Latar Belakang Sahabat-sahabat terbaik saya : Andru Kosti, Ivo Gustiara, Fitriani br Sinaga

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-undang kesehatan no.36 tahun 2009 mengartikan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam undang-undang ini juga dikatakan setiap orang berhak untuk memperoleh hidup yang sehat. Dengan adanya undang-undang ini menunjukkan pemerintah memberi perhatian khusus terhadap kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah berupaya dalam pembangunan kesehatan Depkes, 2010 Pembangunan kesehatan adalah adanya upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya tersebut Departemen Kesehatan periode 2005-2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama dalam pembangunan kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2008. Kesehatan perempuan mendapat perhatian khusus dalam pembangunan kesehatan, hal ini disebabkan karena perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam keluarga. Sebelum menjadi seorang ibu, maka perempuan akan melewati masa pubertas yang ditandai dengan adanya masa menstruasi dan juga akan melewati masa menopause disamping tugasnya dalam melahirkan. Artinya, perempuan harus benar-benar menjaga organ reproduksinya agar tetap sehat. Kenyataannya organ reproduksi wanita sangat rawan terinfeksi mikroorganisme yang Universitas Sumatera Utara menyebabkan banyak penyakit yang diderita oleh wanita. Hal ini didukung oleh struktur anatomis dari organ reproduksi yang mempermudah infeksi mikroorganisme. Menurut WHO World Health Organization kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua bagi kaum hawa dari seluruh penyakit kanker yang ada. Setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia karena penyakit ini Samadi, 2010. Secara global, kanker serviks berkontribusi sebesar 12 dari seluruh kanker yang menyerang wanita. Estimasi sekitar tahun 2000-an dari data Badan Kesehatan Dunia WHO menunjukkan bahwa insidensi penyakit ini kurang lebih 493.243 jiwa pertahun, sedangkan kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa pertahun. Sebanyak 80 dari jumlah penderita berasal dari negara-negara sedang berkembang, karena memang penyakit ini merupakan urutan pertama pembunuh wanita akibat kanker di negara-negara berkembang. Di berbagai negara maju, seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat, angka insidensi penyakit kanker serviks sudah mengalami penurunan. Pertambahan insidensi kanker serviks mulai memperlihatkan perlambatan di negara-negara tersebut. Akan tetapi, hal itu sangat jauh berbeda dibandingkan dengan negara-negara sedang berkembang. Negara-negara sedang berkembang masih memiliki penurunan angka insidensi yang sangat lambat Wijaya, 2010. Di Indonesia sendiri, diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya, sedangkan angka kematiannya diperkirakan 7.500 kasus pertahun. Selain itu, setiap harinya diperkirakan terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Pada tahun 2001, kasus baru kanker serviks berjumlah 2.429 atau sekitar 25,91 dari seluruh kanker yang Universitas Sumatera Utara ditemukan di Indonesia. Dengan angka kejadian ini, kanker serviks menduduki urutan kedua setelah kanker payudara pada wanita usia subur 15-44 tahun. Hal ini menunjukkan kurangnya kepedulian masyarakat akan pemeriksaan dini karena gejala awal dari penyakit ini tidak terlihat Wijaya, 2010. Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa sampai saat ini terdapat 100 kasus kanker serviks setiap 100.000 penduduk Indonesia pertahun, artinya terdapat 200.000 kasus pertahun. Sementara data dari Yayasan Kanker Indonesia pada tahun 2007 menyebutkan angka yang lebih tinggi yaitu 500.000 perempuan di Indonesia terdeteksi telah mengidap kanker serviks setiap tahunnya dan separuhnya meninggal akibat kanker tersebut Nurcahyo, 2010. Di Sumatera Utara sendiri, data dari Dinas Kesehatan Provinsi mencatat jumlah penderita kanker serviks pada tahun 1999 tercatat 475 kasus, tahun 2000 sebanyak 548 kasus dan tahun 2001 sebanyak 583 kasus. Data dari rumah sakit yang mewakili Medan, dapat dilihat dalam bentuk tabel berikut: Rumah Sakit 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Dr. Pringadi 57 