
5. Penyakit-penyakit mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan tulang.
15
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Fase konsolidasi
Setelah fase pertumbuhan berhenti, mulai fase konsolidasi yang berlangsung sekitar 10-15 tahun. Pada fase ini kepadatan tulang akan bertambah dan mencapai
puncaknya pada usia 30-35 tahun. Keadaan ini disebut massa tulang puncak peak bone mass. Seseorang yang mempunyai massa tulang puncak yang tinggi akan
mempunyai kekuatan tulang yang cukup bila terjadi penurunan densitas tulang akibat usia, atau sakit berat.
12
2.3.3. Fase involusi
Memasuki fase involusi, mulai terjadi pengurangan massa tulang sesuai dengan pertambahan usia. Pada usia 40-45 tahun, baik laki-laki maupun perempuan
mulai terjadi proses penipisan massa tulang yang penyusutannya berkisar 0,3-0,5 per tahun. Penurunan massa tulang tidak sama di seluruh tulang rangka. Penurunan
yang paling cepat terjadi di tulang telapak tangan, leher tulang paha, dan ruas tulang belakang. Tulang kerangka lain juga mengalami proses tersebut, tetapi berlangsung
lebih lambat.
12
Dalam keadaan normal, tulang kita senantiasa berada dalam keadaan seimbang antara proses pembentukan dan penghancuran. Fungsi penghancuran
resorpsi yang dilaksanakan oleh osteoklas, dan fungsi pembentukan yang dijalankan oleh osteoblas senantiasa berpasangan dengan serasi. Fase yang satu akan
merangsang terjadinya fase yang lain. Dengan demikian tulang senantiasa beregenerasi.
3
Keadaan tersebut menyebabkan kepadatan massa tulang dan kekuatannya selalu tetap. Proses tersebut berbeda pada osteoporosis.
Universitas Sumatera Utara
Pada osteoporosis, osteoclast bekerja lebih aktif di bandingkan dengan osteoblas, akibatnya kepadatan tulang berkurang karena kehilangan banyak kalsium
dan menyebabkan kerapuhan tulang. Tulang yang rapuh ini menjadi mudah patah karena tidak tahan pada benturan, walaupun benturan ringan sekalipun.
Keseimbangan kalsium, antara yang masuk dan keluar, juga memainkan peranan penting. Bahkan faktor penentu utama untuk terjadinya osteoporosis adalah
kadar kalsium yang tersisa pada tulang. Orang-orang yang sebelumnya memiliki densitas tulang yang tinggi tulang yang padat, mungkin tidak akan sampai
menderita osteoporosis. Kehilangan kalsium yang dialami tidak mencapai tingkat dimana terjadi osteoporosis.Lebih kurang 99 dari keseluruhan kalsium tubuh kita
berada di dalam tulang dan gigi. Bila kadar kalsium darah turun dibawah normal, tubuh akan mengambilnya dari tulang untuk mengisinya lagi.
3
Pada osteoporosis, resorpsi tulang meningkat sehingga kepadatan massa tulang menurun. Bila massa tulang yang hilang sedemikian besarnya maka benturan
ringan pun dapat menyebabkan fraktur tulang. Pada osteoporosis, tulang-tulang yang sering mengalami fraktur yaitu ruas tulang belakang, tulang paha bagian atas dan
pergelangan lengan bawah.
12
2.4. Penyebab dan Faktor Risiko Osteoporosis