b. Stadium IIB
Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum sampai ke dinding panggul. Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan dinding
samping panggul.
4. Stadium III
Pada stadium ini, kanker telah menyebar dari serviks dan uterus ke bagian bawah vagina atau mungkin jugatelah menyebar ke dinding pelvis dan simpul-simpul
getah bening yang berdekatan. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 30. Tahap perkembangan kanker stadium ini dibedakan
dalam dua tingkatan, yakni: a.
Stadium IIIA Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul dan melibatkan sepertiga bagian
bawah. b.
Stadium IIIB Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang menghambat proses berkemih,
sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal. 5.
Stadium IV
Kanker mungkin telah dirawat, namun telah kembali setelah suatu periode waktu yang selama waktu ini tidak dapat terdeteksi. Kanker mungkin timbul kembali
pada leher rahim atau pada bagian-bagian lain tubuh. Kanker menyebar sampai ke kandung kemih atau rectum, atau meluas melampaui panggul. Angka harapan hidup
kenker stadium ini dalam lima tahun adalah 5. Perkembangan kanker stadium ini terbagi dalam dua tahap:
Universitas Sumatera Utara
a. Stadium IVA
Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rectum. b.
Stadium IVB Kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti paru-paru, hati dan tulang.
2.3.5. Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pap Smear
Kanker serviks dapat dikenali pada tahap prakanker, salah satunya dengan melakukan pemeriksaan skrining yang berarti pemeriksaan dilakukan tanpa
menunggu munculnya keluhan terlebih dahulu. Saat ini telah dikenal beberapa metode skrining, antara lain Pap Smear, IVA, tes HPV DNA, Thin Prep dan
kolposkopi. Pap Smear kanker serviks dapat dimulai dari tahap prakanker, sehingga jika sel kanker dapat terdeteksi pada tahap awal ini, maka kanker akan dapat
disembuhkan dengan sempurna Wijaya, 2010. Di Indonesia, kanker serviks merupakan kasus yang banyak ditemukan dan
hampir 70-nya ditemukan dalam kondisi stadium lanjut stadium IIB. Hal ini karena masih rendahnya pelaksanaan skrining, yaitu 5. Padahal , pelaksanaan
skrining yang ideal adalah 80. Jika dibandingkan dengan populasi penduduk Indonesia tahun 2008 yang berjumlah 230 juta. Angka 5 adalah angka yang kecil
sekali. Padahal wanita yang beresiko terkena kanker serviks adalah 58 juta pada usia 15-64 tahun dan 10 juta pada usia 10-14 tahun. Oleh karena itu, tidak mengejutkan
jika jumlah kasus baru kanker serviks mencapai 40-45hari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks mencapai 20-25hari Samadi, 2010.
Pemeriksaan yang sekarang paling umum dilakukan untuk skrining kanker serviks adalah dengan pemeriksaan Pap Smear. Sel-sel yang mempunyai
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan menjadi ganas membutuhkan waktu yang sangat lama bertahun- tahun untuk benar-benar menjadi kanker. Jadi, dengan demikian bila melakukan pap
smear secara rutin ,dapat diketahui perubahan ini jauh sebelum terjadi kanker Emilia dkk, 2010.
Tes Papanikolau atau Pap Smear adalah metode skrining ginekologi. Dilakukan pertama kali oleh Georgios Papanikolau untuk menemukan proses-proses
premalignant prakeganasan dan malignancy keganasan di ektoserviks leher rahim bagian luar dan infeksi dalam endoserviks serviks bagian dalam dan endometrium.
Tes pap dapat mendeteksi perubahan awal sel di leher rahim displasia sebelum berubah menjadi kanker. Pap smear juga dapat mendeteksi sebagian besar kanker
serviks pada tahap awal. Kebanyakan wanita yang didiagnosis kanker serviks di Amerika Serikat tidak pernah menjalani tes pap dalam 5 tahun terakhir Emilia, dkk.
Pap smear test dianjurkan oleh para ahli karena cukup efektif dalam mengenali keberadaan sel kanker. Tes ini dapat dilakukan pada wanita yang telah mulai aktif
berhubungan seksual dan disarankan dilakukan rutin setiap 1 tahun sekali Nurcahyo, 2010.
Tes pap smear bisa dilakukan kapan saja, kecuali masa haid atau memang dilarang atas petunjuk dokter. Kehamilan tidak mencegah seorang wanita untuk
melakukan pap smear karena prosedur pap smear dapat dilakukan secara aman selama kehamilan. Pemeriksaan pap smear tidak direkomendasikan bagi wanita yang
telah melakukan histerektomi pengangkatan serviks untuk kondisi kanker jinak. Wanita yang pernah melakukan histerektomi tetapi tanpa pengangkatan histerektomi
Universitas Sumatera Utara
subtotal, sebaiknya melanjutkan skrining sebagaimana halnya wanita yang tidak melakukan histerektomi Wijaya, 2010
Berikut adalah petunjuk skrining dari beberapa organisasi kesehatan yang ada di Amerika Serikat:
nama organisasi
waktu dimulainya
pemeriksaan pap smear
frekuensi pemeriksaan pap
smear usia berhenti
melakukan pemeriksaan pap
smear
american cancer
society 2004
3 tahun setelah hubungan seksual
melalui vagina,
tidak lebih dari 21 tahun
setiap tahun, dengan pengecualian:
setiap 2
tahun apabila
menggunakan liquid-based kit.
setiap 2-3 tahun jika tiga
tes normal
dalam satu baris pada wanita ≥ 30
tahun. histerektomi total
untuk tumor
kanker jinak.
