5.1.2. Temankelompok sebaya
Pada kerangka konsep media sosialisasi temankelompok sebaya juga digambarkan secara langsung mempengaruhi pengetahuan mahasiswi FKM USU.
Dari hasil penelitian yang ditunjukkan dalam tabel 4.18 dapat dilihat bahwa peran temankelompok sebaya dalam menambah pengetahuan 33.8 responden termasuk
sedang , dan 56.6 responden tergolong buruk. Sebenarnya, mahasiswi sudah memiliki kebiasaan yang baik dalam hal bertukar informasi yang mereka ketahui
tentang kesehatan reproduksi seperti yang ditunjukkan tabel 4.11, 4.12, 4.13 yang menunjukkan bahwa 70.6 mahasiswi pernah saling bertukar informasi dengan
temannya tentang bagaimana memelihara organ reproduksi, 87.1 dari mahasiswi pernah membahas penyakit-penyakit yang disebabkan oleh perilaku seksual, dan
74.1 dari mereka mengaku pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks. Namun, hanya 44.7 yang pernah membahas tentang manfaat pap smear. Hal ini
disebabkan karena kurangnya tambahan-tambahan pengetahuan, mahasiswi dan kelompok sebayanya mengenai manfaat pap smear. Hal ini bisa ditunjukkan tabel
4.14, 4.16 dan 4.17 hanya 8.2 mahasiswi yang memiliki temankelompok sebaya yang sudah melakukan pap smear, dan hanya 15.3 yang pernah diajak untuk
mengikuti seminar tentang pap smear dan 12.9 mahasiswa memiliki organisasi yang pernah mengadakan seminar tentang manfaat pap smear.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh De la Cruz 2000 dalam Unesco Bangkok tentang kesehatan Reproduksi di Filipina mengatakan bahwa
karena ketidaktersediaan dukungan masyarakat, ketika dihadapkan dengan masalah
Universitas Sumatera Utara
kesehatan reproduksi , remaja dewasa biasanya meminta saran kepada teman sebaya mereka atau memecahkan masalah dengan dirinya sendiri. Namun yang menjadi
permasalahan informasi yang didapat terkadang tidak akurat karena sumber informasi yang didapat tidak jelas asalnya dari mana. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pendidikan kelompok sebaya untuk memperbaiki keakuratan informasi yang diperoleh oleh kelompok remaja dewasa.
Jika dihubungkan dengan pengamatan sipeneliti, maka peran media sosialisasi dalam memengaruhi pengetahuan tentang pap smear tergolong buruk, hal ini bukan
karena disebabkan oleh komunikasi antara mahasiswi dengan kelompok sebaya kurang melainkan karena kurangnya informasi yang akurat yang diperoleh kelompok
sebaya untuk saling berbagi.
5.1.3. Media Cetak