Stadium III Pengaruh Media Sosialisasi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Mahasiswi Tentang Pentingnya Pap Smear di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Tahun 2011

b. Stadium IIB Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum sampai ke dinding panggul. Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan dinding samping panggul.

4. Stadium III

Pada stadium ini, kanker telah menyebar dari serviks dan uterus ke bagian bawah vagina atau mungkin jugatelah menyebar ke dinding pelvis dan simpul-simpul getah bening yang berdekatan. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 30. Tahap perkembangan kanker stadium ini dibedakan dalam dua tingkatan, yakni: a. Stadium IIIA Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul dan melibatkan sepertiga bagian bawah. b. Stadium IIIB Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang menghambat proses berkemih, sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal. 5. Stadium IV Kanker mungkin telah dirawat, namun telah kembali setelah suatu periode waktu yang selama waktu ini tidak dapat terdeteksi. Kanker mungkin timbul kembali pada leher rahim atau pada bagian-bagian lain tubuh. Kanker menyebar sampai ke kandung kemih atau rectum, atau meluas melampaui panggul. Angka harapan hidup kenker stadium ini dalam lima tahun adalah 5. Perkembangan kanker stadium ini terbagi dalam dua tahap: Universitas Sumatera Utara a. Stadium IVA Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rectum. b. Stadium IVB Kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti paru-paru, hati dan tulang.

