Adanya Perbuatan Yang Menyesatkan

untuk melakukan penukarankonversi atas saham yang dimilikinya menjadi saham perusahaan ke dalam perusahaan tersebut menggabungkan dirinya, atau menjadi pemegang saham perusahaan hasil peleburan. Penukarankonversi saham ini tidak lain adalah “membeli” atau tepatnya menukarkan saham satu perusahaan dengan dengan menggunakan saham perusahaan lainnya, Oleh karena itu untuk memenuhi prinsip-prinsip keterbukaan mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk menyampaikan pernyataan penggabungan usaha kepada BAPPEPAM–LK dan melaporkan kepada publik. 56 Ini harus diinformasikan kepada investor karena tindakan tersebut termasuk fakta material.

3. Adanya Perbuatan Yang Menyesatkan

Pada umumnya pelanggaran prinsip keterbukaan disclosure termasuk juga adanya pernyaataan yang menyesatkan, sebab adanya misrepresentation atau pernyataan dengan membuat penghilangan omission fakta material, baik dalam dokumen-dokumen penawaran umum maupun dalam perdagangan saham. Pernyataan-pernyataan demikian menciptakan gambaran yang salah tentang kualitas emiten, manajemen, dan potensi ekonomi emiten. Oleh karena itu, peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan disclosure membuat larangan atas perbuatan misrepresentation dan omission. 57 56 Hamud M. Balfas, , Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: PT. Tatanusa, 2006, hal.72 57 Bismar Nasution, Op.cit, hal.73 Universitas Sumatera Utara Peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan disclosure di pasar modal Indonesia telah memuat ketentuan mengenai larangan ketentuan perbuatan menyesatkan tersebut, baik dalam prospektus mapun media massa yang berhubungan dengan suatu penawaran umum. Disamping itu, ketentuan larangan perbuatan menyesatkan telah menetapkan sanksi berupa ancaman pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp. 15.000.000.000. lima belas milyar rupiah terhadap pelanggaran atas perbuatan tersebut. 58 Namun, peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan yang memuat ketentuan- ketentuan larangan perbuatan yang menyesatkan tersebut sangat sederhanan dan kurang memadai untuk mengatur elemen-elemen perbuatan yang menyesatkan. Seperti, dalam pasal 78 Undang-Undang Pasar Modal menentukan, tidak boleh membuat pernyataan fakta material yang salah atau tidak boleh membuat fakta material yang benar. Larangan yang diatur dalam pasal 78 UUPM ini mirip dengan konsep dalam Rule 10b-5 dan section 10b Securities Exchange Act 1934, yang melarang pernyataan menyesatkan dalam prospektus dengan cara, a. Menggunakan alat-alat, skema atau fasilitas untuk menipu. b. Membuat pernyataan yang salah mengenai fakta material atau tidak memasukkan fakta material yang diperlukan dalam pernyataan dan dalam penjelasan tidak menyesatkan. c. Terlibat dalam tindakan, praktek atau dalam praktek dan bidang bisnis yang beroperasi atau akan beroperasi sebagai penipuan atas seorang dalam perdagangan saham. 59 58 Ibid. hal.76 59 Ibid. hal.77 Universitas Sumatera Utara Larangan lainnya juga dapat dilihat dalam pasal 93 Undang-Undang Pasar Modal, yang melarang seseorang dengan cara apapun untuk membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan, yang dapat mempengaruhi harga saham di Bursa Efek, yaitu apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan: a. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan. b. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut. B. Penentuan Fakta Material Dan Prinsip Keterbukaan Di Pasar Sekunder 1. Penentuan Fakta Material Dalam Mempengaruhi Harga Saham di Pasar Sekunder Para investor selalu aktif mengumpulkan berbagai informasi dan memanfaatkannya untuk memahami harga-harga saham dalam pasar sekunder, informasi yang dikumpulkan tersebut adalah informasi yang mengandung fakta material. Suatu informasi yang tidak lengkap, tidak akurat dan tidak up to date akan memberikan bahan analisis yang menyesatkan, sehingga dapat menimbulkan kesalahan dalam mengambil keputusan investasi dari investor. Kesalahan ini besar kemungkinannya akan menimbulkan kerugian bagi para investor. Apabila hal ini berlanjut terus maka kiranya sulit untuk mengajak