Prinsip Keterbukaan Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Investor

dilakukan oleh pengelola perusahaan berupa manipulasi laba, penjualan asset yang tidak fair, praktek transper pricing tidak semestinya, penyertaan angota keluarga tidak berkualitas dalam jajaran perusahaan, pembayaran gaji atau kompensasi yang berlebihan pada eksekutif 79 dan lain-lainnya. Perlindungan yang dimaksudkan tidak untuk memberikan ganti rugi bagi investor yang mengalami kerugian oleh karena misalnya terjadi penurunan harga saham di bursa, akan tetapi lebih dikaitkan dengan pemberian informasi yang lengkap, akurat dan up to date kepada para investor. Dengan informasi ini diharapkan para investor dapat mengetahui keadaan perusahaan yang go public dan keadaan pasar yang penting artinya sebagai bahan di dalam mengambil keputusan investasi.

1. Prinsip Keterbukaan Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Investor

Secara umum dapat disebutkan bahwa keterbukaan merupakan prinsip dasar yang dianut secara universal dan berlaku secara mutlak di pasar modal. Sebagai pasar yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang menawarkan dana, pasar modal dikelola secara profesional dengan mengedepankan prinsip keterbukaan untuk mempermudah akses bagi semua pihak yang berkepentingan dengan kegiatan pasar modal. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa penerapan prinsip keterbukaan di pasar modal sesungguhnya bertujuan untuk: 79 Akhamd Syakhroza, “Best Practice Corporate Governance dalam Kontek Lokal Perbankan Indonesia, Usahawan No.06 Th.XXXII Juni 2003. Universitas Sumatera Utara a. Memberikan perlindungan hukum bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pasar modal, terutama bagi investor pemodal b. Memberikan informasi seluas-luasnya bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pasar modal sebagai dasar pertimbangan pengambilan suatu keputusan. c. Meningkatan kepercayaan publik kepada pasar modal, hal ini didasarkan pemikiran bahwa aktifitas pasar modal sangat bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat, sehingga untuk menumbuhkan kepercayaan diberikan ruang seluas-luasnya untuk mendapatkan informasi di pasar. Penerapan prinsip keterbukaan merupakan cara untuk meningkatkan kepercayaan trust and confidence kepada investor secara lebih luas. Peningkatan perlindungan investor dan kepercayaan ini selanjutnya juga akan berdampak kepada ekonomi suatu negara secara umum. Hal ini karena hanya dengan memberikan perlindungan yang baik terhadap investor, dan penerapan prinsip keterbukaan secara konsisten dan bermutu, dapat diharapkan masuknya modal ke dalam suatu negara. 80 Bentuk keterbukaan disclosure setelah listing pasar sekunder yaitu laporan berkala yang harus dilakukan oleh emiten, dapat dilihat pada pasal 86 huruf a UUPM, yaitu: Membebankan kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala oleh emiten, kepada BAPEPAM-LK dan mengumumkannya kepada masyarakat. 81 Laporan keuangan berkala oleh emiten terdiri atas laporan tahunan dan laporan semesteran. Laporan keuangan berkala tersebut terdiri atas: 82 Neraca, laporan laba 80 Hugo Nemirowsky dan Jesse Right, Issues Surrounding Security Regulation in Latin America and the Carribean , Sustainable Development Department, The Inter American Development Bank www.iadb.orgsdsIFM, hal.l 81 Lihat pasal 86 ayat 1 huruf a Undang-Undang Pasar Modal. 82 Lihat Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-97PM 1996 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. Universitas Sumatera Utara rugi, laporan saldo laba, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan lain-lainnya. Menurut pasal 81 ayat 2 Undang-Undang Pasar Modal : “Pembeli efek yang telah mengetahui bahwa informasi tersebut tidak benar dan menyesatkan sebelum melaksanakan pembelian efek tersebut tidak dapat mengajukan tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang timbul dari transaksi efek tersebut”. Dalam hal ini, jika investor telah mengetahui ketidakbenaran tersebut, tetapi masih mau membeli saham tersebut, tentunya ia tidak dapat meminta ganti kerugian, sebab berarti investor tersebut sewaktu membeli saham efek telah melakukan risk assumption , yaitu siap untuk ambil resiko. Jadi, ini merupakan a part of the game baginya. 83

