STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI PERTANIAN DI DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN MARGOMULYO KABUPATEN BOJONEGORO (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI PERTANIAN DI DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN MARGOMULYO

KABUPATEN BOJONEGORO (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : NUR ALIYAH

H 0307017

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian di Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro (Pendekatan Tipologi Klassen)”.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah begitu sabar memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

3. Ibu Umi Barokah, SP., MP. selaku Dosen Pembimbing Pendamping dan

Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Agustono, M.Si., Ibu Umi Barokah, SP., MP., Ibu Nuning

Setyowati, SP., MSc., Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. dan Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP. Sebagai tim dalam penelitian di Kabupaten Bojonegoro. 5. Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro, beserta staffnya yang

telah memberikan bantuan dalam menyediakan data.

6. Kepala Kantor BAPEDA, Satkorlakak PBP dan Kesbanglimas Kabupaten

Bojonegoro beserta staff yang telah memberikan izin dan bantuannya.

7. Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Bojonegoro beserta staff atas bantuan dalam menyediakan data yang penulis butuhkan. 8. Kepala kantor Kecamatan Margomulyo beserta staff yang telah memberikan


(4)

commit to user

iv

9. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

10.Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan.

11.Kedua orang tuaku, Bapak Muhammad Ali (Alm) dan Ibu Machsunah, terimakasih atas segala doa, dukungan, motivasi, nasehat, dan kasih sayang yang tiada tara sepanjang masa yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

12.Saudara-saudaraku, neng Hanim, Mas Hudi, Mas Syafi’i, Neng Rosidah, Mas

Khafid, Mbak Mimah, dik Nisa’ dan keponakan-keponakanku, (Arul (Alm), Firly, Fifa, Aini, Khaidhir dan Najmah) beserta seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan dukungan bagi penulis selama penyelesaian skripsi.

13.Muhammad Zakki Fahmi, SSi. , MSi (Afa) yang selalu memberikan semangat,

inspirasi, motivasi, arahan dan dukungan baik moril maupun materiil pada penulis dalam penyelesaian skripsi.

14.Teman-teman kosku Eka, Lala, Yanti, Vita dan Putri terimakasih atas persahabatan yang begitu indah dan semangat yang tak ternilai.

15.Rental Mas Eko Sulist dan sahabatku Senkip Syivaul Akbar serta adik tingkatku, Nandika Wisnu yang membantu kelancaran penyelesaian penulisan skripsi.

16.Teman-teman senasib-seperjuanganku, mahasiswa Agrobisnis angkatan 2007 (Hibitu) terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang akan selalu jadi kenangan terindah.

17.Teman-temanku mahasiswa Agrobisnis angkatan 2005, 2006, 2007 dan 2008,

dan seluruh teman-teman Fakultas Pertanian UNS terimakasih atas segala kebersamaannya selama ini.

18.Keluarga besar BEM, Bursa Mahasiswa dan HIMASETA Fakultas Pertanian

UNS, terimakasih telah memberikan kesempatan untuk silaturahmi dan belajar berorganisasi.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

19.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di kesempatan yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca.

Surakarta, April 2011

Penulis


(6)

commit to user

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

RINGKASAN ... xii

SUMMARY ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 10

II. LANDASAN TEORI... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Tinjauan Pustaka ... 14

1. Pembangunan Ekonomi ... 14

2. Pembangunan Daerah ... 15

3. Pembangunan Pertanian ... 16

4. Peran Sektor Pertanian ... 18

5. Strategi Pembangunan Pertanian ... 19

6. Srategi Pengembangan ... 20

7. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah ... 22

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 26

D. Pembatasan Masalah ... 30

E. Asumsi ... 30


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

III. METODE PENELITIAN... 34

A. Metode Dasar Penelitian ... 34

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ... 34

C. Jenis dan Sumber Data ... 34

D. Metode Analisis Data ... 35

1...Klasi fikasi Komoditi Pertanian ... 35

2...Strat egi Pengembangan Komoditi Pertanian... 36

IV.KONDISI UMUM KECAMATAN MARGOMULYO... 39

A. Keadaan Alam ... 39

B. Keadaan Penduduk ... 41

C. Keadaan Perekonomian... 45

D. Keadaan Pertanian ... 48

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 52

A. Keragaan Umum Komoditi Peranian... 52

1...Kont ribuasi Komoditi Pertanian Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro... 53

a...Kont ribusi Subsektor Tanaman Bahan Makanan... 54

b... Kontribusi Subsektor Perkebunan ... 55

c...Kont ribusi Subsektor Peternakan ... 55

2...Laju Pertumbuhan Komoditi Pertanian Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro ... 57

a...Laju Pertumbuhan SubsektorTanaman Bahan Makanan... 57


(8)

commit to user

viii

b...Laju

Pertumbuhan SubsektorPerkebunan ... 58

c...Laju Pertumbuhan SubsektorPeternakan ... 58

B. Klasifikasi Komoditi Pertanian Kecamatan Margomulyo Klaten Berdasarkan Tipologi Klassen... 59

1. Klasifikasi Komoditi Subsektor Tanaman Bahan Makanan ... 59

2. Klasifikasi Komoditi Subsektor Perkebunan ... 60

3. Klasifikasi Komoditi Subsektor Peternakan ... 61

C. Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian Kecamatan Margomulyo... 66

1. Tanaman Bahan Makanan (Tabama) ... 67

2. ...Perkebunan 93 3...Peter nakan ... 98

VI.KESIMPULAN DAN SARAN... 136

A. Kesimpulan ... 113

B. Saran... 117 DAFTAR PUSTAKA


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1.1. Kontribusi PDRB Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian

Lainnya di Kabupaten Bojonegoro Menurut Lapangan Usaha

ADHK 2000 Tahun 2007-2008 ...3

Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2007-2008 (dalam persen) 4 Tabel 1.3. Kontribusi Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya di Kecamatan Margomulyo menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 Tahun 2007-2008 (dalam persen) ...5

Tabel 1.4. Laju PDRB Kecamatan Margomulyo ADHK 2000 Tahun 2007-2008 6

Tabel 1.5. Kontribusi Komoditi pertanian di Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2007-2008 (%) ...7

Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan Komoditi Pertanian Kecamatan Margomulyo Tahun 2007-2008 menurut Lapangan Usaha ADHK 2000...9

Tabel 2.1 Matrik Tipologi Kalssen ...25

Tabel 2.2. Matriks Strategi Pengembangan ...25

Tabel 3.1. Matriks Tipologi Klassen ...36

Tabel 3.2. Matriks Strategi Pengembangan komoditi pertanian...37

Tabel 4.1. Luas Wilayah Desa-Desa yang ada di Kecamatan Margomulyo (Km2) ...39

Tabel 4.2. Penggunaan Wilayah Kecamatan Margomulyo Tahun 2008 (0,00 Ha) 40 Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Per Desa dan Kepadatan Penduduk Per Km2 dalam Wilayah Kecamatan margomulyo Tahun 2008...42


(10)

commit to user

x

Kelompok Umur Tahun 2008...

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk dalam Wilayah Kecamatan Margomulyo

menurut Jenis Usaha Tahun 2008...44

Tabel 4.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Kecamatan

Margomulyo Tahun 2007-2008 (Jutaan Rupiah) ...46

Tabel 4.7. Pendapatan Per Kapita Menurut PDRB Kecamatan

Margomulyo Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Konstan

2000 47

Tabel 4.8. PDRB Sektor Pertanian Kecamatan Margomulyo, Kabupaten

Bojonegoro Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Konstan

2000 Jutaan Rupiah) ...48

Tabel 4.9. Produksi Komoditi Tanaman Makanan (Padi dan Palawija) di

Kecamatan Margomulyo Tahun 2007-2008...49

Tabel 4.10. Produksi Komoditi Perkebunan di Kecamatana Margomulyo

Tahun 2007-2008...50

Tabel 4.11. Produksi Komoditi Peternakan di Kecamatana Margomulyo

Tahun 2007-2008...51

Tabel 5.1. Kontribusi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di

Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro Tahun

2007-2008 (%) ...54

Tabel 5.2. Kontribusi Komoditi Perkebunan di Kecamatan Margomulyo

Kabupaten Bojonegoro Tahun 2007-2008 (%) ...55

Tabel 5.3 Kontribusi Komoditi Peternakan di Kecamatan Margomulyo

Kabupaten Bojonegoro Tahun 2007-2008 (%) 56

Tabel 5.4. Laju Pertumbuhan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di

Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro Tahun

2007-2008 (%) ...57

Tabel 5.5. Laju Pertumbuhan Komoditi Perkebunan di Kecamatan

Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro Tahun 2007-2008 (%)...58


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro Tahun 2007-2008 (%)...

Tabel 5.7. Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kecamatan

Margomulyo Berdasarkan Tipologi Klassen ... 60

Tabel 5.8. Klasifikasi Komoditi Perkebunan di Kecamatan Margomulyo

Berdasarkan Tipologi Klassen...60

Tabel 5.9. Klasifikasi Komoditi Peternakan di Kecamatan Margomulyo

Berdasarkan Tipologi Klassen...61

Tabel 5.10. Matriks Tipologi Klassen Komoditi Pertanian di Kecamatan

Margomulyo ...62

Tabel 5.11. Matriks Strategi Pengembangan Tanaman Bahan Makanan

Kecamataan Margomulyo...68

Tabel 5.12. Matriks Strategi Pengembangan Komoditi Perkebunan

Kecamataan Margomulyo...93

Tabel 5.13. Matriks Strategi Pengembangan Peternakan Kecamataan

Margomulyo ...98

Tabel 5.14. Jumlah Pasar Hewan dan Hari Pasarannya di Kabupaten


(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 1.