2.3.5. Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pap Smear

Kanker serviks dapat dikenali pada tahap prakanker, salah satunya dengan melakukan pemeriksaan skrining yang berarti pemeriksaan dilakukan tanpa menunggu munculnya keluhan terlebih dahulu. Saat ini telah dikenal beberapa metode skrining, antara lain Pap Smear, IVA, tes HPV DNA, Thin Prep dan kolposkopi. Pap Smear kanker serviks dapat dimulai dari tahap prakanker, sehingga jika sel kanker dapat terdeteksi pada tahap awal ini, maka kanker akan dapat disembuhkan dengan sempurna Wijaya, 2010. Di Indonesia, kanker serviks merupakan kasus yang banyak ditemukan dan hampir 70-nya ditemukan dalam kondisi stadium lanjut stadium IIB. Hal ini karena masih rendahnya pelaksanaan skrining, yaitu 5. Padahal , pelaksanaan skrining yang ideal adalah 80. Jika dibandingkan dengan populasi penduduk Indonesia tahun 2008 yang berjumlah 230 juta. Angka 5 adalah angka yang kecil sekali. Padahal wanita yang beresiko terkena kanker serviks adalah 58 juta pada usia 15-64 tahun dan 10 juta pada usia 10-14 tahun. Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika jumlah kasus baru kanker serviks mencapai 40-45hari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks mencapai 20-25hari Samadi, 2010. Pemeriksaan yang sekarang paling umum dilakukan untuk skrining kanker serviks adalah dengan pemeriksaan Pap Smear. Sel-sel yang mempunyai Universitas Sumatera Utara kecenderungan menjadi ganas membutuhkan waktu yang sangat lama bertahun- tahun untuk benar-benar menjadi kanker. Jadi, dengan demikian bila melakukan pap smear secara rutin ,dapat diketahui perubahan ini jauh sebelum terjadi kanker Emilia dkk, 2010. Tes Papanikolau atau Pap Smear adalah metode skrining ginekologi. Dilakukan pertama kali oleh Georgios Papanikolau untuk menemukan proses-proses premalignant prakeganasan dan malignancy keganasan di ektoserviks leher rahim bagian luar dan infeksi dalam endoserviks serviks bagian dalam dan endometrium. Tes pap dapat mendeteksi perubahan awal sel di leher rahim displasia sebelum berubah menjadi kanker. Pap smear juga dapat mendeteksi sebagian besar kanker serviks pada tahap awal. Kebanyakan wanita yang didiagnosis kanker serviks di Amerika Serikat tidak pernah menjalani tes pap dalam 5 tahun terakhir Emilia, dkk. Pap smear test dianjurkan oleh para ahli karena cukup efektif dalam mengenali keberadaan sel kanker. Tes ini dapat dilakukan pada wanita yang telah mulai aktif berhubungan seksual dan disarankan dilakukan rutin setiap 1 tahun sekali Nurcahyo, 2010. Tes pap smear bisa dilakukan kapan saja, kecuali masa haid atau memang dilarang atas petunjuk dokter. Kehamilan tidak mencegah seorang wanita untuk melakukan pap smear karena prosedur pap smear dapat dilakukan secara aman selama kehamilan. Pemeriksaan pap smear tidak direkomendasikan bagi wanita yang telah melakukan histerektomi pengangkatan serviks untuk kondisi kanker jinak. Wanita yang pernah melakukan histerektomi tetapi tanpa pengangkatan histerektomi Universitas Sumatera Utara subtotal, sebaiknya melanjutkan skrining sebagaimana halnya wanita yang tidak melakukan histerektomi Wijaya, 2010 Berikut adalah petunjuk skrining dari beberapa organisasi kesehatan yang ada di Amerika Serikat: nama organisasi waktu dimulainya pemeriksaan pap smear frekuensi pemeriksaan pap smear usia berhenti melakukan pemeriksaan pap smear american cancer society 2004 3 tahun setelah hubungan seksual melalui vagina, tidak lebih dari 21 tahun setiap tahun, dengan pengecualian:  setiap 2 tahun apabila menggunakan liquid-based kit.  setiap 2-3 tahun jika tiga tes normal dalam satu baris pada wanita ≥ 30 tahun.  histerektomi total untuk tumor kanker jinak.  ≥70 tahun dengan sedikitnya tiga hasil pap smear yang normal dan tidak dijumpai hasil pap smear abnormal dalam 10 tahun terakhir united states preventative service task force 2003 dalam tiga tahun pertama setelah aktif secara seksual atau pada usia 21 tahun ketika melakukan hubungan seksual pertama kali. paling sedikit setiap 3 tahun tidak ada bukti bahwa pemeriksaan setiap tahun lebih baik dari pada setiap 3 tahun.  wanita usia 65 tahun jika hasil skrining normal tidak berisiko kanker serviks.  