a. Keterbukan Dalam Pemutakhiran Informasi

Selain adanya kewajiban untuk menyampaikan keterbukaan informasi secara berkala dan berdasarkan kejadian tersebut, emiten juga diwajibkan untuk melakukan pemutakhiran updating atas informasi yang disampaikan secara berkala berdasarkan kejadian tersebut. Kewajiban pemutakhiran ini diwajibkan dalam hal terjadi perkembangan atau perubahan material atas informasi yang telah disampaikan sebelumnya, sehingga informasi yang ada tidak menjadi menyesatkan. 84 83 Adrian Sutedi, Op. cit, hal.108 84 Dale Arthur Oesterle,”The Inexorable March Toward A Countinuos Disclosure Requirement for Public Traded Corporation: Are We There Yet” Cardozo Law Review, volume 20:135,th1998, hal.141-142. Universitas Sumatera Utara Kewajiban ini timbul sebagai bagian dari kewajiban keterbukaan terus menerus continuous disclosure yang harus dilakukan oleh emiten. Continuous disclosure tidak hanya mewajibkan emiten untuk menyampaikan setiap perkembangan atau peristiwa baru, tetapi juga mengharuskan emiten untuk selalu melakukan pemutakhiran update atas informasi yang telah disampaikan sebelumnya atas peristiwa yang sama. Dengan demikian kewajiban pemutakhiran ini juga timbul dalam hal ada kejadian, yang meskipun tidak material, tetapi menjadi penting untuk melihat masalah yang dihadapi oleh emiten secara keseluruhan. Kewajiban ini juga timbul atau dibutuhkan untuk membuat informasi yang telah disampaikan tidak menjadi menyesatkan misleading untuk membantah atau menguatkan desas-desus yang timbul mengenai keadaan emiten di pasar. Di Amerika Serikat konsep ini dikenal dengan doktrin yang disebut sebagai half truth rule. 85 Di Indonesia doktrin yang mengharuskan adanya pemutakhiran dalam rangka continuous disclosure ini dikenal dengan doktrin duty to update. Undang-undang pasar Modal memang tidak secara tegas membebankan adanya kewajiban ini kepada emiten. Tetapi ini bukan berarti kewajiban untuk melakukan pemutakhiran updating itu tidak ada. Pasal 86 ayat 1 huruf a dan b UUPM menyatakan bahwa emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, wajib menyampaikan laporan secara berkala dan laporan peristiwa material kepada BAPEPAM-LK dan mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat. Ketentuan ini tentunya jelas menyiratkan adanya 85 Ibid , hal.143-144 Universitas Sumatera Utara kewajiban emiten untuk melakukan pemutakhiran atas informasi yang telah disampaikan kepada publik. 86

b. Keterbukaan Tentang Rahasia Dagang

Terlepas dari apa yang dikemukakan di atas dan adanya kewajiban untuk melakukan keterbukaan disclosure tidak berarti semua informasi harus disampaikan oleh perusahaan. Informasi yang tidak perlu disampaikan karena dianggap telah diketahui dan juga tidak mempunyai pengaruh terhadap keputusan investor. Misalnya, adalah informasi mengenai komponen produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan atau emiten. Emiten memang harus menyampaikan informasi mengenai jumlah dari produk yang dihasilkan tetapi tidak mengenai komponen dari produk yang dihasilkan tersebut. Informasi seperti ini tidak perlu disampaikan karena memang dianggap rahasia dagang sehingga tidak mungkin diketahui oleh pihak lain termasuk investor sekalipun. 87 Karena yang dibutuhkan investor adalah nilai yang dihasilkan dari produk perusahaan, atau yang dibutuhkan oleh investor adalah kemampuan menghasilkan nilai dari rahasia dagang tersebut. 88 86 Lihat Pasal 86 ayat 1 huruf a dan b UUPM berikut penjelasannya. 87 Lihat pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Rahasia Dagang dirumuskan sebagai informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi danatau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang. 88 Hamud M. Balfas, Op. cit, hal.226 Universitas Sumatera Utara