Alur Pemikiran dan Kerangka Penentuan Klasifikasi


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

Lampiran 1 Peta Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro

Lampiran 2 PDRB Kabupaten Bojonegoro Tahun 2007-2008 Atas Dasar

Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah) 119

Lampiran 3 Distribusi Persentase PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten

Bojonegoro Tahun 2007-2008 (persen) 119

Lampiran 4 Laju Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Bojonegoro

Tahun 2007-2008 119

Lampiran 5 Kontribusi Sektor Pertanian Kabupaten Bojonegoro Tahun

2007-2008 (persen) 120

Lampiran 6 PDRB Kecamatan Margomulyo Tahun 2007-2008 Atas

Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah). 120

Lampiran 7 Laju Pertumbuhan PDRB Sektor Perekonomian Kecamatan

Margomulyo Tahun 2007-2008 (persen) 120

Lampiran 8 Jumlah Produksi dan Harga Komoditi Pertanian di

Kecamatan Margomulyo Tahun 2007-2008 121

Lampiran 9 Nilai Produksi Komoditi Pertanian di Kecamatan

Margomulyo di Kecamatan Margomulyo Tahun 2007-2008 121

Lampiran 10 Kontribusi Komoditi Pertanian di di Kecamatan

Margomulyo Tahun 2007-2008 122

Lampiran 11 Laju Pertumbuhan Komoditi Pertanian di Kecamatan

Margomulyo Tahun 2007-2008 122

Lampiran 12 Klasifikasi Komoditi Pertanian di Kecamatan Margomulyo


(14)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional Indonesia mempunyai tujuan yaitu berusaha mewujudkan kehidupan masyarakat adil dan makmur. Berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, maka era otonomi daerah ini suatu daerah dituntut untuk dapat menopang keberlanjutan pembangunan di daerah yang bersangkutan. Hal tersebut mendorong pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan ekonominya dengan lebih mengandalkan pada potensi yang dimiliki sesuai dengan kondisi daerah baik kondisi sumber daya alam maupun kondisi sumber daya manusia dengan segala kelebihan dan kelemahannya. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah, salah satu indikator yang diperlukan adalah data statistik Produk Domestik Regional Btuto (PDRB). PDRB merupakan jumlah seluruh nilai tambah (produk) yang ditimbulkan berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu regianal/daerah. Oleh karena itu maka PDRB secara

agregatif menunjukkan kemampuan suatau daerah tertentu dalam

menghasilkan pendapatan/balas jasa kepada faktor-faktor yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi daerah tersebut (BPS Kabupaten Bojonegoro 2008). PDRB dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku (Suroto 1992).

Jawa Timur merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang selama ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil utama produksi pangan nasional (Aminullah, 2000). Luas lahan pertanian di Jawa Timur sekitar 4,6 juta ha, dan sekitar 1,1 juta ha diantaranya berupa lahan sawah. Kebijakan pembangunan pertanian propinsi Jawa Timur pada dasarnya diarahkan pada tiga program utama yaitu: (1) Ketahanan Pangan, (2) Pengembangan


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

(Diperta Prop, Jatim, 2005). Salah satu kabupaten di Jawa Timur dimana sektor pertanian memegang peranan penting yaitu Bojonegoro.

Pembangunan wilayah Kabupaten Bojonegoro ditopang oleh sembilan sektor perekonomian, yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan; sektor angkutan; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya; dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi kedua yakni sebesar 26,34% setelah sektor penggalian dan pertambangan sebesar 29,18% (BPS Kabupaten Bojonegoro, 2009). Adapun secara lebih rinci besarnya kontribusi PDRB sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2007-2008 disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Kontribusi PDRB Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya Tahun 2007-2008 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 di Kabupaten Bojonegoro

Tahun

2007 2008 Rata-rata

No Lapangan Usaha

PDRB (Juta

Rupiah) %

PDRB (Juta

Rupiah) %

PDRB (Juta

Rupiah) %

1 Pertanian 1.828.073,15 27,38 1.898.461,31 25,29 1.863.267,23 26,34

2 Penggalian 1.800.648,40 26,97 2.356.004,53 31,39 2.078.326,465 29,18

3 Industri Pengolahan 290.602,58 4,35 311.119,26 4,15 300.860,92 4,25

4 Listrik dan Air Minum 45.831,51 0,90 48.077,66 0,64 46.954,585 0,77

5 Bangunan / Konstruksi 210312,68 3,15 225.623,44 3,01 217.968,06 3,08

6

Perdagangan. Hotel

dan Restoran 1.152.409,38 17,26 1.230.401,06 16,39 1.191.405,22 16,83

7

Angkutan dan

Komunikasi 257.711,55 3,86 268.174,64 3,57 262.943,095 3,72

8

Keuangan, Persewaan.

dan Jasa Perusahaan 283.731,72 4,25 312.615,66 4,16 298.173,69 4,21

9 Jasa-jasa 806.558,80 12,08 855.355,60 11,40 830.957,2 11,74

Total 6.675.879,77 100,00 7.505.833,16 100,00 7,090,856.47 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Bojonegoro, 2009

Tabel 1.1 menunjukkan kontribusi sektor pertanian selama kurun waktu dua tahun terakhir cenderung menurun. Kontribusi sektor pertanian rata-rata sebesar 26,34% atau sebesar Rp 1.863.267.230.000. Kontribusi sektor pertanian menempati urutan kedua di Kabupaten Bojonegoro. Hal ini dikarenakan lahan sektor pertanian sebagian besar mengalami kerusakan


(16)

commit to user

karena banjir yang hampir setiap tahun melanda wilayah Kabupaten Bojonegoro.

Sebagai gambaran banjir pada Pebruari 2009, petani di 49 desa yang tersebar di 11 kecamatan yang merupakan daerah potensi banjir. Daerah-daerah tersebut di antaranya Kecamatan Margomulyo, Kecamatan Padangan, Kecamatan Dander, Kecamatan Puswosari, Kecamatan Kalitidu, Kecamatan Trucuk, Kota, Kecamatan Balen, Kecamatan Kapas, Kecamatan Kanor dan Kecamatan Baureno kehilangan ratusan hektar areal tanaman padi di desa setempat yang sudah berusia sekitar 40 hari karena terendam air (Satkorlak PBP Kabuapten Bojonegoro, 2009).

Adanya ancaman banjir tersebut, mengakibatkan lahan pertanian yang ada di Kabupaten Bojonegoro mengalami kerusakan, terlebih kecamatan-kecamatan yang memberikan sumbangsih perekonomian yang cukup besar bagi Kabupaten Bojonegoro khususnya di sektor pertanian. Berdasarkan data dari Satuan Koordinasi dan Pelaksanaan Penanggulangan Banjir Dan Pengungsi (Satkorlak PBP) Kabupaten Bojonegoro, kecamatan-kecamatan tersebut digolongkan menjadi dua kategori daerah banjir, yaitu daerah-daerah potensi banjir parah dan daerah-daerah potensi banjir ringan. Kecamatan Padangan, Kecamatan Kalitidu, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Balen, Kecamatan Baureno, Kecamatan Kanor,Bojonegoro dan Kecamatan Dander digolongkan menjadi daerah-daerah potensi banjir parah, sedangkan kecamatan Purwosari, Kecamatan Margomulyo dan Kecamatan Kapas digolongkan menjadi daerah-daerah potensi banjir ringan. Pengolongan tersebut berdasarkan luas genangan air yang terjadi saat banjir terjadi pada tahun 2009 dan data rekapitulasi bencana di Kabupaten Bojonegoro dengan jenis banjir Bengawan Solo tahun 2009. Disamping dilihat dari kontribusi, untuk mengatahui perkembangan sumbangsih sektor pertanian dapat dilihat juga dari laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Bojonegoro yang disajikan pada Tabel 1.2.


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya Tahun 2007-2008 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 di Kabupaten Bojonegoro (dalam persen)

Laju (%)

No Lapangan Usaha

2007 2008 Rata-rata

1 Pertanian 1,77 3,85 2,81

2 Penggalian 43,10 30,84 36,97

3 Industri Pengolahan 6,66 7,06 6,86

4 Listrik dan Air Minum 9,39 4,90 7,14

5 Bangunan / Konstruksi 7,81 7,28 7,55

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,96 6,77 7,37

7 Angkutan dan Komunikasi 6,26 4,06 5,16

8

Keuangan, Persewaan. dan Jasa

Perusahaan 9,37 10,18 9,78

9 Jasa-jasa 6,29 6,05 6,17

Pertumbuhan PDRB 10,96 8,57 9,76

Sumber: Analisis Data Sekunder (Lampiran 4)

Tabel 1.2 menunjukkan laju sektor pertanian selama kurun waktu dua tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang rendah, sehingga diketahui rata-rata laju pertumbuhan sektor pertanian sebesar 2,81%. Laju pertumbuhan sektor pertanian menempati urutan kesembilan dari laju pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten Bojonegoro. Rendahnya nilai laju tersebut disebabkan produksi sektor pertanian mengalami penurunan jumlah produksi yang merupakan dampak dari banjir sehingga hal ini berpengaruh pada laju pertumbuhan sektor pertanian.

Kecamatan Margomulyo merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bojonegoro dalam golongan banjir tidak parah (ringan) hal ini dikarenakan sedikitnya areal pertanian yang tergenang yaitu sawah seluas 21 Ha dan ladang seluas 16 Ha. Meskipun demikian, hal tersebut berpengaruh terhadap besarnya nilai kontribusi yang disumbangkan sektor pertanian. Besarnya kontribusi sektor pertanian di Kecamatan Maromulyo disajikan pada Tabel 1.3.


