STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI PERTANIAN DI KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN, SWOT, QSPM

(1)

commit to user

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI PERTANIAN DI

KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO

(PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN, SWOT, QSPM

(

Quantitative Strategic Planning Matrix

))

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

DINI KURNIA WARDHANI H 0307044

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI PERTANIAN DI KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO

(PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN, SWOT, QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix))

Yang dipersiapkan dan disusun oleh Dini Kurnia Wardhani

H 0307044

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal Januari 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji Ketua

Wiwit Rahayu, SP. MP NIP. 197111091997032004

Anggota I

Nuning Setyowati, SP. MSc NIP. 198203252005012001

Anggota II

Ir. Agustono, MSi NIP. 196408011990031004

Surakarta, Januari 2011 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S NIP. 19551217 198203 1 003


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro (Pendekatan Tipologi Klassen, SWOT,

QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)) ini disusun untuk memenuhi

sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

Pelaksanaan penelitian serta proses penyelesaian skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis dan Dosen Penguji Tamu yang sudah banyak memberikan masukan, bimbingan yang bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis.

4. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP selaku pembimbing utama skripsi atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, nasehat, dan pengertian dalam proses konsultasi dan penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

5. Ibu Nuning Setyowati, SP. MSc. selaku pembimbing pendamping skripsi yang sudah banyak memberikan masukan, bimbingan yang bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Setyowati, SP. MP. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan, nasehat, dan petunjuk selama proses belajar di Fakultas Petanian.


(4)

commit to user

iv

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian UNS Surakarta yang telah memberikan bantuan

9. Badan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kesbangpolinmas di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10.Bapak Herudi dan Ibu Retno Priyani serta kakak dan adikku tercinta. Terimakasih semua dukungan dan doanya.

11.Segenap keluarga besar Agrobisnis angkatan 2007, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaannya selama kuliah ini. 12. Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya selama ini.

Sebagai salah satu tahapan dalam proses pembelajaran, penulis menyadari bahwa tulisan ini tak luput dari segala kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan keterbatasan penulis serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Sebagai penutup semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, Januari 2011


(5)

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RINGKASAN... xi

SUMMARY... . xiii

I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah ... 1

b. Perumusan Masalah ... 7

c. Tujuan Penelitian ... 8

d. Kegunaan Penelitian ... 9

II. LANDASAN TEORI a. Penelitian Terdahulu ... 10

b. Tinjauan Pustaka ... 14

c. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 21

d. Pembatasan Masalah ... 25

e. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 26

III.METODE PENELITIAN a. Metode Dasar Penelitian ... 29

b. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ... 29

c. Jenis dan Sumber Data ... 29

d. Metode Analisis Data ... 30

1. Analisis Klasifikasi Komoditi Pertanian Di Kecamatan Baureno . 30

2. Analisis Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian Kecamatan Baureno ... 31

3. Analisis Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian Terbaik ... 32

IV.KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN a. Keadaan Alam ... 33

1. Letak Geografis ... 33

2. Topografi ... 33

3. Pemanfaatan Wilayah ... 33

b. Keadaan Penduduk ... 34


(6)

commit to user

vi

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 36

3. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 37

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 37

c. Keadaan Perekonomian ... 38

1. Struktur Perekonomian ... 38

2. Pendapatan Per Kapita ... 40

d. Keadaan Sarana Perekonomian ... 41

e. Keadaan Sektor Pertanian ... 42

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Keragaan Umum Komoditi Pertanian (Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan, dan Peternakan) di Kecamatan Baureno ... 46

1. Laju Pertumbuhan Komoditi Pertanian (Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan dan Peternakan) di Kecamatan Baureno ... 47

2. Kontribusi Komoditi Pertanian (Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan dan Peternakan) di Kecamatan Baureno ... 49

b. Klasifikasi Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno dengan Pendekatan Tipologi Klassen ... 52

