kesehatan reproduksi , remaja dewasa biasanya meminta saran kepada teman sebaya mereka atau memecahkan masalah dengan dirinya sendiri. Namun yang menjadi
permasalahan informasi yang didapat terkadang tidak akurat karena sumber informasi yang didapat tidak jelas asalnya dari mana. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pendidikan kelompok sebaya untuk memperbaiki keakuratan informasi yang diperoleh oleh kelompok remaja dewasa.
Jika dihubungkan dengan pengamatan sipeneliti, maka peran media sosialisasi dalam memengaruhi pengetahuan tentang pap smear tergolong buruk, hal ini bukan
karena disebabkan oleh komunikasi antara mahasiswi dengan kelompok sebaya kurang melainkan karena kurangnya informasi yang akurat yang diperoleh kelompok
sebaya untuk saling berbagi.
5.1.3. Media Cetak
Berdasarkan kerangka konsep, media cetak juga dapat mempengaruhi pengetahuan mahasiswi tentang pentingnya pap semar. Media massa yang
didalamnya adalah media cetak dan media elektronik tidak secara langsung mengajari masyarakat, tetapi berdampak besar bagi perilaku masyarakat.Dari hasil penelitian
didapat bahwa media sosialisasi media cetak yang mempengaruhi pengetahuan 27 mahasiswi FKM USU tentang pentingnya pap smear tergolong baik, sedangkan
30.6 tergolong buruk. Hal ini bisa dilihat pada tabel 4.19, tabel 4.21 dan tabel 4.23, sebanyak 90.6 pernah membaca mengenai informasi bahaya kanker serviks dari
buku atau majalah, 60 dari Koran dan 74.1 pernah membaca dari spanduk leafletbrosur, sedangkan informasi tentang pap smear kebanyakan didapat dari
spandukleafletbrosur yaitu sebesar 69.4 pernah membaca informasi tentang pap
Universitas Sumatera Utara
smear, 65.9 pernah mendapat informasi dari Koran dan 64.7 didapat dari buku atau majalah seperti yang ditunjukkan tabel 4.24, tabel 4.22 dan tabel 4.20.
Menurut penelitian yang dilakukan Clarinda L Berja 1999 di Filipina, sosialisasi kesehatan reproduksi melalui media cetak memiliki kesulitan. Hal ini
karena kelompok remaja ini merasa bosan dalam membaca khususnya dalam bentuk teks yang panjang. Menurut penelitian ini, penyampaian pesan jauh lebih menarik
perhatian melalui video dibandingkan dengan konseling dan media cetak yang didesain pendek, penuh warna, menarik perhatian.
Apabila dihubungkan dengan penelitian, maka peneliti berasumsi bahwa media cetak memiliki peran yang sedang. Hal ini disebabkan karena kurang
menariknya kemasan informasi yang disampaikan oleh media cetak dalam mempengaruhi mahasiswi. Kenyataannya, informasi tentang penyampaian manfaat
pap smear, tidak dicetak dalam buku-buku yang khusus untuk remaja, hal ini bisa dilihat dalam modul-modul atau majalah-majalah tentang kesehatan reproduksi,
sangat sedikit dan bahkan sama sekali tidak menyinggung masalah pentingnya pap smear.
5.1.4. Media Elektronik