(18)

commit to user

Tabel 1.3. Kontribusi Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya Tahun 2007-2008 menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 di Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro (dalam persen)

Kontribusi (%)

No Lapangan Usaha

2007 2008 Rata-rata

1 Pertanian 1,35 1,40 1,37

2 Penggalian 0,02 0,02 0,02

3 Industri Pengolahan 0,02 0,03 0,03

4 Listrik dan Air Minum 0,01 0,01 0,01

5 Bangunan / Konstruksi 0,01 0,01 0,01

6

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 0,25 0,26 0,26

7 Angkutan dan Komunikasi 0,03 0,03 0,03

8

Keuangan, Persewaan. dan

Jasa Perusahaan 0,06 0,07 0,07

9 Jasa-jasa 0,07 0,08 0,08

Total Kontribusi PDRB Kecamatan

Margomulyo 1,82 1,91 1,88

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 6)

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa selama kurun waktu dua tahun terakhir, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dibanding sektor perekonomian lainnya, yakni sebesar 1,37%. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menduduki sektor yang penting di Kecamatan Margomulyo. Selanjutnya selain dilihat dari kontribusi, dapat dilihat juga dari laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan sektor pertanian di Kecamaan Margomulyo disajikan pada Tabel 1.4.


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Tabel 1.4. Laju Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya Tahun 2007-2008 menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 di Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro (dalam persen)

PDRB (Juta Rupiah)

No Lapangan Usaha

2007 2008

Laju (%)

1 Pertanian 90.069,08 93.323,09 3,61

2 Penggalian 1.213,4 1.381,08 13,82

3 Industri Pengolahan 1.666,16 1.763,07 5,82

4 Listrik dan Air Minum 562,59 581,26 3,32

5 Bangunan / Konstruksi 336,55 338,4 0,55

6 Perdagangan. Hotel dan Restoran 16.851,73 17.654,87 4,77 7 Angkutan dan Komunikasi 1.914,28 2.047,63 6,97 8 Keuangan. Persewaan. dan Jasa

Perusahaan 4.299,74 4.759,74 10,70

9 Jasa-jasa 4.979,14 5.137,02 2,81

Total 121,892.67 126,986.16 52,37

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 7)

Berdasarkan Tabel 1.4 dapat diketahui bahwa sektor pertanian memiliki nilai rata laju pertumbuhan yang rendah. Rendahnya nilai rata-rata laju pertumbuhan ini, di karenakan adanya penurunan produksi yang merupakan dampak dari banjir sehingga berpengaruh pada rendahnya nilai rata-rata laju pertumbuhan sektor pertanian. Dengan kondisi laju pertumbuhan sektor pertanian yan rendah ini, maka diperlukan strategi pengembangan yang baik agar laju pertumbuhan sektor pertanian dapat meningkat dalam perekonomian daerah Kecamatan Margomulyo.

B. Perumusan Masalah

Wilayah Kecamatan Margomulyo sebagian besar merupakan lahan subur. Hal ini karena lokasi Kecamatan Margomulyo dekat dengan aliran Sungai Bengawan Solo, sehingga relatif potensial untuk menunjang tumbuhnya sektor pertanian. Meskipun demikian, hal ini merupakan ancaman bagi Kecamatan Margomulyo karena ketika Sungai Bengawan Solo meluap akibat hujan, ini akan menyebabkan Kecamatan Margomulyo mengalami banjir yang dapat merusak lahan pertanian. Walaupun dalam golongan banjir


(20)

commit to user

ringan, namun hal ini patut untuk diwaspadai karena bukan tidak mungkin Kecamatan Margomulyo akan termasuk dalam golongan daerah banjir parah.

Sektor pertanian di Kecamatan Margomulyo terdiri dari lima subsektor yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsector perikanan. Dari lima subsektor tersebut, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan tidak diteliti. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Kecamatan Margomulyo merupakan daerah konservasi hutan yang merupakan program pemerintah sehingga hasil dari hutan tersebut tidak dijual. Sedang subsektor perikanan tidak banyak diusahakan masyarakat, karena Kecamatan Margomulyo merupakan daerah rawan banjir, sehingga jika diusahakan subsektor perikanan akan merugikan.

Tiga subsektor pertanian yang diusahakan meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, dan subsektor peternakan. Dimana masing-masing subsektor tersebut menghasilkan nilai produksi yang berbeda-beda. Dari nilai produksi tersebut, selanjutnya digunakan dalam penentuan besarnya kontribusi yang disumbangkan dan laju pertumbuhan dari masing-masing komoditi tersebut. Adapun nilai produksi komoditi pertanian di Kecamatan Margomulyo tahun 2007-2008 disajikan pada Tabel 1.5.


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Tabel 1.5. Nilai Produksi Komoditi Pertanian di Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2007-2008 (Rupiah)

Nilai Produksi

No Komoditi

Pertanian 2007 2008

Rata-Rata Nilai Produksi

1. Padi 5.177.375,42 7.096.960,21 6.137.167,82

2. Jagung 4.078.188,16 10.512.141,11 7.295.164,64

3. Ubi Kayu 688.931,71 475.723,24 582.327,47

4. Ubi rambat 33.461,57 27.238,71 30.350,14

5. Kedelai 4.471.788,35 5.125.718,08 4.798.753,22

6. Kacang Tanah 223.467,17 89.172,07 156.319,62

7. Kelapa 1.250.451,53 978.249,32 1.114.350,43

8. Kapuk Randu 216.906,53 209.531,31 213.218,92

9. Sapi 1.106.671,82 1.032.550,60 1.069.611,21

10. Kambing 353.862,80 973.611,13 663.736,96

11. Domba 195.304,30 301.702,96 248.503,63

12. Ayam Buras 2.029.645,13 2.366.537,84 2.198.091,49

13. Itik 8.386,85 7.123,93 7.755,39

Total 19.834.441,33 29.196.260,53 24.515.350,93

Sumber: Analisis Data Sekunder (Lampiran 11)

Tabel 1.5 menunjukkan bahwa nilai produksi komoditi jagung selama kurun waktu dua tahun mengalami peningkatan lebih besar dibanding dengan komoditi yang lainnya. Hal ini dapat di lihat pada tahun 2007 nilai produksi jagung sebesar Rp 4.078.188,16 dan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2008 sebesar Rp 10.512.141,11. Meningkatnya nilai produksi jagung hal ini dikarenakan jumlah produksi jagung selama dua tahun tersebut mengalami peningkatan yakni pada tahun 2007 sebesar 3.486,35 Ton dan apada tahun 2008 sebesar 9.066.01 Ton. Meningkatnya jumlah produksi tersebut disebabkan bahwa pada tahun 2008 dari luas ladang sebesar 990,6 Ha yang mengalami banjir hanya sebesar 16 Ha.

Adanya nilai produksi komoditi pertanian maka dapat diketahui besarnya kontribusi komoditi pertanian. Besarnya nilai produksi komoditi pertanian dapat menunjukkan kontribusi komoditi pertanian. Semakin besar nilai komoditi pertanian maka semakin besar kontribusi komoditi pertanian. Adapun besarnya nilai kontribusi komoditi pertanian di Kecamatan Margomulyo disajikan pada Tabel 1.6.


(22)

commit to user

Tabel 1.6. Kontribusi Komoditi pertanian di Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2007-2008 (%)

Kontribusi (%)

No Komoditi Pertanian

2007 2008 Rata-rata

1. Padi 21,12 28,95 25,03

2. Jagung 16,64 42,88 29,76

3.. Ubi Kayu 2,81 1,94 2,38

4. Ubi rambat 0,14 0,11 0,12

5. Kedelai 18,24 20,91 19,57

6. Kacang Tanah 0,91 0,36 0,64

7. Kelapa 5,10 3,99 4,55

8. Kapuk Randu 0,88 0,85 0,87

9. Sapi 4,51 4,21 4,36

10. Kambing 1,44 3,97 2,71

11. Domba 0,80 1,23 1,01

12. Ayam Buras 8,28 9,65 8,97

13. Itik 0,03 0,03 0,03

Total 80,9 119,09 100

Sumber: Analisis Data Sekunder (Lampiran 11)

Tabel 1.5 menunjukkan, komoditi jagung merupakan komoditi yang memiliki rata-rata nilai kontribusi paling besar yaitu 29,76%. Hal ini dikarenakan produksi jagung pipilan kering pada tahun 2007 sebesar 3.486,35 Ton dan terjadi peningkatan produksi jagung pipilan kering pada tahun 2008 yaitu sebesar 9.066,01 Ton. Selain komoditi jagung, komoditi padi merupakan komoditi dengan rata-rata nilai kontribusi terbesar kedua, yaitu sebesar 25,03%. Jagung dan padi memiliki nilai kontribusi besar hal ini dikarenakan komoditi tersebut sebagian besar banyak diusahakan oleh petani Kecamatan Margomulyo, didukung oleh faktor lingkungan seperti tanah yang sesuai dan petani Kecamatan Margomulyo menanam jagung dan padi dengan sistem monokultur hal ini yang menjadikan komoditi jagung dan padi mampu mengahasilkan produksi lebih banyak dari tahun sebelumnya.