para investor untuk datang ke pasar modal dan bahkan tidak tertutup kemungkinan para investor yang telah terjun di pasar modal menarik diri dan menginvestasikan dananya pada media investasi lain. Universitas Sumatera Utara Dengan adanya fakta material yang diperoleh masyarakat investor secara benar dari pihak emiten, maka hal tersebut memposisikan calon investor pada posisi adil, artinya setiap ”pemain” dibursa mempunyai hak yang sama dalam memutuskan untuk menjual atau membeli saham perusahaan tertentu. Posisi berimbang tersebut secara tidak langsung dapat mengontrol pasar dari praktek penipuan, manipulasi pasar maupun insider trading yang hanya akan menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. 60 Pasal 1 ayat 7 Undang Undang Pasar Modal menjabarkan: “Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut”. 61 Undang-undang tidak menyebutkan apakah informasi atau fakta material tersebut, tetapi hanya menyebutkannya dengan mengemukakan beberapa contoh dalam penjelasan atas pasal 1 angka 7 Undang-Undang Pasar Modal. Contoh yang disebutkan Undang-undang tersebut antara lain adalah: informasi menyangkut penggabungan usaha, pengambilalihan, peleburan usaha, pembentukan usaha patungan dan beberapa informasi lainnya seperti yang menyangkut pemecahan saham dan pembagian dividen saham, produk dan penemuan baru yang berarti dan lain-lainnya. 62 Ketentuan dalam undang undang tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam salah satu peraturan pelaksanaannya, yaitu lewat keputusan ketua BAPEPAM-LK No. Kep- 60 Lihat pasal 90-98 Undang-Undang Pasar Modal 61 Lihat pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Pasar Modal 62 Lihat penjelasan pasal 1 angka 7 Undang-Undang Pasar Modal Universitas Sumatera Utara 86PM1996 antara lain ditentukan bahwa apabila terjadi kejadian atau fakta material maka haruslah melaporkan kepada BAPEPAM-LK dan mengumumkannya kepada masyarakat selambat-lambatnya pada hari kerja ke 2 dua setelah kejadian. Dalam keputusan ketua BAPEPAM-LK tersebut kembali diberikan contoh yang lebih terperinci tentang informasi atau kejadian material yang diperkirakan dapat mempengaruhi nilai saham suatu perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Contoh informasi atau fakta material tersebut adalah sebagai berikut: 63 a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha atau pembentukan usaha patungan. b. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham. c. Pendapatan dari deviden yang luar biasa sifatnya. d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting. e. Produk penemuan baru yang berarti. f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen. g. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya. h. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang. i. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material. j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting. k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan atau direktur dan komisaris perusahaan. 63 Keputusan Ketua Bapepam No. Kep.-86PM1996 tanggal : 24 Januari 1996 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus segera Diumumkan kepada Publik. Universitas Sumatera Utara l. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain. m. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan. n. Penggantian wali amanat. o. Perubahan tahun fiskal perusahaan. Selain informasi atau fakta material yang telah disebutkan, masih banyak lagi informasi atau fakta-fakta lainnya, yang mungkin timbul dan dapat mempengaruhi harga saham atau keputusan investasi dari investor. Informasi atau fakta material tersebut haruslah dihubungkan dengan ekspektasi orang mengenai peristiwa tersebut atas harga saham dan keputusan investor atas saham tersebut. Peristiwa-peristiwa lain yang dapat mempengaruhi harga saham umpamanya, kebakaran, pemogokan, dan penutupan perusahaan, pencemaran lingkungan hidup. Peristiwa lainnya berkenaan tender offer, merjer atau peleburan consolidation dan akuisisi perusahaan, yang merupakan topik penting yang harus diinformasikan kepada investor karena tindakan tersebut termasuk fakta material. Permasalahan yang timbul, adalah pada saat merjer atau peleburan dan akuisisi menjadi sesuatu hal yang mengandung fakta material. Hal ini perlu menjadi perhatian, sebab peraturan pasar modal Indonesia hanya menyebutkan bahwa informasi merjer dan akuisisi sebagai fakta material yang harus disampaikan, tanpa menentukan saat yang tepat untuk menyampaikan informasi tersebut. Misalnya apakah pembicaraan awal mengenai merjer dan akuisisi sudah material dan pada saat itu wajib disampaikan pada investor atau pemegang saham. 