≥70 tahun dengan sedikitnya
tiga hasil pap smear
yang normal dan tidak
dijumpai hasil pap smear
abnormal dalam
10 tahun terakhir united states
preventative service task
force 2003 dalam tiga tahun
pertama setelah
aktif secara
seksual atau pada usia
21 tahun
ketika melakukan hubungan seksual
pertama kali. paling sedikit setiap 3
tahun tidak ada bukti bahwa
pemeriksaan setiap tahun lebih baik
dari pada setiap 3 tahun.
wanita usia 65 tahun jika hasil
skrining normal
tidak berisiko
kanker serviks. wanita yang telah
melakukan histerektomi total
karena penyakit
jinak. american
college of
obstetrics and
gynecology 3 tahun setelah
melakukan hubungan seksual
yang pertama kali atau pada usia 21
tahun
ketika melakukan
hubungan seksual pertama kali
setiap tahun sampai usia 30 tahun. pada
permulaan usia
30 tahun, jika tiga hasil
pap smear
normal, dapat melakukan pap
smear 2-3 tahun. sulit untuk memper-
kirakan batas usia yang lebih tinggi dari
wanita postmenopause yang
diskrining, terutama yang
2-3 tahun
beresiko rendah
dalam perkembangan pap smear abnormal.
Sumber : www.medicinenet.com
Universitas Sumatera Utara
Waktu terbaik untuk skrining adalah antara 10-20 hari setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kira-kira dua hari sebelum pemeriksaan, seorang wanita
hendaknya menghindari douching atau penggunaan pembersih vagina, karena bahan- bahan ini dapat menyembunyikan sel-sel abnormal Wijaya, 2010.
Pada pemeriksaan pap smear, petugas atau dokter akan mengambil sampel lendir dan permukaan kulit bagian serviks pasien dengan memasukkan sebatang
spatula pengerik pengaduk plastik. Hasil dari spesimen ini akan dites di laboratorium. Ada beberapa syarat yang wajib dipatuhi pasien agar hasilnya valid,
yaitu tes dilakukan pada masa subur, dua minggu sebelum dan sesudah menstruasi. Selama 24 jam sebelum tes, pasien tidak boleh berhubungan seksual dan mencuci
vaginanya dengan antiseptik. Pasien harus mengomunikasikan kepada dokter tentang jenis obat yang diminum dalam 24 jam terakhir. Tes ini harus di ulang dengan
frekuensi yang berbeda-beda tergantung usia dan hasil tes pertama kali. Untuk itu, dokter akan menyampaikan kapan tes serupa dilakukan kembali. Pasien harus
mematuhi hal ini sebab pada tahap awal sel kanker tidak bisa dideteksi dengan mudah Nurcahyo, 2010.
Diagnosis pap smear akhir didasarkan pada tiga faktor penentu, yaitu: 1.
Sejarah pasien Pembaca orang yang membaca hasil pap smear harus mengetahui sejarah
wanita seperti yang ditulis pada lembar tersendiri yang telah dipersiapkan oleh pegawai kliniklab.
Universitas Sumatera Utara
2. Kecukupan sampel
Pembaca kemudian memutuskan apakah sampel telah memenuhi untuk interpretasi.
3. Ada atau tidaknya abnormalitas seluler
Pembaca selanjutnya mencatat apakah abnormalitas seluler terlihat pada slide. Jika penampakan pap smear tidak sesuai dengan sejarah klinis wanita pasien,
maka pembaca bisa memberikan catatan khusus untuk menanggapi hal tersebut Wijaya, 2010.
Apabila hasil pemeriksaan pap smear memberikan hasil yang abnormal, belum tentu wanita tersebut positif menderita kanker. Hasil pemeriksaan pap smear
dikatakan abnormal apabila sel-sel yang berasal dari leher rahim ketika diperiksa di bawah mikroskop memberikan penampakan yang berbeda dari sel normal. Beberapa
indikasi ditemukannya penampakan hasil pemeriksaan pap smear yang abnormal antara lain:
Unsatisfactory pap smear
Pada kasus ini terjadi human error. Pegawai laboratoriumklinik tidak bisa melihat sel sel leher rahim dengan detail, sehingga gagal membuat laporan yang
komprehensif kepada dokter. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang pada waktu yang akan ditentukan oleh dokter.
Terdapat infeksi atau inflamasi
Artinya, sel-sel di dalam leher rahim mengalami suatu iritasi yang sifatnya ringan. Memang, kadang-kadang inflamasi dapat dideteksi melalui pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
pap smear. Penyebabnya bermacam-macam, bila hal ini terjadi konsultasikan dengan dokter beserta pengobatannya jika diperlukan. Tanyakan pula kapan
harus menjalani pemeriksaan pap smear lagi.
Atypia dan Minor atypia Yaitu pada pemeriksaan pap smear terdeteksi perubahan-perubahan sel-sel leher
rahim, tetapi sangat minor dan penyebabnya pun tidak jelas. Biasanya disebabkan oleh adanya peradangan, tetapi tidak jarang karena infeksi virus.
Biasanya dokter akan mengusulkan untuk tes pap smear ulang dalam waktu 6 bulan Wijaya, 2010.
2.3.6. Pencegahan Kanker Serviks 1.
Mewaspadai gejala-gejalanya
Beberapa gejala dapat diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV. Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim
adalah salah satu gejala dari kanker serviks. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau di area genital juga bisa jadi petunjuk terjadinya infeksi HPV. Bila anda
mengalami salah satu atau beberapa gejala-gejala infeksi HPV segera periksakan diri ke dokter Wijaya, 2010
2. Mengurangi faktor resiko