Nilai kontribusi komoditi pertanian terkecil di Kecamatan Margomulyo adalah itik, dengan rata-rata nilai kontribusi sebesar 0,03%. Hal ini dikarenakan produksi telur itik pada tahun 2007 sebesar 1.716 Ton dan mengalami penurunan produksi pada tahun 2008 yaitu 1.684 Ton (Dinas Peternakan, 2009). Rendahnya nilai kontribusi tersebut dikarenakan komoditi


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

itik tidak banyak diusahakan masyarakat Kecamatan Margomulyo. Rendahnya minat masyarakat ini yang menyebabkan semakin menurunnya jumlah produksi telur itik sehingga hal ini berdampak pada rendahnya nilai kontribusi yang disumbangkan.

Selain mengetahui besarnya kontribusi komoditi pertanian, faktor lain yang digunakan untuk mengetahui peranan komoditi pertanian di Kecamatan Margomulyo dapat dilihat melalui laju pertumbuhannya. Adapun laju pertumbuhan komoditi komoditi pertanian yang dihasilkan di Kecamatan Margomulyo pada tahun 2007-2008 disajikan pada Tabel 1.6.

Tabel 1.7. Laju Pertumbuhan Komoditi Pertanian Kecamatan Margomulyo Tahun 2007-2008 menurut Lapangan Usaha ADHK 2000

Nilai Produksi (Rupiah)

No Komoditi Pertanian

2007 2008 Laju (%)

1 Padi 5.177.375,42 7.096.960,21 37,08

2 Jagung 4.078.188,16 10.512.141,11 157,76

3 Ubi Kayu 688.931,71 475.723,24 -30,95

4 Ubi rambat 33.461,57 27.238,71 -18,60

5 Kedelai 4.471.788,35 5.125.718,08 14,62

6 Kacang Tanah 223.467,17 89.172,07 -60,10

7 Kelapa 1.250.451,53 978.249,32 -21,77

8 Kapuk Randu 216.906,53 209.531,31 -3,40

9 Sapi 1.106.671,82 1.032.550,60 -6,70

10 Kambing 353.862,80 973.611,13 -15,06

11 Domba 195.304,30 301.702,96 54,48

12 Ayam Buras 2.029.645,13 2.366.537,84 16,60

13 Itik 8.386,85 7.123,93 -15,06

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 12)

Tabel 1.7 menunjukkan laju pertumbuhan dari berbagai komoditi pertanian. Komoditi pertanian yang mempunyai nilai laju pertumbuhan paling besar adalah jagung yaitu dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 157,76%. Sedangkan komoditi dengan laju pertumbuhan paling kecil adalah kapuk randu dengan rata-rata pertumbuhan sebesar -3,40%.

Berbagai komoditi pertanian dihasilkan di Kecamatan Margomulyo, maka penting dilakukan pengklasifikasian komoditi pertanian yang ada di Kecamatan Margomulyo serta perumusan strategi pengembangan, baik strategi pengembangan dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka


(24)

commit to user

panjang sehingga pengembangan komoditi pertanian dan penetapan kebijakan pemerintah daerah Kecamatan Margomulyo dalam pembangunan wilayah di masa mendatang dapat lebih baik dan terarah.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Termasuk klasifikasi apakah komoditi pertanian yang ada di Kecamatan Margomulyo?

2. Strategi apakah yang dapat digunakan untuk pengembangan komoditi pertanian jangka pendek, menengah dan panjang di Kecamatan Margomulyo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengklasifikasikan komoditi pertanian di Kecamatan Margomulyo.

2. Merumuskan strategi pengembangan komoditi pertanian untuk jangka

pendek, menengah dan panjang di Kecamatan Margomulyo. D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonegoro dan Kecamatan

Margomulyo, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Daerah dalam mengambil keputusan terkait dengan kebijakan dalam perencanaan pengembangan ekonomi pada sektor pertanian.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi, pengetahuan, dan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penggunaan alat analisis Tipologi Klassen sudah beberapa kali digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam pengklasifikasian komoditi ataupun sektor di beberapa daerah. Penelitian Purwanto (2009) yang berjudul Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan dalam Kerangka

Perencanaan Pengembangan Ekonomi Daerah Kabupaten Klaten

(Pendekatan Tipologi Klassen), menyimpulkan bahwa komoditi tanaman

bahan makanan di Kabupaten Klaten dapat diklasifikasikan menjadi: a. Komoditi prima terdiri dari komoditi padi dan jagung.

b. Komoditi berkembang terdiri dari komoditi ubi kayu, durian, kedelai, cabe rawit, mangga, rambutan, petai, cabe besar, sukun, ubi jalar, sawi, kacang panjang, kacang hijau, mentimun, tomat, terong, bawang merah, alpukat, kubis, jambu biji, salak, jeruk, duku, jambu air, belimbing, sirsak, kangkung, dan nanas.

c. Komoditi terbelakang terdiri dari komoditi pisang, melinjo, kacang tanah, nangka, pepaya, melon, semangka, sawo, bayam, dan manggis.

Hasil penelitian Susilowati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Sukoharjo

(Pendekatan Tipologi Klassen), disimpulkan bahwa dengan menggunakan

Analisis Tipologi Klassen dapat diketahui hasil klasifikasi sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo, yaitu subsektor tanaman bahan makanan adalah termasuk subsektor prima, subsektor peternakan merupakan subsektor potensial, subsektor perikanan merupakan subsektor berkembang adalah dan subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan termasuk subsektor terbelakang di Kabupaten Sukoharjo.

Sedangkan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari:

1. Strategi pengembangan jangka pendek, meliputi strategi untuk


(26)

commit to user

pengotimalan potensi yang ada, yaitu dengan cara diversifikasi pasar, kerjasama dengan pihak swalayan, membuka lapangan kerja untuk pengemasan dan pemasaran, penetapkan harga oleh pemerintah. Sedangkan strategi untuk mengupayakan subsektor potensial menjadi subsektor prima (subsektor peternakan), yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhannya yaitu dengan cara meningkatkan produksi peternakan dengan menurunkan harga ternak dan pakan ternak dan gaduh ternak, memanfaatkan kotoran dan urine ternak sebgai pupuk organik dan menjalin kerjasama dengan Kabupaten lain.

2. Strategi pengembangan jangka menengah yaitu strategi untuk

mengembangkan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial

(subsektor perikanan), strateginya yaitu dengan meningkatkan

kontribusinya yaitu dengan cara meningkatkan permintaan ikan dengan diversifikasi produk, meningkatkan produksi dengan penggunaan bibit unggul dan meningkatkan daya beli masyarakat.

3. Strategi pengembangan jangka panjang yaitu dengan pengembangan

subsektor prima (subsektor tabama) strateginya yaitu dengan menjaga kesuburan tanah, perwujudan pertanian organik, penetapan daerah sebagai penghasil komoditi unggulan, sistem tanam bergilir.

Chasanah (2009) dalam penelitianya yang berjudul “Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah Kabupaten karanganyar berbasis Komoditas Tanaman Bahan Makanan (Pendekatan Tipologi Klassen)” disimpulkan bahwa klasifikasi komoditas tanaman bahan makanan di Kabupaten Karanganyar berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen terdiri empat klasifikasi komoditas, yaitu:

d. Komoditas prima (komoditas tanaman bahan makanan yang mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan kontribusi yang besar dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Karanganyar), terdiri dari komoditas padi, jagung dan pisang.

e. Komoditas potensial (komoditas tanaman bahan makanan yang


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Karanganyar), terdiri dari ubi kayu dan kacang tanah.

f. Komoditas berkembang (komoditas tanaman bahan makanan yang

memiliki ciri laju pertumbuhan cepat tetapi kontribusi komoditas yang rendah dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Karanganyar), terdiri dari

komoditas mangga, durian, wortel, bawang merah, rambutan,

nangka/cempedak, melinjo, jamur, bawang daun, kedelai, duku/langsat, bawang putih, kubis, petsai/sawi, cabe besar, petai, sawo, buncis, jeruk siam/keprok, tomat, kembang kol, pepaya, salak, melon, cabe rawit, kacang panjang, ketimun, jambu biji, semangka, sukun, sirsak, manggis, terung, kentang, jambu air, jeruk besar, kangkung, labu siam, bayam.

g. Komoditas terbelakang (komoditas tanaman bahan makanan yang

dicirikan dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat dan kontribusi yang lebih kecil dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Karanganyar), terdiri dari komoditas ubi jalar, alpukat, strawberry, belimbing, nanas, dan kacang merah.

Penelitian-penelitian di atas dijadikan referensi dalam penelitian ini dengan alasan adanya kesamaan alat analisis penelitian, yaitu Tipologi Klassen. Adapun penelitian-penelitian di atas untuk ke depannya dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan gambaran secara komprehensif

sehingga akan mempermudah peneliti untuk menentukan strategi

pengembangan wilayah di Kecamatan Margomulyo. Selain itu, bagi Kecamatan Margomulyo diharapkan penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam mempertahankan maupun mengembangan komoditi yang ada di Kecamatan Margomulyo sehingga komoditi-komoditi yang dihasilkan mampu bersaing di pasaran baik lingkup lokal maupun nasional serta sekaligus dapat menjadi komoditi andalan yang pada akhirnya sebagai ikon Kecamatan Margomulyo.


(28)

commit to user B. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi pada hakekatnya merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan ekonomi didasarkan pada sistem ekonomi kerakyatan dan pengembangan sektor unggulan, terutama yang banyak menyerap tenaga kerja dan berorentasi pada ekspor yang didukung dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan teknologi untuk memperkuat landasan pembangunan yang berkelanjutan dan meningkatkan daya saing serta berorientasi pada globalisasi ekonomi (Juoro, 2006).