64 64 Bismar Nasution, Op. cit, hal.157-158 Universitas Sumatera Utara Walaupun peraturan kewajiban prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia telah menetukan merjer sebagai informasi material, namun dalam praktek peraturan tidak dapat menjelaskan apa yang menjadi ukuran atau standar merjer dikatakan sebagai informasi material. Sementara itu yang menetukan suatu informasi atau fakta wajib diungkapkan adalah tergantung dari bobot materialitas informasi tersebut. 65 Jika diperhatikan secara mendalam ternyata beberapa peraturan yang terdapat dalam Undang-Undang Pasar Modal Indonesia masih bersifat sumir atau tidak cukup terperinci. 66 Undang undang pasar modal Indonesia yang demikian itu membuka loophole yang bisa dimanfaatkan oleh mereka yang tidak beritikad baik. dengan perkataan lain, karena tidak terperincinya standar penentuan fakta material sangat berpotensi terhadap pelanggaran prinsip keterbukaan yang pada akhirnya dapat menimbulkan perbuatan curang dalam penjualan saham dan merugikan investor. Ketentuan standar penentuan fakta material dan ketentuan perbuatan curang adalah napas hukum pasar modal. 67 Apabila suatu kejadian sulit untuk ditentukan sebagai suatu informasi atau fakta material, maka konsep kewajiban untuk menyampaikan informasi duty to disclouse itu menjadi terhambat. Untuk menentukan apakah suatu informasi adalah fakta material atau bukan tergantung kepada beberapa pandangan, yaitu : 68 Pertama, suatu informasi disklasifikasikan sebagai fakta material bila informasi yang sifatnya tidak publik, menurut pemegang saham yang berakal sehat, 65 Ibid. hal.158 66 Ibid . hal.11 67 Ibid. 68 Ibid. Universitas Sumatera Utara adalah penting bagi mereka, bukan semata-mata karena apa yang ingin mereka ketahui. Bila fakta yang dihilangkan atau pernyataan yang tidak benar itu secara substantif penting, maka fakta tersebut adalah material. Kedua, penafsiran tentang fakta material berkembang kepada apa yang dimaksud dengan informasi ”firm-specific”. Standarnya adalah informasi spesifik untuk perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan standar ini, kewajiban penyampaian berdasarkan adanya informasi yang bersifat firm specific. Suatu informasi itu tidak dapat menjadi material, kecuali informasi itu memiliki firm specific . 69 Ketiga, di Indonesia, orang berpendapat bahwa suatu informasi merupakan fakta material bila informasi tersebut dapat mempengaruhi turun naiknya harga saham. Suatu harga saham dibentuk berdasarkan pada pernyataan yang akurat dari managemen perusahaan. Artinya informasi itu tidak merupakan pernyataan yang menyesatkan. penyampaian informasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan pasar modal tidak efisien. Maka dalam hal ini keterbukaan artinya, suatu informasi tidak mengandung misrepresentation atau omission. 70 Sri Mulyani Indrawati memberikan ilustrasi bahwa pasar modal yang efisien dirumuskan sebagai suatu kondisi dimana saham yang diperjual belikan sekuritas memiliki harga yang mencerminkan seluruh informasi yang relevan dengan pembentukan harga saham tersebut. Sehingga implikasinya, harga saham 69 Informasi Firm specific adalah Informasi berupa laporan keuangan emiten yang harus disampaikan setiap kwartal, penemuan baru, perolehan dan kehilangan kontrak, gugatan terhadap perusahaan, keuntungan atau kerugiaan perusahaan, biaya produksi perusahaan, dan lain sebagainya yang berhubungan langsung dengan kegiatan perusahaan. 70 Bismar Nasution, Op. cit, hal.13 Universitas Sumatera Utara mencerminkan nilai intrinsik yang sebenarnya yang merupakan hasil dari informasi yang tersedia. 71

2. Peristiwa Material Dalam Perdagangan Saham Di Pasar Sekunder