c. Keterbukaan Dalam Tugas Direksi

Keterbukaan dalam Tugas Direksi pada dasarnya menjalankan kepentingan- kepentingan dari para pemegang saham untuk secara terus menerus dan sekuat tenaga mengelola perseroan dengan baik untuk mencapai tujuan perseroan. Termasuk di dalam pengurusan ini tentunya adalah memberitahu para pemegang saham mengenai perkembangan dari perseroan, serta selalu bertindak untuk kepentingan perseroan tanpa adanya benturan kepentingan dengan kepentingannya sendiri. Kewajiban direksi harus dijalankan meskipun kemudian informasi yang diberikan oleh perseroan tersebut digunakan oleh pemegang saham untuk mengambil keputusan keluar dari perseroan dengan menjual sahamnya. Mereka berhak mengetahui perkembangan perusahaannya dan adalah kewajiban direksi untuk secara terus menerus memberitahukan informasi tersebut kepada pemegang saham investor. Oleh karena itu Keterbukaan merupakan amanat yang dibebankan oleh undang-undang kepada direksi dalam rangka pencapaian tujuan perseroan. Direksi harus juga memastikan kualitas dari keterbukaan yang harus dilakukannya tersebut, sehingga mencapai tujuan dan manfaat terbaik untuk pemegang sahamnya. Apa yang harus dilakukan oleh direksi untuk meningkatkan shareholders value 89 bukanlah memilah-memilah antara informasi yang baik dan buruk yang harus disampaikan kepada investor dan pemegang saham. Tetapi mengurus perseroan untuk mencapai setinggi mungkin nilai ekonomi yang dapat diberikan kepada pemegang saham. 89 Shareholder value adalah konsep yang menggambarkan tujuan dari manajemen perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tergambar dengan meningkatnya nilai saham perusahaan tersebut. Universitas Sumatera Utara Karena hanya dengan melakukan pengelolaan dan pengurusan yang baik, maka pencapaian nilai ekonomis yang lebih tinggi akan terwujud melalui “shareholder value ” tersebut. 90

d. Keterbukaan Oleh Pemegang Saham Tertentu

Undang-undang Pasar Modal juga mewajibkan adanya keterbukaan yang harus dilakukan oleh pemegang saham tertentu, dan pengurus perseroan direksi dan komisaris. Maka keterbukaan yang menyangkut pemegang saham dan pengurus lebih ditujukan untuk memberikan peringatan dini kepada pemegang saham minoritas mengenai gerak-gerik pemegang saham besar dalam kegiatannya yang berhubungan dengan saham perseroan. Dengan kewajiban ini maka investor pemegang saham minoritas lebih dapat memahami dinamika perseroan dan sahamnya secara lebih baik. Mereka akan dapat mengambil keputusan investasi dengan lebih cepat dan tepat, apabila pemegang saham tertentu dan pengurus perseroan tersebut mengambil tindakan tertentu atas saham yang dimilikinya. Keterbukaan pemegang saham tertentu dan pengurus ini sangat berhubungan dengan kedudukan mereka sebagai orang dalam, yang dianggap sangat intim dengan keadaan perseroan, sehingga apa pun tindakan mereka atas saham perseroan yang dimilikinya perlu diketahui oleh investor lainnya. 91 90 Hamud M. Balfas, Op. Cit, hal.212 91 Lihat penjelasan atas pasal 87 ayat 1 UUPM Universitas Sumatera Utara Kewajiban pelaporan oleh pemegang saham tertentu ini dikenakan kepada mereka yang memiliki sekurang-kurangnya 5 lima persen saham emiten. Sebagaimana dikatakan Undang-undang pengurus perseroan dan pemegang saham utama orang yang dianggap sebagai orang dalam. 92 Dengan kedudukannya sebagai orang dalam itu, mereka dianggap mempunyai kelebihan dan kedekatan atas informasi emiten, yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan dengan kedudukannya tersebut.