Pembangunan ekonomi bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Dengan adanya pembatasan di atas, maka pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi di atas jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting. Pembangunan ekonomi merupakan:

a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus. b. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan per kapita. c. Kenaikan pendapatan perkapita itu berlangsung terus-menerus dalam

jangka panjang.

Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi tersebut dapat dilihat dan dianalisa (Arsyad, 2009).

Pembangunan ekonomi juga sering diukur berdasarkan tingkat kemajuan struktur produksi dan penyerapan sumber daya yang diupayakan secara terencana. Biasanya, peranan sektor pertanian akan turun untuk memberi kesempatan bagi tampilnya sektor-sektor manufaktur dan jasa-jasa yang selalu diupayakan untuk berkembang (Todaro, 2000).


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Usaha-usaha pembangunan yang sedang giat dilaksanakan oleh negara-negara sedang berkembang (developing countries) di dunia pada umumnya berorientasi kepada bagaimana memperbaiki atau mengangkat tingkat hidup (level of living) masyarakat di negara-negara tersebut agar mereka bisa hidup seperti masyarakat di negara-negara maju. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu jawaban yang seakan-akan menjadi semacam kunci keberhasilan suatu negara untuk meningkatkan taraf hidup warga negaranya (Suryana, 2000).

2. Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang andal dan professional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta kemampuan untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah secara berdaya guna dan berhasil guna untuk kemajuan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan daerah juga merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga tercipta suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju, tenteram, dan sekaligus memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat, dan harga diri. Pembangunan daerah dilaksanakan melalui pengembangan otonomi daerah dan pengaturan sumber daya yang memberikan kesempatanbagi terwujudnya tata kepemerintahan yang baik (good governance) (Republik Indonesia, 2008).

Menurut Kuncoro (2004), ada tiga unsur dasar dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah jika dihubungkan pusat dan daerah, yaitu: (a) Perencanan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antar daerah dengan lingkungan nasional dimana daerah tersebut merupakan bagian darinya. keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut; (b) Sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah, dan sebaliknya yang baik bagi daerah belum tentu baik secara


(30)

commit to user

nasional; (c) Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas, biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat tersebut.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi (Arsyad, 2009).

3. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produk pertanian untuk setiap konsumsi yang sekaligus meningkatkan pendapatan, produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar campur tangan manusia dalam perkembangbiakan tumbuhan dan hewan (Surahman dan Sutrisno, 1997).

Persoalan pangan, yang memiliki kaitan dengan sektor pertanian, tidak hanya berkait dengan konsumsi dan produksi, tetapi juga soal daya dukung sektor pertanian yang komprehensif. Ada empat aspek yang menjadi prasyarat melaksanakan pembangunan pertanian: (1) akses terhadap kepemilikan tanah; (2) akses input dan proses produksi; (3) akses terhadap pasar; dan (4) akses terhadap kebebasan (Estanto, 2004).

Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005-2009 dilaksanakan melalui tiga program, yaitu: (a) program peningkatan ketahanan pangan, (b) program pengembangan agribisnis, dan (c) program peningkatan kesejahteraan petani. Program ketahanan pangan tersebut diarahkan pada


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

kemandirian masyarakat/petani yang berbasis sumberdaya lokal yang secara operasional dilakukan melalui program peningkatan produksi pangan; menjaga ketersediaan pangan yang cukup, aman dan halal di setiap daerah setiap saat; dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan (Darwanto dan Prima, 2007).

Paradigma baru pembangunan pertanian perlu dikembangkan berdasarkan pada pendekatan sistem agribisnis, yaitu berdasar pada lima premis dasar agribisnis, Pertama, adalah suatu kebenaran umum bahwa semua usaha pertanian berorientasi laba (profit oriented), termasuk di Indonesia. Kedua, pertanian adalah komponen rantai dalam sistem komoditi, sehingga kinerjanya ditentukan oleh kinerja sistem komoditi secara keseluruhan. Ketiga, pendekatan sistem agribisnis adalah formulasi kebijakan sektor pertanian yang logis, dan harus dianggap sebagai alasan ilmiah yang positif, bukan ideologis dan normatif. Keempat, sistem agribisnis secara intrinsik netral terhadap semua skala usaha, dan kelima, pendekatan sistem agribisnis khususnya ditujukan untuk negara sedang berkembang. Rumusan inilah yang nampaknya digunakan sebagai konsep pembangunan pertanian dari Departemen Pertanian, yang dituangkan dalam visi terwujudnya perekonomian nasional yang sehat melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,

berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi

(Mubyarto dan Awan, 2003).

Menurut Arifin (2003), Pengembangan pertanian dilihat dari aspek development management harus dilandasi oleh beberapa hal antara lain: pembangunan pertanian yang terencana secara matang, terlaksana dengan baik, termonitor secara periodik dan adanya check dan balance secara terukur. Pendekatan tersebut di atas selama ini tidak dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan ada beberapa penyebab kegagalan dari program dan kegiatan pembangunan pertanian yang dilakukan, yaitu: (a) kurang tepatnya mengidentifikasi kondisi yang sesungguhnya dari petani baik dari aspek sosial, ekonomi dan budaya; (b)


(32)

commit to user

Belum akuratnya menilai positioning dari teknologi yang diperlukan oleh

petani, karena masih didistorsi oleh kepentingan-kepentingan tertentu; (c) program pengembangan usaha tani yang dikembangkan sifatnya masih

sangat umum, dan tidak aplicable terhadap wilayah tertentu; (d) kebijakan-kebijakan pembangunan pertanian masih sulit diterjemahkan

oleh daerah; (e) masih belum optimalnya support dari pusat maupun daerah terhadap potensi wilayah, dan atau mengamankan wilayah-wilayah yang memang strategis dan ekonomis untuk wilayah pertanian.

Pembangunan di sektor pertanian dalam arti luas akan terus ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan produksi dan memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan para petani, memperluas kesempatan kerja, memenuhi kebutuhan industri akan bahan baku dan untuk meningkatkan ekspor. Dalam rangka mendukung semakin terwujudnya keseimbangan antar industri dan pertanian dalam struktur ekonomi nasional, usaha pembangunan dan pengembangan sektor industri, terutama agroindustri, juga terus didorong. Iklim usaha yang lebih mendorong partisipasi swasta dalam kegiatan pembangunan akan

diusahakan melalui pemberian informasi dan kemudahan

(Rasahan et al, 1999). 4. Peranan Sektor Pertanian

Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi dipandang pasif dan hanya sebagai penunjang. Pembangunan ekonomi dipandang memerlukan transformasi struktural yang cepat, yaitu yang semula mengutamakan kegiatan pertanian menjadi masyarakat lebih kompleks dimana terdapat bidang industri dan jasa yang lebih modern. Dengan demikian peranan utama pertanian adalah menyediakan tenaga kerja dan pangan yang cukup dengan harga murah untuk pengembangan industri yang dinamis sebagai sektor penting dalam semua strategi pembangunan ekonomi (Todaro, 2000).

Pada hakekatnya pertanian adalah sumber utama dari keseluruhan pertumbuhan ekonomi bahkan sebagai batu penjuru (cornerstone) dari


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pengurangan kemiskinan. Sebenarnya kontribusi pertumbuhan pertanian jauh lebih proporsional terhadap pembangunan ekonomi daripada pertumbuhan industri karena “multiplier effects” pertumbuhan pertanian terhadap perekonomian domestik lebih besar. Banyak studi menunjukkan bahwa pertanian merupakan sektor yang paling efektif untuk mengurangi kemiskinan pedesaan dan perkotaan yang distribusi pendapatannya sangat timpang. Tingkat harga riil yang memadai secara berkelanjutan pada tingkat petani merupakan salah satu kunci pertumbuhan pertanian yang pada gilirannya mengurangi kemiskinan (Napitupulu, 2007).

Peranan sektor pertanian dirasa masih penting walaupun kemajuan sektor industri berkembang begitu cepat dalam perekonomian suatu daerah. Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian dapat dilihat dari ber-bagai hal, antara lain dilihat dari masih relatif besarnya pangsa sektor per-tanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor perper-tanian juga me-rupakan pemasok bahan baku bagi industri, mampunya sektor ini menyediakan pangan dan gizi, dapat menyerap banyak tenaga kerja dan semakin signifikannya kontribusi sektor pertanian dalam meningkatkan ekspor non-migas (Soekartawi, 1996).

5. Strategi pembangunan pertanian

Berdasarkan Arifin (2008), eskalasi harga pangan dan pertanian sampai tiga kali lipat selama tiga tahun terakhir memang meresahkan, tidak terkecuali bagi Indonesia. Tiga faktor utama berikut sering dianggap bertanggung jawab, yakni (1) fenomena perubahan iklim yang mengacaukan ramalan produksi pangan strategis, (2) peningkatan permintaan komoditas pangan karena konversi terhadap biofuel, dan (3) aksi para investor (spekulan) tingkat global karena kondisi pasar keuangan yang tidak menentu. Meski begitu, eskalasi harga tersebut juga menjadi peluang (dan tantangan) baru untuk merumuskan strategi pembangunan

pertanian yang kompatibel dengan perubahan zaman. Pembangunan

pertanian di Indonesia sebenarnya telah menunjukkan kontribusi yang sukar terbantahkan, bahwa peningkatan produktivitas tanaman pangan


(34)

commit to user

melalui varietas unggul, lonjakan produksi peternakan dan perikanan telah terbukti mampu mengatasi persoalan kelaparan dalam empat dasawarsa terakhir. Pembangunan perkebunan dan agroindustri juga telah mampu mengantarkan pada kemajuan ekonomi bangsa, perbaikan kinerja ekspor, dan penyerapan tenaga kerja. Singkatnya, kinerja perjalanan pertanian Indonesia jauh lebih komprehensif dibandingkan dengan angka 3,51 persen per tahun rata-rata pertumbuhan pada periode 1960-2006—dihitung dari data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO).