wanita yang telah melakukan histerektomi total karena penyakit jinak. american college of obstetrics and gynecology 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual yang pertama kali atau pada usia 21 tahun ketika melakukan hubungan seksual pertama kali setiap tahun sampai usia 30 tahun. pada permulaan usia 30 tahun, jika tiga hasil pap smear normal, dapat melakukan pap smear 2-3 tahun. sulit untuk memper- kirakan batas usia yang lebih tinggi dari wanita postmenopause yang diskrining, terutama yang 2-3 tahun beresiko rendah dalam perkembangan pap smear abnormal. Sumber : www.medicinenet.com Universitas Sumatera Utara Waktu terbaik untuk skrining adalah antara 10-20 hari setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kira-kira dua hari sebelum pemeriksaan, seorang wanita hendaknya menghindari douching atau penggunaan pembersih vagina, karena bahan- bahan ini dapat menyembunyikan sel-sel abnormal Wijaya, 2010. Pada pemeriksaan pap smear, petugas atau dokter akan mengambil sampel lendir dan permukaan kulit bagian serviks pasien dengan memasukkan sebatang spatula pengerik pengaduk plastik. Hasil dari spesimen ini akan dites di laboratorium. Ada beberapa syarat yang wajib dipatuhi pasien agar hasilnya valid, yaitu tes dilakukan pada masa subur, dua minggu sebelum dan sesudah menstruasi. Selama 24 jam sebelum tes, pasien tidak boleh berhubungan seksual dan mencuci vaginanya dengan antiseptik. Pasien harus mengomunikasikan kepada dokter tentang jenis obat yang diminum dalam 24 jam terakhir. Tes ini harus di ulang dengan frekuensi yang berbeda-beda tergantung usia dan hasil tes pertama kali. Untuk itu, dokter akan menyampaikan kapan tes serupa dilakukan kembali. Pasien harus mematuhi hal ini sebab pada tahap awal sel kanker tidak bisa dideteksi dengan mudah Nurcahyo, 2010. Diagnosis pap smear akhir didasarkan pada tiga faktor penentu, yaitu: 1. Sejarah pasien Pembaca orang yang membaca hasil pap smear harus mengetahui sejarah wanita seperti yang ditulis pada lembar tersendiri yang telah dipersiapkan oleh pegawai kliniklab. Universitas Sumatera Utara 2. Kecukupan sampel Pembaca kemudian memutuskan apakah sampel telah memenuhi untuk interpretasi. 3. Ada atau tidaknya abnormalitas seluler Pembaca selanjutnya mencatat apakah abnormalitas seluler terlihat pada slide. Jika penampakan pap smear tidak sesuai dengan sejarah klinis wanita pasien, maka pembaca bisa memberikan catatan khusus untuk menanggapi hal tersebut Wijaya, 2010. Apabila hasil pemeriksaan pap smear memberikan hasil yang abnormal, belum tentu wanita tersebut positif menderita kanker. Hasil pemeriksaan pap smear dikatakan abnormal apabila sel-sel yang berasal dari leher rahim ketika diperiksa di bawah mikroskop memberikan penampakan yang berbeda dari sel normal. Beberapa indikasi ditemukannya penampakan hasil pemeriksaan pap smear yang abnormal antara lain:  Unsatisfactory pap smear Pada kasus ini terjadi human error. Pegawai laboratoriumklinik tidak bisa melihat sel sel leher rahim dengan detail, sehingga gagal membuat laporan yang komprehensif kepada dokter. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang pada waktu yang akan ditentukan oleh dokter.  Terdapat infeksi atau inflamasi Artinya, sel-sel di dalam leher rahim mengalami suatu iritasi yang sifatnya ringan. Memang, kadang-kadang inflamasi dapat dideteksi melalui pemeriksaan Universitas Sumatera Utara pap smear. Penyebabnya bermacam-macam, bila hal ini terjadi konsultasikan dengan dokter beserta pengobatannya jika diperlukan. Tanyakan pula kapan harus menjalani pemeriksaan pap smear lagi.  Atypia dan Minor atypia Yaitu pada pemeriksaan pap smear terdeteksi perubahan-perubahan sel-sel leher rahim, tetapi sangat minor dan penyebabnya pun tidak jelas. Biasanya disebabkan oleh adanya peradangan, tetapi tidak jarang karena infeksi virus. Biasanya dokter akan mengusulkan untuk tes pap smear ulang dalam waktu 6 bulan Wijaya, 2010.

2.3.6. Pencegahan Kanker Serviks 1.

Mewaspadai gejala-gejalanya Beberapa gejala dapat diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV. Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah salah satu gejala dari kanker serviks. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau di area genital juga bisa jadi petunjuk terjadinya infeksi HPV. Bila anda mengalami salah satu atau beberapa gejala-gejala infeksi HPV segera periksakan diri ke dokter Wijaya, 2010

2. Mengurangi faktor resiko

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

14 131 208

Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Tentang Pap Smear Sebagai Salah Satu Langkah Deteksi Awal Kanker Serviks Di Kelurahan Padang Bulan

1 44 73

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG IVA DAN PAP-SMEAR Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Iva Dan Pap-Smear Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Wus Melalui Media Leaflet Berkalender Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks Di Wilayah Kerja Puskesm

0 2 18

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 16

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 13

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 1 41

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 4

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 77

PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA MAHASISWI MEDIS DAN NON-MEDIS SEMESTER 7 MENGENAI PAP SMEAR

0 0 25