1. Komoditi Prima...……… 53

2. Komoditi Potensial ... 54

3. Komoditi Berkembang ... 56

4. Komoditi Terbelakang ... 57

C. Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno .. 58

1. Analisis SWOT dan QSPM untuk Komoditi Pisang ... 59

a. Alternatif Strategi ... 59

b. Strategi Terbaik ... 69

2. Analisis SWOT dan QSPM untuk Komoditi Padi ... 74

a. Alternatif Strategi ... 74

b. Strategi Terbaik ... 81

3. Analisis SWOT dan QSPM untuk Komoditi Jagung ... 86

a. Alternatif Strategi ... 86

b. Strategi Terbaik ... 94

4. Analisis SWOT dan QSPM untuk Komoditi Sapi ... 99

a. Alternatif Strategi ... 99

b. Strategi Terbaik ... 107

VI.KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 111

b. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA


(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Wilayah Kecamatan dengan Dampak Banjir Terparah di Kabupaten Bojonegoro (Berdasarkan Luasan Genangan pada

Sawah) ... 3

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Baureno Tahun 2007-2008 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (Jutaan Rupiah) ... 4

Tabel 3. Distribusi Kontribusi PDRB Subsektor Terhadap Sektor Pertanian ... 5

Tabel 4. Nilai Produksi Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno Tahun 2007-2998 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Dalam Ribuan Rupiah) ... 7

Tabel 5. Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno Tahun 2007-2008 ... 25

Tabel 6. Matriks Tipologi Klassen Komoditi Pertanian ... 31

Tabel 7. Matriks SWOT ... 32

Tabel 8. Matriks QSPM ... 32

Tabel 9. Luas pemanfaatan Wilayah Menurut Pemanfaatannya di Kecamatan Baureno Tahun 2008 ... 33

Tabel 10. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Baureno Tahun 2008 ... 35

Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kecamatan Baureno Tahun 2008 ... 36

Tabel 12. Penduduk Kecamatan Baureno Menurut Golongan Umur Tahun 2007 (orang) ... 37

Tabel 13. Jumlah Penduduk di Kecamatan Baureno Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007 (orang) ... 38

Tabel 14. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Baureno 2008 ADHK 2000 (%) ... 39

Tabel 15. Pendapatan Per Kapita Kecamatan Baureno Tahun 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 ... 40

Tabel 16. Sarana Perekonomian di Kecamatan Baureno Tahun 2007 ... 41

Tabel 17. Kondisi Jalan di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2005-2007 (km) .... 42

Tabel 18. PDRB Susbsektor Pertanian Kecamatan Baureno Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Konatan 2000 (Jutaan Rupiah) ... 43

Tabel 19. Produksi Komoditi Pertanian (Tanaman Bahan Makanan, Komoditi Perkebunan) di Kecamatan Baureno Tahun 2007-2008 ... 43


(8)

commit to user

viii

Tabel 20. Produksi Komoditi Pertanian (Peternakan) di Kecamtan Baureno Tahun 2007-2008 (Ekor) ... 44 Tabel 21. Laju Pertumbuhan Komoditi Pertanain (Tanaman Bahan

Makanan, Perkebuanan dan Peternakan) di Kecamatan Baureno ... 47 Tabel 22. Kontribusi Komoditi Pertanian (Tanaman Bahan Makanan,

Perkebunana, Peternakan) di Kecamatan Baureno ... 50 Tabel 23. Matriks Tipologi Klassen Komoditi Pertanain di Kecamatan

Baureno ... 53 Tabel 24. Alternatif Strategi Matriks SWOT Pengembangan Komoditi

Pisang di Kecamatan Baureno ... 60 Tabel 25. Analisis QSPM untuk Komoditi Pisang (Prima) ... 70 Tabel 26. Alternatif Strategi Matriks SWOT Pengembangan Komoditi

Padi di Kecamatan Baureno ... 75 Tabel 27. Analisis QSPM untuk Komoditi Padi (Potensial) ... 82 Tabel 28. Alternatif Strategi Matriks SWOT Pengembangan Komoditi