Selama empat dasawarsa terakhir, strategi pembangunan pertanian mengikuti tiga prinsip penting: (1) broad-based dan terintegrasi dengan ekonomi makro, (2) pemerataan dan pemberantasan kemiskinan, dan (3) pelestarian lingkungan hidup. Dua prinsip utama telah menunjukkan kinerja yang baik, karena dukungan jaringan irigasi, jalan-jembatan, perubahan teknologi, kebijakan ekonomi makro, dan sebagainya. Konsep revitalisasi pertanian yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari pola pikir dan strategi besar di atas. Karena fenomena Revolusi Hijau serta perspektif konsistensi tersebut, pencapaian swasembada beras di era 1980-an juga telah diikuti oleh peningkatan kesejahteraan dan pemerataan pendapatan petani beras di Indonesia, pemerataan sektor pedesaan dan perkotaan (Arifin, 2008).

6. Strategi Pengembangan

Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan pengembangan wilayah selama ini mengalami berbagai macam permasalahan, salah satunya adalah pembangunan di sektor pertanian yang merupakan merupakan salah satu sektor utama dalam pembangunan. Permasalahan itu antara lain sistem pertanian yang berkembang sampai saat ini masih belum mendukung peningkatan daya saing, selain itu sebagian besar petani Indonesia adalah petani kecil dengan luas rata-rata lahan yang dimiliki kurang dari 0,5 Ha dan ditambah lagi para petani atau pekerja di sektor ini


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pada umumnya berpendidikan rendah, yaitu sekitar 90 % hanya tamat sekolah dasar (Wijayadi, 2003).

Suatu usaha pertanian tidak hanya cukup dengan modal kuat dan sarana prasarana yang cukup melainkan juga harus memikirkan faktorfaktor lain yang akan mempengaruhi usaha tersebut. Di dalam usaha pertanian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran usaha ialah faktor alam dan faktor ekonomi (Wijayadi, 2003).Keadaan alam meminta perhatian untuk dipikirkan secara matang oleh para petani seperti iklim dengan unsur – unsur sinar matahari, temperatur, curah hujan, pergerakan angin, kemudian bencana alam, dan lainnya. Semua itu akan mempengaruhi usaha pertanian, pengembangan usaha pertanian akan mengalami kegaggalan maupun keberhasilan salah satunya adalah dipengaruhi cara pendekatan terhadap unsur-unsur alam tersebut. (Wijayadi, 2003).

Selaras dengan usaha peningkatan kesejahteraan petani pada sektor pertanian, GBHN memberikan kebijakan yang berupa peningkatan pendapatan dan taraf hidup petani serta peningkatan produktifitasnya. Pembangunan suatu sektor seperti pertanian tidak akan lepas dari pembangunan suatu daerah beserta pengembangan wilayahnya. Salah satu strategi pembangunan wilayah yang potensial mengintegrasikan antar sektor dan antar wilayah adalah pengembangan usaha pertanian. Pengembangan usaha pertanian bukan sekedar pengembangan bisnis komoditas pertanian yang sudah kita kenal selama ini (Wijayadi, 2003).

Suatu usaha pertanian tidak hanya cukup dengan modal kuat dan sarana prasarana yang cukup melainkan juga harus memikirkan faktorfaktor lain yang akan mempengaruhi usaha tersebut. Di dalam usaha pertanian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran usaha ialah faktor alam dan faktor ekonomi (Wijayadi, 2003). Keadaan alam meminta perhatian untuk dipikirkan secara matang oleh para petani seperti iklim dengan unsur – unsur sinar matahari, temperatur, curah hujan, pergerakan angin, kemudian bencana alam, dan lainnya. Semua itu akan


(36)

commit to user

mempengaruhi usaha pertanian, pengembangan usaha pertanian akan mengalami kegaggalan maupun keberhasilan salah satunya adalah dipengaruhi cara pendekatan terhadap unsur-unsur alam tersebut (Wijayadi, 2003).

7. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah a. Metode Analisis Location Quantient (LQ)

Analisis LQ digunakan untuk menentukan sektor unggulan perekonomian daerah. Bila nilai LQ >1 berarti sektor tersebut merupakan sektor unggulan di kabupaten/kota dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian kabupaten/kota. Apabila nilai LQ < 1 berarti sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian kabupaten/kota dan bila nilai LQ = 1 berarti nilai produksi sektor tertentu di Kab/kota sama dengan sektor yang sama pada tingkat provinsi (Pasaribu, 2005).

Di dalam model ekonomi basis, perekonomian terbagi menjadi dua yaitu sektor basis dan non basis. Sektor basis disebut juga sektor ekspor dan akan menentukan perkembangan wilayah. Kedua sektor memiliki hubungan, dimana jika sektor basis berkembang, maka pada gilirannya akan meningkatkan pula kegiatan non basis. Hal ini sering disebut dengan multiplier effect. Untuk mengetahui sektor basis dan non basis digunakan metode Location Quotient (LQ), sedangkan untuk effect multiplier digunakan teknik pengganda basis atau multiplier effect (Anonim, 2009c).

Logika dasar LQ adalah teori basis ekonomi yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan di luar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut (Widodo, 2006).


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b. Metode Analisis Shift Share (SSA)

Analisis Shift Share merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi tenaga kerja di suatu wilayah pada dua periode waktu. Terdapat 3 (tiga) komponen dalam analisis SS sebagai berikut: (1) komponen Pertumbuhan Nasional, yaitu perubahan produksi/kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi/kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian sektoral dan wilayah; (2) komponen Pertumbuhan Proporsional, yaitu perbedaan sektor dalam hal permintaan produk akhir, ketersediaan bahan mentah, kebijakan industri dan struktur serta keragaman pasar; (3) komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, yaitu perubahan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah terhadap wilayah lainnya (Anonim, 2009b).

Analisis shift share ini menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja, pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari hasil analisis ini akan diketahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah tumbuh cepat atau lamban. Hasil analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah

lainnya, apakah bertumbuh cepat atau lamban

(Budiharsono, 2005).

c. Metode Analisis Input Output (I-O)

Analisis input output (I-O) banyak diterapkan di dalam proses perencanaan pengembangan wilayah. Hal ini karena model I-O dapat diimplementasikan secara empirik pada bidang dimana keterbatasan data dan teori yang belum cukup berkembang membatasi ruang lingkup penelitian dan perencanaan.


(38)

commit to user

Menurut Jhingan (2007) Analisa input-output menunjukkan kepada kita bahwa di dalam perekonomian secara keseluruhan terkandung saling hubungan dan saling ketergantungan industrial. Input suatu industri merupakan output industri lainnya dan sebaliknya, sehingga akhirnya saling hubungan antar mereka membawa ke arah ekuilibrium antara penawaran dan permintaan di dalam perekonomian secara keseluruhan. Batubara adalah input bagi industri baja dan baja adalah input bagi industri batubara, kendati keduanya merupakan output dari masing-masing industri yang bersangkutan. Sebagian besar kegiatan ekonomi memproduksi barang-barang antara (input) untuk digunakan lebih lanjut dalam pembuatan barang-barang akhir (output). d. Metode Analisis Tipologi Klassen

Menurut Widodo (2006) teknik Tipologi Klassen dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur

pertumbuhan sektoral daerah. Analisis ini mendasarkan

pengelompokkan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. Dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen, suatu sektor dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori, yaitu: sektor prima, sektor potensial, sektor berkembang, dan sektor terbelakang. Penentuan kategori suatu sektor ke dalam empat kategori di atas didasarkan pada laju pertumbuhan kontribusi sektoral dan rerata besar kontribusi sektoralnya terhadap PDRB, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Tabel 2.1. Matrik Tipologi Klassen Rerata Kontribusi Sektoral

Terhadap PDRB Rerata Laju Pertumbuhan Sektoral

Y sektor > Y PDRB Y sektor < Y PDRB

r sektor > r PDRB Sektor Prima Sektor Berkembang r sektor < r PDRB Sektor Potensial Sektor

Terbelakang Sumber : Widodo, 2006

Y sektor = nilai kontribusi sektor ke i

Y PDRB = rata-rata PDRB

r sektor = laju pertumbuhan sektor ke i

r PDRB = laju pertumbuhan PDRB

Hasil pemetaan dari analisis Tipologi Klassen di atas, bila dikaitkan dengan kegiatan perencanaan untuk pengembangan ekonomi daerah di masa mendatang, antara lain dapat dilakukan dengan menentukan strategi pengembangan menurut periode waktu yang dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu prioritas pengembangan ekonomi untuk masa jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Matriks Strategi Pengembangan Jangka Pendek (1-5th) Jangka Menengah (5-10th) Jangka Panjang (10-25th) - sektor prima

- sektor potensial menjadi komoditi prima

- sektor potensial menjadi sektor prima

- sektor berkembang menjadi sektor potensial - sektor terbelakang

menjadi sektor berkembang

- sektor terbelakang menjadi sektor berkembang - sektor prima tetap

menjadi sektor prima Sumber : Widodo, 2006

Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui

gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi


(40)

commit to user

daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata-rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi-bagi menjadi empat klasifikasi, yaitu : daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income) (Pasaribu, 2005).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Perencanaan pembangunan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis tindakan di masa yang akan datang dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia supaya lebih baik secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya. Perencanaan pembangunan daerah dimaksudkan agar semua daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata sesuai dengan sumberdaya dan potensi yang ada di daerah. Manfaat perencanaan pembangunan daerah adalah untuk pemerataan pembangunan dari pusat ke daerah. Apabila perencanaan pembangunan daerah dan pembangunan daerah dapat dilaksanakan dengan baik maka diharapkan daerah dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri. Dengan demikian maka kenaikan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah tidak lagi terlalu bergantung dari pusat, tetapi dapat didorong dari daerah sendiri yang bersangkutan.

