smear. Menurut Clarinda L Berja 1999, sangatlah penting menjangkau remaja sedini mungkin dalam menyampaikan pesan tentang kesehatan reproduksi, membuat
kelompok remaja tertarik tentang kesehatan reproduksi dimasa mereka belum bisa melakukannya sangat bermanfaat dalam menyiapkan diri mereka kelak, tidak ada
ruginya, apabila informasi disampaikan lebih dini.
5.3. Sikap Mahasiswi FKM USU tentang Penting Pap Smear
Menurut Teori S-O-R, stimulus yang datang kepada orang yang berbeda akan menghasilkan respon yang berbeda pula. Hal ini disebabkan karena banyak faktor
yang mempengaruhi diri seseorang misalnya karakteristiknya, sosial budaya, ekonomi, lingkungannya dan faktor lainnya. Sehingga, untuk mempengaruhi perilaku
kelompok tertentu, dibutuhkan sosialisasi dari media yang benar-benar memiliki kemampuan khusus untuk mempengaruhi banyak orang. Dalam penelitian ini, sikap
yang diberikan oleh mahasiswi tentang pentingnya pap smear menjadi respon atas pesan yang mereka peroleh dari berbagai media sosialisasi. Sikap bukan merupakan
aktivitas atau tindakan, melainkan predisposisi dari tindakan. Menurut Allport, sikap merupakan kesiapan mental yang memiliki komponen kepercayaan, kehidupan
emosional atau evaluasi terhadap objek dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam penelitian ini, mahasiswi memiliki kepercayaankeyakinan bahwa pap
smear dapat mencegah kematian akibat kanker serviks, hal ini bisa dilihat bahwa 56.5 setuju dan 16.6 menunjukkan sikap yang sangat setuju bahwa pap smear
dapat mencegah kematian akibat kanker serviks. Menurut Richard 2000, kaum perempuan yang melakukan tes pap smear secara rutin, akan mengurangi kematian
akibat kanker serviks sebesar 99. Artinya, apabila program pap smear dijalankan
Universitas Sumatera Utara
secara rutin, maka perempuan bisa dikatakan bebas dari ancaman kematian akibat kanker serviks. Namun perlu ditegaskan lagi pap smear hanya untuk deteksi dini,
apabila dalam melakukan pap smear ditemukan kelainan pada serviks, dan tidak dilakukan tindakan medis, maka kematian akibat kanker serviks tetap saja ada.
Dalam penelitian ini evaluasi terhadap pap smear tergolong sedang, hal ini karena pengetahuan mahasiswi tentang pap smear masih terbatas mengenai harga,
tempat,siapa yang bisa melakukan, prosedur, dan syarat-syarat melakukan pap smear, sehingga dalam mengevaluasi pentingnya pap smear, mahasiswi juga
mengalami keterbatasan. Komponen ketiga dalam pembentukan sikap yang utuh adalah kecenderungan
untuk bertindak, dalam penelitian ini peneliti berasumsi, mahasiswi FKM USU masih tergolong sedang, artinya kesiapan mental mahasiswi FKM USU hal ini disebabkan
masih kurang luasnya wawasan responden mengenai pentingnya pap smear. Hal ini bisa dilihat dalam hasil penelitian masih terdapat 11.8 mahasiswi bersikap setuju
dan 10.6 mahasiswi bersikap sangat setuju bahwa pap semar adalah hal yang menakutkan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, rasa takut menjadi salah satu
alasan yang menyebabkan kurangnya partisipasi wanita dalam melakukan pap smear. kecenderungan untuk bertindak juga dilihat dari hasil penelitian, sebanyak 9.4
mahasiswi bersikap setuju dan 8.2 mahasiswi bersikap sangat setuju ketika ditanya bahwa pap smear adalah hal yang memalukan karena petugas kesehatan. Hal ini juga
menjadi alasan wanita tidak melakukan pap smear walaupun pengetahuan mereka cukup tentang pap smear. Sebanyak 9.4 mahasiswi FKM yang sangat setuju apabila
seorang suami melarang istrinya untuk melakukan pap smear, dan terdapat 7.1
Universitas Sumatera Utara
setuju dengan pernyataan tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh John S. Luque, dkk 2011 tidak melakukan pap smear karena dilarang suami menjadi salah
satu alasan kuat ibu di salah satu Desa Selatan Georgia. Hal ini seharusnya bukan tantangan dalam menjalankan program pap smear, seharusnya suami harus
mendukung program-program yang bisa meningkatkan kesehatan ibu. Sesuai dengan kerangka konsep yang sebelumnya digambarkan, apabila
stimulus diterima oleh mahasiswi, akan terbentuk pengetahuan tentang pap smear. pengetahuan ini kemudian diolah, dan mahasiswi akan merespon dalam bentuk sikap.
Dalam uraian sebelumnya, pengetahuan mahasiswi FKM USU tentang pentingnya pap smear tergolong sedang, maka sikap mahasiswi FKM USU terhadap pentingnya
pap smear juga tergolong sedang 71.8.
5.4. Pengaruh Media Sosialisasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Pentingnya Pap Smear