66 85 62 92 72 98 - - Haji Adam Malik - - 55 53 56 62 111 140 215 Ket. - = data tidak diperoleh Dari tabel tersebut, kita dapat melihat rata-rata penderita kanker serviks bertambah dari tahun ke tahun. Artinya semakin banyaknya kejadian kanker serviks yang terdeteksi Melva, 2008. Universitas Sumatera Utara Jika kita memperhatikan, angka kejadian kanker serviks hampir 50 penderita berakhir dengan kematian. Hal ini disebabkan oleh penderita kanker serviks yang datang untuk berobat, sudah dalam keadaan parah. Di Indonesia, hampir 70 kasus kanker serviks ditemukan dalam kondisi stadium lanjut stadium IIB. Hal ini karena masih rendahnya pelaksanaan skrining, yaitu 5. Padahal, pelaksanaan skrining idealnya adalah 80. Apabila dibandingkan dengan populasi indonesia, 5 merupakan angka yang kecil sekali. Oleh karena itu tidak mengejutkan jika jumlah kasus baru kanker serviks mencapai 40-45 per hari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks mencapai 20-25 per hari Samadi, 2010. Seharusnya kanker serviks bukanlah penyakit yang perlu ditakutkan. Kunci dari upaya penyembuhan jenis penyakit kanker adalah pendeteksian dini. Untuk menemukan penderita kanker leher rahim pada stadium dini, maka diperlukan skrining kanker leher rahim dengan melakukan tes pap atau yang sering disebut dengan pap smear. Pencegahan dan penyembuhan kanker leher rahim dapat ditingkatkan apabila masyarakat mempunyai kebiasaan mengikuti program skrining kanker leher rahim dengan pap smear sebagai upaya pencegahan dini, khususnya bagi kelompok umur wanita beresiko tinggi karena upaya pencegahan kanker leher rahim merupakan langkah yang harus dilakukan Ahdani, dkk, 2005. Dari berbagai penelitian yang dilakukan, rendahnya partisipasi masyarakat untuk melakukan pap smear sebagian besar disebabkan oleh rendahnya pengetahuan tentang pap smear. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di kelurahan Petisah Tengah, hanya 5.5 kelompok ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pap smear, dan terdapat 31.8 memiliki pengetahuan yang buruk Octavia, Universitas Sumatera Utara 2009. Rendahnya pengetahuan masyarakat ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang didapat. Pengetahuan dan sikap masyarakat sangat mempengaruhi tindakan dalam melakukan pap smear hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan faktor-faktor yang berhubungan erat terhadap perilaku wanita dalam melakukan pemeriksaan pap smear Ratna Puspita, 2008. Apabila masyarakat memperoleh pengetahuan yang cukup biasanya diikuti dengan sikap dan tindakan mereka yang baik dalam melakukan pap smear. Oleh karena itu, sangatlah penting meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pap smear untuk memperoleh peningkatan angka pap smear dengan cara memberikan informasi sebanyak-banyaknya. Selama ini, sosialisasi tentang pemeriksaan pap smear dikhususkan kepada wanita yang sudah menikah, namun dalam kenyataannya tidak banyak dari mereka yang melakukannya. Berbeda dengan kelompok wanita yang masih belum menikah, sosialisasi tentang pap smear sangat jarang dilakukan, hal itu bisa dilihat dari modul- modul atau buku-buku serta majalah yang menyampaikan informasi tentang kesehatan reproduksi, hampir tidak ada informasi yang memberi pengetahuan tentang pap smear, sehingga sangat wajar pengetahuan perempuan tentang manfaat pap smear tergolong rendah. Kebanyakan informasi kesehatan reproduksi yang diberikan kepada kelompok umur yang belum menikah adalah penyakit-penyakit yang disebabkan perilaku seksual diluar nikah. Sangat jarang remaja disosialisasikan tentang kesiapan diri dalam menjaga kesehatan reproduksi ketika mereka akan menikah, khususnya tentang pemeriksaan pap smear. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sekitar 96.3 remaja di SMA Negeri 1 Mojogedang pernah mendapat Universitas Sumatera Utara informasi tentang kesehatan reproduksi, Putriani, 2010. Dari angka tersebut, kita melihat kebanyakan dari kelompok remaja memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi sangat baik, tetapi sangat disayangkan, informasi tentang kesehatan reproduksi yang didapat tidak menyinggung pap smear ataupun deteksi dini kanker serviks lainnya. Padahal, hal ini sangat penting sehingga sejak dini seorang wanita menyadari bahwa pada saat menikah dia wajib melakukan pemeriksaan dini untuk kanker serviks, menurut Clarinda L Berja 1999, sangatlah penting menjangkau remaja sedini mungkin dalam menyampaikan pesan tentang kesehatan reproduksi, membuat kelompok remaja tertarik tentang kesehatan reproduksi dimasa mereka belum bisa melakukannya sangat bermanfaat dalam menyiapkan diri mereka kelak, tidak ada ruginya, apabila informasi disampaikan lebih dini.. Sumber informasi yang berperan dalam menambah informasi seseorang ada bermacam-macam. Sumber informasi ini disosialisasikan melalui berbagai media. Bisa dari keluarga, sekolah, teman bermain kelompok bermain , media massa dan lingkungan kerja. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, orangtua berkontribusi besar dalam memberikan informasi kepada anaknya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Banda Aceh, yang menyimpulkan sebanyak 52.3 orangtua memiliki peran dalam memberikan informasi kepada anaknya dalam mencegah terjadinya hubungan seksual pranikah Astuti, 2009, bukan hanya orang tua, media juga memiliki peranan yang tidak kalah penting. Menurut Dewi 2010 semakin banyak seseorang kontak dengan media, maka sebanyak pula sumber informasi yang dia peroleh. Sumber informasi dari media massa, baik media elektronik maupun media cetak, masing-masing memiliki peran tersendiri dalam Universitas Sumatera Utara menambah wawasan seseorang. Selain orang tua dan media, teman atau kelompok sebaya juga mempunyai peran dalam menambah sumber informasi seseorang, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti 2009 kelompok teman memiliki peran sebanyak 56,8 dalam memberikan informasi dalam melakukan hubungan seksual pranikah. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara FKM USU dapat menciptakan sarjana kesehatan masyarakat yang berkualitas yang dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan agent of change diharapkan dapat memajukan kesehatan masyarakat. Mahasiswa FKM USU merupakan agen perubah yang sangat berperan dalam mengubah derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Sebagai agen perubahan terlebih dahulu hendaknya mahasiswa itu sendiri memiliki perilaku yang layak ditiru oleh masyarakat, memiliki sumber informasi tentang pap smear seakurat mungkin, karena tidak menutup kemungkinan para mahasiswa ini dan orang-orang disekitarnya juga akan menghadapi ancaman kanker serviks. Namun, dari survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Fakultas Kesehatan Masyarakat, hanya 2 orang dari 10 mahasiswi yang pernah mendengar istilah pap smear. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa FKM USU pun memiliki sumber informasi yang yang buruk tentang pap smear. Bagaimanakah kesiapan mental mereka dalam menghadapi hal ini, dan apakah mereka juga akan menambah wawasan mereka dengan memperbanyak sumber informasi tentang manfaat pap smear? O leh karena itu, penulis ingin melihat “ Pengaruh Media Sosialisasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswi Fakultas Universitas Sumatera Utara Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tentang Pentingnya Pemeriksaan Pap smear Tahun 2011”.

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

14 131 208

Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Tentang Pap Smear Sebagai Salah Satu Langkah Deteksi Awal Kanker Serviks Di Kelurahan Padang Bulan

1 44 73

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG IVA DAN PAP-SMEAR Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Iva Dan Pap-Smear Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Wus Melalui Media Leaflet Berkalender Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks Di Wilayah Kerja Puskesm

0 2 18

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 16

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 13

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 1 41

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 4

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015

0 0 77

PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA MAHASISWI MEDIS DAN NON-MEDIS SEMESTER 7 MENGENAI PAP SMEAR

0 0 25