Adanya perencanaan pembangunan daerah maka akan mempermudah pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bersama dengan masyarakat, yaitu dengan mengembangkan potensi daerah dan mengelola sumberdaya tiap sektor yang tersedia, serta menentukan prioritas dan arah program pembangunan ekonomi daerah dalam upaya untuk mencapai tujuan pembangunan. Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik dan merata, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat. Dalam rangka


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

membangun perekonomian daerah yang lebih baik, maka pemerintah daerah

harus menentukan sektor-sektor yang perlu dikembangkan agar

perekonomian daerah dapat tumbuh cepat. Sektor yang memiliki keunggulan memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Adanya potensi bajir yang melanda Kabupaten Bojonegoro, Kecamatan Margomulyo sebagai salah satu kecamatan, diharapkan mampu menetapkan strategi pembangunan bagi daerahnya sendiri, sesuai dengan potensi sumberdaya yang dimilikinya, dengan tetap mengacu kepada kebijakan pemerintah pusat.

Pembangunan daerah Kecamatan Margomulyo terdiri dari

pembangunan sektor perekonomian dan sektor non perekonomian. Dalam pembangunan perekonomian daerah di Kecamatan Margomulyo terdiri dari pembangunan sektor pertanian dan non pertanian dimana masing-masing pembangunan sektor tersebut memberikan kontribusi dan peranan yang berbeda bagi pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Sektor pertanian terdiri dari lima sub sektor pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, subsektor peternakan, perikanan dan kehutanan. Sektor non pertanian terdiri dari sektor penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik dan air minum; sektor bangunan/konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar, sehingga sektor pertanian memiliki peranan penting bagi Kecamatan Margomulyo. Dari hasil produksi komoditi tersebut dapat diketahui besarnya nilai produksi dan laju pertumbuhan komoditi dengan melihat jumlah produksi dan harga komoditi tingkat produsen pada tahun tertentu, sehingga dapat pula diketahui besarnya kontribusi komoditi pertanian yaitu dengan membandingkan nilai produksi masing-masing komoditi pertanian terhadap total nilai produksi komoditi pertanian secara keseluruhan di Kecamatan Margomulyo.


(42)

commit to user

Analisis Pendekatan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Margomulyo, yaitu dengan mengidentifikasi komoditi pertanian yang menjadi prioritas atau unggulan melalui laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi pertanaian. Pada teknik pendekatan Tipologi Klassen ini, komoditi pertanian dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu terdiri dari komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang, dan komoditi terbelakang. Analisis ini mendasarkan pengelompokan suatu komoditi dengan indikator laju pertumbuhan dan kontribusinya terhadap kontribusi PDRB Kecamatan Margomulyo.

Berdasarkan hasil klasifikasi komoditi pertanian dengan analisis pendekatan Tipologi Klassen tersebut, maka pemerintah daerah dapat menentukan strategi pengembangannya dalam kerangka perencanaan

pengembangan ekonomi daerah Kecamatan Margomulyo. Strategi

pengembangan komoditi pertanian diperlukan dalam upaya mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Kecamatan Margomulyo agar dapat menunjang pendapatan daerah. Dalam hal ini, strategi pengembangan komoditi pertanian bertujuan untuk meningkatkan besarnya pertumbuhan dan kontribusi komoditi terhadap PDRB Kecamatan Margomulyo.

Strategi pengembangan komoditi pertanian ini dapat ditentukan dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD), hasil kesepakatan FGD serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah). Berdasarkan acuan strategi tersebut, akan dapat diketahui strategi pengembangannya melalui matriks strategi pengembangan komoditi pertanian, yaitu berdasarkan pada periode waktu, meliputi pengembangan untuk masa jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (5-10 tahun), maupun jangka panjang (10-25 tahun). Hasil rumusan strategi pengembangan yang telah ditentukan berdasarkan periode waktu tersebut dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah, sehingga akan mempermudah pemerintah daerah dalam menyusun rencana pembangunan daerah Kecamatan Margomulyo. Dengan demikian, perencanaan pembangunan daerah


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

merupakan tindak lanjut dari penetapan strategi pengembangan komoditi pertanian di Kecamatan Margomulyo.

Gambar alur kerangka pemikiran dalam penelitian Strategi

Pengembangan Komoditi Pertanian di Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro (Pendekatan Tipologi Klassen) dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Alur Pemikiran dan Kerangka Penentuan Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian di Kecamatan Margomulyo

Pembangunan Daerah Kecamatan Margomulyo

Sektor Non Perekonomian

Sektor Pertanian 1. Subsektor Tanaman Bahan

Makanan

2. Subsektor Tanaman Perkebunan

3. Subsektor Peternakan

Sektor Non Pertanian

Komoditi Pertanian

Klasifikasi komoditi pertanian Kecamatan Margomulyo menurut Tipologi Klassen Sektor Perekonomian

Prima

Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian

Jangka Pendek 1-5 Tahun

Jangka Menengah 5-10 Tahun

Jangka Panjang 10-25 Tahun


(44)

commit to user D. Pembatasan Masalah

1. Komoditi pertanian yang diteliti adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi rambat, kedelai, kacang tanah, kelapa, kapuk randu, sapi, kambing, domba, ayam buras dan itik tahun 2007-2008 yang datanya tersedia, dipublikasikan, dan kontinuitasnya terjaga.

2. Pengklasifikasian komoditi pertanian dalam penelitian ini menggunakan data nilai produksi komoditi pertanian, laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi pertanian, laju pertumbuhan dan kontribusi PDRB Kecamatan Margomulyo tahun 2007-2008.

3. Harga komoditi pertanian yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga rata-rata komoditi pertanian di Kecamatan Margomulyo pada tahun 2007-2008 atas dasar harga konstan (ADHK 2000).

4. Acuan perumusan strategi pengembangan komoditi pertanian di

Kecamatan Margomulyo berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bojonegoro; Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Kepala Daerah Dinas Pertanian, Peternakan Dinas Perkebunan Kabupaten Bojonegoro tahun 2009.

5. Penentuan strategi pengembangan sektor pertanian di Kecamatan

Margomulyo pada jangka panjang (10-25 tahun) hanya sebatas pada saat penelitian, tanpa memperhatikan kondisi riil di Kecamatan Margomulyo yang akan terjadi pada 10-25 tahun yang akan datang (kondisi masyarakat, kondisi perekonomian, dan pemerintahan).

E. Asumsi-Asumsi

1. Ketersediaan sumber daya pendukung bukan merupakan kendala dalam pengembangan komoditi pertanian.

F. Definisi Operasional

1. Sektor secara umum adalah lapangan usaha yang mencakup beberapa unit

produksi yang terdapat di dalam suatu perekonomian.

2. Komoditi adalah produk yang dihasilkan oleh suatu usaha/kegiatan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia.


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3. Pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan, perkebunan dan juga kehutanan. 4. Komoditi pertanian adalah segala barang-barang hasil dari pertanian yang

dapat diperjualbelikan, meliputi tanaman bahan makanan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan.

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah (regional) tertentu dalam kurun waktu tertentu. PDRB dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku (Suroto 1992).

6. Nilai produksi komoditi adalah hasil balas jasa dari suatu komoditi yang diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi komoditi dengan harga komoditi di tingkat produsen dalam satu tahun di Kecamatan Margomulyo yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.

7. Kontribusi adalah besarnya sumbangan komoditi pertanian terhadap pembentukan PDRB Kecamatan Margomulyo. Besarnya kontribusi dapat dihitung dengan membandingkan nilai PDRB komoditi dengan total PDRB Kecamatan Margomulyo (dalam persen). Adapun kriterianya adalah:

Kontribusi besar : apabila nilai kontribusi komoditi lebih besar atau sama dengan kontribusi PDRB Kecamatan Margomulyo. Kontribusi kecil : apabila nilai kontribusi komoditi lebih kecil atau sama

dengan kontribusi PDRB Kecamatan Margomulyo. 8. Laju pertumbuhan adalah perubahan nilai produksi komoditi tahun yang

dituju dikurangi tahun sebelumnya dibagi dengan tahun sebelumnya dan dikali 100%. Untuk mengetahui kriteria laju pertumbuhan komoditi pertanian yaitu dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kecamatan Margomulyo. Ada dua kriteria laju pertumbuhan komoditi pertanian, yaitu:

a. Tumbuh cepat, jika laju pertumbuhan komoditi pertanian lebih besar/sama dengan laju pertumbuhan PDRB Kecamatan Margomulyo.


(46)

commit to user

b. Tumbuh lambat, jika laju pertumbuhan komoditi pertanian lebih kecil daripada laju pertumbuhan PDRB Kecamatan Margomulyo.

9. Klasifikasi adalah pengelompokkan yang sistematis pada sejumlah objek, gagasan, atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama (Hamakonda dan Tairas, 1999). Klasifikasi dalam penelitian ini adalah pengelompokkan komoditi pertanian berdasarkan laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi pertanian di Kecamatan Margomulyo. Klasifikasi dalam penelitian ini terdiri dari empat kategori, yaitu komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang, dan komoditi terbelakang.

