smear, 65.9 pernah mendapat informasi dari Koran dan 64.7 didapat dari buku atau majalah seperti yang ditunjukkan tabel 4.24, tabel 4.22 dan tabel 4.20.
Menurut penelitian yang dilakukan Clarinda L Berja 1999 di Filipina, sosialisasi kesehatan reproduksi melalui media cetak memiliki kesulitan. Hal ini
karena kelompok remaja ini merasa bosan dalam membaca khususnya dalam bentuk teks yang panjang. Menurut penelitian ini, penyampaian pesan jauh lebih menarik
perhatian melalui video dibandingkan dengan konseling dan media cetak yang didesain pendek, penuh warna, menarik perhatian.
Apabila dihubungkan dengan penelitian, maka peneliti berasumsi bahwa media cetak memiliki peran yang sedang. Hal ini disebabkan karena kurang
menariknya kemasan informasi yang disampaikan oleh media cetak dalam mempengaruhi mahasiswi. Kenyataannya, informasi tentang penyampaian manfaat
pap smear, tidak dicetak dalam buku-buku yang khusus untuk remaja, hal ini bisa dilihat dalam modul-modul atau majalah-majalah tentang kesehatan reproduksi,
sangat sedikit dan bahkan sama sekali tidak menyinggung masalah pentingnya pap smear.
5.1.4. Media Elektronik
Berdasarkan kerangka konsep, keluarga, kelompok sebaya, media cetak dan media elektronik dapat memengaruhi pengetahuan mahasiswi tentang pentingnya pap
smear. Sasaran media elekronik dalam menyampaikan pesan adalah kelompok, bukan individu. Sehingga, untuk menarik perhatian banyak orang, media elektronik
membutuhkan strategi khusus agar pesan yang ingin disampaikan benar-benar tepat kesasarannya. Menurut Allison Shifley 2008 yang meneliti tentang penggunaan
Universitas Sumatera Utara
Media dikalangan remaja, mengatakan bahwa remaja sangat rentan terpengaruh dengan media. Media yang paling dominan terpapar dengan kehidupan remaja adalah
media elektronik yang termasuk didalamnya, menonton TV dan browsing di internet. Pesan yang dilihat ada bermacam-macam, termasuk hiburan, iklan, film dan lainnya.
Dan menurut penelitian ini, media elektronik yang paling mempengaruhi remaja adalah TV. Menurut Huntemann Morgan dalam Allison Shifley 2008 setiap kali
remaja terpapar dengan media, akan berpotensi dalam mengubah perilaku atau sikap remaja. Apabila dihubungkan dengan penelitian ini, media elektronik yang paling
mempengaruhi remaja Televisi dan Internet, masing-masing memiliki kemampuan yang kurang dalam mensosialisasikan pentingnya pap smear memiliki peran yang
sedang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,peneliti berasumsi peran media
elektronik dalam mempengaruhi pengetahuan mahasiswi FKM USU tergolong buruk. Menurut peneliti, hal ini disebabkan karena sedikitnya media elektronik yang
mensosialisasikan tentang pap smear, bukan karena kurang tertariknya mahasiswi terhadap pap smear, melainkan karena kualitas stimulus dari media elektronik masih
kurang mampu untuk menarik perhatian dari mahasiswi. Peneliti berasumsi, kurang menariknya perhatian mahasiswi terhadap stimulus tersebut, disebabkan karena
stimulus tidak dikhususkan untuk kelompok yang belum menikah, sehingga mahasiswi merasa stimulus tersebut masih belum penting bagi dirinya.
5.2. Pengetahuan Mahasiswi FKM USU tentang Pentingnya Pap Smear