e. Keterbukaan Lembaga-lembaga Pasar Modal

Kewajiban hukum melaksanakan disclosure di pasar modal juga dilakukan oleh para pihak lain yang menyelenggarakan aktivitas di pasar modal seperti Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin, Lembaga Penyimpan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasehat Investasi, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian, Wali Amanat dan para pihak lainnya yang telah memperoleh izin, persetujuan atau pendaftaran oleh BAPEPAM-LK 93 seperti misalnya akuntan publik tertentu yang mengetahui adanya pelanggaran hukum atau hal-hal yang membahayakan keadaan keuangan nasabahnya maka wajib menyampaikan pemberitahuan selambat-lambatnya dalam waktu tiga hari kerja sejak terjadinya peristiwa tersebut. 92 Lihat Penjelasan pasal 95 UUPM. 93 Lihat pasal 85 BAB X Undang-Undang Pasar Modal tentang Pelaporan dan Keterbukaan Informasi. Universitas Sumatera Utara

f. Unsur Prinsip Keterbukaan Harus Serentak, Cepat dan Lengkap

Berdasarkan uraian di atas maka dalam hal dilakukannya keterbukaan terus menerus continuous disclosure, harus ada jaminan bahwa keterbukaan yang dilakukan haruslah mengandung unsur serentak simultaneous, kecepatan promptness dan lengkap. Unsur serentak simultaneous dimaksudkan agar informasi yang disampaikan dapat mencapai sebanyak mungkin pihak yang memerlukan informasi tersebut. Untuk itu haruslah digunakan media yang cepat, tepat dan dapat menyebarkan seluas mungkin informasi tersebut. Saat ini media utama penyebaran informasi dilakukan melalui lantai bursa dan media elektronika seperti internet. Investor harus melakukan pemantauan atas penyebaran informasi tersebut sehingga dapat memastikan bahwa informasi sampai ke tangan investor tepat pada waktunya. Unsur kecepatan promptness diperlukan untuk mengurangi adanya pihak tertentu insider yang akan menggunakan informasi tersebut terlebih dahulu sebelum informasi tersebut sampai secara bersamaan serentak kepada investor. Penggunaan terlebih dahulu informasi oleh orang dalam, bukan hanya akan merugikan investor tetapi juga akan mengurangi kepercayaan masyarakat dan calon investor terhadap pasar secara keseluruhan. Selain dua unsur di atas, unsur kelengkapan juga menjadi komponen penting lainnyadalam melakukan keterbukaan. Tidak adanya kelengkapan dalam keterbukaan pada dasarnya merupakan tindakan tidak memuat omission keterangan yang benar, yang diharuskan untuk diungkapkan, sebagaimana yang dikehendaki oleh pasal 78 ayat 1 Undang-undang Pasar Modal. Dengan adanya unsur lengkap, akan timbul Universitas Sumatera Utara pula kewajiban lainnya bagi emiten untuk secara terus menerus melakukan pemutakhiran atas informasi yang diberikan. 94 Penegakan prinsip keterbukaan untuk menjaga kepercayaan investor sebagai faktor fundamental, bukan satu satunya pendekatan untuk memprediksi harga saham. Faktor teknis seperti psikologis dan emosi juga mempengaruhi harga saham. Misalnya berkenaan dengan keadaan ekonomi, Keadaan politik, kebijakan pemerintah dan rumor. Pendekatan teknis sebagai aliran kedua setelah pendekatan fundamental, menyatakan bahwa investor adalah makhluk yang irrasional. Bursa pada dasarnya adalah cerminan mass behaviour. Seorang individu yang bergabung dalam suatu masa, bukan hanya kehilangan rasionalitasnya, tetapi juga sering kali melebur identitas pribadi ke dalam identitas kolektif. Harga saham sebagai komoditas perdagangan, tentu, dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Namun pada gilirannya permintaan dan penawaran merupakan manifestasi dari kondisi psikologis investor. 95 Oleh sebab itu, aspek keterbukaan atau full disclosure merupakan persyaratan pokok kegiatan pasar modal. Peraturan pasar modal negara manapun sangat menekankan pentingnya penyebaran informasi yang bersifat penting dan material. Demikian berharganya informasi tersebut, sehingga perbuatan mencuri, menggelapkan, memalsukan, mengaburkan, atau menyembunyikan informasi sangat ditabukan dan dapat dikenakan sanksi yang berat. 94 Hamud M. Balfas, Op. cit, hal.225-226 95 Bismar Nasution, Op.cit. hal.29 Universitas Sumatera Utara

2. Prinsip Good Corporate Governance Memberikan Perlindungan Hukum