10.Prima adalah komoditi dengan laju pertumbuhan cepat dan kontribusi PDRB komoditi tersebut lebih besar daripada kontribusi PDRB Kecamatan Margomulyo.

11.Potensial adalah komoditi yang memiliki laju pertumbuhan lambat namun kontribusi PDRB komoditi tersebut lebih besar daripada kontribusi PDRB Kecamatan Margomulyo.

12.Berkembang adalah komoditi memiliki laju pertumbuhan cepat namun kontribusi PDRB komoditi tersebut lebih kecil daripada kontribusi PDRB Kecamatan Margomulyo.

13.Terbelakang adalah komoditi dengan laju pertumbuhan lambat dan kontribusi PDRB komoditi tersebut lebih kecil daripada kontribusi PDRB Kecamatan Margomulyo.

14.Strategi merupakan perencanaan sasaran, tujuan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu (James dan Robert, 2002). Strategi pengembangan komoditi pertanian dalam penelitian ini adalah suatu perencanaan untuk mengembangkan komoditi pertanian sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada di Kecamatan Margomulyo berdasarkan pada kontribusi dan pertumbuhan komoditi pertanian dalam jangka waktu tertentu. Strategi pengembangan didasarkan pada periode waktu, terdiri dari:


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2). Strategi jangka menengah, dilakukan dalam jangka waktu 5-10 tahun. 3). Strategi jangka panjang, dilakukan dalam jangka waktu 10-25 tahun.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

dan itik di Kecamatan Margomulyo pada jangka pendek, menengah dan panjang ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan bagi petani, pekebun dan peternak serta kesejahteraan mereka. Strategi klasifikasi komoditi pertanian dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan komoditi pertanian terkait dengan banjir yang acap melanda Kecamatan Margomulyo walaupun dalam kategori banjir ringan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana kehidupan yang sehat dan sejahtera bagi masyarakat Kecamtan Margomulyo. Dengan demikian kehidupan masyarakat di desa dapat memberikan partisipasi aktif dan positif terhadap pengembangan komoditi pertanian di Kecamatan Margomulyo.


(2)

commit to user

115

VI.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian di Daerah Rawan Banjir di Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro (Pendekatan Tipologi Klassen) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Margomulyo tiap subsektor sebagai berikut:

a. Klasifikasi Subsektor Tanaman Bahan Makanan

1) Komoditi Prima terdiri dari jagung, padi dan kedelai 2) Komoditi Potensial adalah ubi kayu.

3) Komoditi Terbelakang terdiri dari kacang tanah dan ubi rambat.

b. Klasifikasi Komoditi Tanaman Perkebunan

1) Komoditi Potensial adalah dari kelapa.

2) Komoditi Terbelakang terdiri dari kacang tanah dan ubi rambat. c. Klasifikasi Subsektor Peternakan

1) Komoditi Prima terdiri dari kambing dan ayam buras 2) Komoditi Potensial adalah sapi

3) Komoditi berkembang adalah domba 4) Komoditi Terbelakang adalah itik.

2. Strategi pengembangan komoditi pertanian tiap subsektor di Kecamatan margomulyo yaitu:

a. Subsektor Tanaman bahan makanan (Tabama) 1) Padi (prima)

a) Strategi pengembangan jangka pendek yang mengupayakan komoditi padi tetap bertahan sebagai komoditi prima yaitu, peningkatan akses petani dibidang permodalan dan pengendalian hama terpadu di areal pertanian padi.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

b) Strategi pengembangan jangka panjang mengupayakan komoditi padi tetap bertahan sebagai komoditi prima yaitu penyediaan dan pemeliharaan sarana prasarana pertanian yang memadai.

2) Jagung (prima)

a) Strategi pengembangan jangka pendek yang mengupayakan komoditi jagung tetap bertahan sebagai komoditi prima yaitu peningkatan akses petani di bidang permodalan dan pengendalian hama terpadu di areal pertanian jagung.

b) Strategi pengembangan jangka panjang mengupayakan komoditi jagung tetap bertahan sebagai komoditi prima yaitu penyediaan benih untuk jagung dan pengembangan agribisnis jagung.

3) Kedelai (prima)

a) Strategi pengembangan jangka pendek yang mengupayakan komoditi kedelai tetap bertahan sebagai komoditi prima yaitu peningkatan akses petani di bidang permodalan dan pengendalian hama terpadu di areal pertanian kedelai.

b) Strategi pengembangan jangka panjang mengupayakan komoditi kedelai tetap bertahan sebagai komoditi prima yaitu penyediaan benih untuk kedelai dan pengembangan agribisnis kedelai.

4) Ubi kayu (potensial)

a) Strategi pengembangan jangka pendek yang mengupayakan komoditi ubi kayu menjadi komoditi prima yaitu yaitu pemeliharaan ubi kayu secara intensif dan pengembangan kemitraan usaha tani

b) Strategi pengembangan jangka menengah mengupayakan komoditi kedelai menjadi komoditi prima yaitu pengembangan agribisnis ubi kayu.

5) Ubi rambat (terbelakang)

a) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan komoditi ubi kayu menjadi komoditi berkembang yaitu


(4)

commit to user

pengoptimalan sumber daya lahan dan meningkatkan minat masyarakat untuk mengelola ubi rambat

b) Strategi pengembangan jangka panjang mengupayakan komoditi ubi kayu menjadi komoditi berkembang yaitu penguatan kelembagaan petani ubi rambat.

6) Kacang tanah (terbelakang)

a) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan komoditi kacang tanah menjadi komoditi berkembang yaitu Meningkatkan minat masyarakat untuk mengusahakan komoditi kacang tanah.

b) Strategi pengembangan jangka panjang mengupayakan kacang tanah menjadi komoditi berkembang yaitu penguasaan jaringan bisnis dalam pemasaran kacang tanah.

b. Subsektor Perkebunan 1) Kelapa (potensial)

a) Strategi pengembangan jangka pendek yang mengupayakan komoditi kelapa menjadi komoditi prima yaitu meningkatkan peran kelompok tani.

b) Strategi pengembangan jangka menengah mengupayakan komoditi kelapa menjadi komoditi prima yaitu pemanfaatan lahan tidur untuk pembibitan dan pengembangan komoditi kelapa.

2) Kapuk randu (terbelakang)

a) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan komoditi kapuk randu menjadi komoditi berkembang yaitu meningkatkan minat masyarakat untuk mengusahakan kapuk randu dan meningkatkan produksi komoditi kapuk randu.

b) Strategi pengembangan jangka panjang mengupayakan kapuk randu menjadi komoditi berkembang yaitu penguasaan jaringan bisnis dalam pemasaran kapuk randu.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

c. Subsektor Peternakan 1) Kambing (prima)

a) Strategi pengembangan jangka pendek yang mengupayakan komoditi kambing tetap bertahan sebagai komoditi prima yaitu penyediaan bibit/bakalan kambing.

b) Strategi pengembangan jangka panjang mengupayakan komoditi kambing tetap bertahan sebagai komoditi prima yaitu

pengoptimalan peran pasar hewan. 2) Ayam buras (prima)

a) Strategi pengembangan jangka pendek yang mengupayakan komoditi ayam buras tetap bertahan sebagai komoditi prima yaitu penyediaan bibit/bakalan ayam buras.

b) Strategi pengembangan jangka panjang mengupayakan komoditi ayam buras tetap bertahan sebagai komoditi prima yaitu penelitian mengenai peningkatan kualitas ayam buras dan pengoptimalan peran pasar hewan.

3) Sapi (potensial)

a) Strategi pengembangan jangka pendek yang mengupayakan komoditi sapi tetap menjadi komoditi prima yaitu peningkatan peran kelompok tani.

b) Strategi pengembangan jangka menengah mengupayakan komoditi sapi tetap menjadi komoditi prima yaitu insenminasi buatan.

4) Domba (berkembang)

a) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan komoditi domba menjadi komoditi potensial yaitu peningkatan kemampuan dan kualitas SDM peternak domba dan sistem gaduh ternak dari pihak pemerintah kepada petani.


(6)

commit to user 5) Itik (terbelakang)

a) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan komoditi itik menjadi komoditi berkembang yaitu meningkatkan minat masyarakat untuk mengusahakan itik.

b) Strategi pengembangan jangka panjang mengupayakan itik menjadi komoditi berkembang yaitu pengolahan pasca panen telur itik dan meningkatkan akses peternak itik terhadap modal usaha.

B. Saran

1. Sebaiknya upaya pengembangan komoditi pertanian yang dilaksanakan di Kecamatan Margomulyo berdasarkan komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang dan komoditi terbelakang.

2. Meskipun Kecamatan Margomulyo daerah potensi banjir ringan, sebaiknya Pemerintah tetap melakukan pemetakan lahan yang digunakan penanaman komoditi pertanian, hal ini untuk meminimalisir kerugian akibat banjir. 3. Pemerintah Kecamatan Margomulyo dan dinas-dinas terkait hendaknya

memberikan pelatihan, pembinaan secara kontinyu mengenai pentingnya penggunaan bibit/benih unggul terutama komoditi padi, jagung dan kedelai, maupun bibit/bakalan untuk ayam buras dan kambing agar hasil produksi komoditi-komoditi tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian daerah Kecamatan Margomulyo.

4. Sebaiknya pemerintah Kecamatan Margomulyo dalam pengarsipan data dilakukan secara teratur dan tertib, karena data-data tersebut sangat penting untuk penelitiaan maupun insntansi dalam rangka pembangunan daerah.