Jagung di Kecamatan Baureno ... 87 Tabel 29. Analisis QSPM untuk komoditi Jagung (Berkembang) ... 94 Tabel 30. Alternatif Strategi Matriks SWOT Pengembangan Komoditi

Sapi di Kecamatan Baureno ... 100 Tabel 31. Analisis QSPM untuk Komoditi Sapi (Terbelakang) ... 108


(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran dalam Penentuan Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian


(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1. PDRB ADHK 2000 Kabupaten Bojonegoro Tahun 2003-2008 Lampiran 2. PDRB Kecamatan Baureno ADHK 2000 Tahun 2007-2008 (dalam

jutaan)

Lampiran 3. Laju Pertumbuhan PDRB Kec. Baureno Tahun 2008

Lampiran 4. Kontribusi Kecamatan Baureno ( terhadap total PDRB Kabupaten Bojonegoro)

Lampiran 5. PDRB Kecamatan Baureno ADHK 2000 2007-2008

Lampiran 6. Klasifikasi Komoditi Pertanian di Kec.Baureno Terhadap Kab.Bojonegoro

Lampiran 7. Nilai Produksi Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro Tahun 2007-2008

Lampiran 8. Analisis Penghitungan Bobot untuk Komoditi Pisang (Prima) Lampiran 9. Analisis QSPM Untuk Komoditi Pisang (Prima)

Lampiran 10. Analisis Perhitungan Bobot Untuk Komoditi Padi (Potensial) Lampiran 11. Analisis QSPM Untuk Komoditi Padi

Lampiran 12. Analisis Pembobotan untuk Komoditi Jagung (Berkembang) Lampiran 13. Analisis QSPM Untuk komoditi jagung (Berkembang) Lampiran 14. Analisis Pembobotan Untuk Komoditi Sapi (Terbelakang) Lampiran 15. Analisis QSPM Untuk Komoditi Sapi (Terbelakang) Lampiran 16. Peta Kecamatan Baureno

Lampiran 17. Dokumentasi Penelitian (Lokasi Penelitian)

Lampiran 18. Dokumentasi penelitian (FGD (Focus Group Discussion)) Lampiran 19. Panduan Pertanyaan serta Penentuan Bobot dan Rating Lampiran 20. Surat Ijin Penelitian


(11)

commit to user

xi

RINGKASAN

Dini Kurnia Wardhani. H 0307044. 2011. “Strategi Pengembangan

Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro (Pendekatan Tipologi Klassen, SWOT, QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix))”. Dibimbing oleh Wiwit Rahayu, SP. MP dan Nuning Setyowati, SP. MSc. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, merumuskan alternatif strategi pengembangan komoditi pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro dan merumuskan strategi pengembangan komoditi pertanian terbaik di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Baureno merupakan daerah yang mengalami dampak banjir terparah berdasarkan luasan sawah yang tergenang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Metode analisis data yang digunakan adalah (1) analisis Tipologi Klassen untuk menentukan klasifikasi komoditi pertanian, (2) analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dan alternatif strategi dalam pengembangan komoditi pertanian, (3) matriks QSPM untuk menentukan strategi terbaik dalam pengembangan komoditi pertanian.

Hasil penelitian menggunakan Tipologi Klassen menunjukkan bahwa klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Baureno berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen terdiri empat klasifikasi komoditi, yaitu komoditi prima adalah pisang; komoditi potensial adalah padi, tembakau virginia, ayam buras dan ayam ras; komoditi berkembang adalah jagung, ubi kayu dan kambing serta komoditi terbelakang adalah kedelai, kacang hijau, mangga, kelapa, kapuk randu, sapi dan domba. Dalam perumusan strategi, dipilih satu dari tiap klasifikasi untuk dianalisis. Hasil analisis Tipologi Klassen, kemudian ditindak lanjuti dengan Focus Group Disscussion (FGD) untuk memperoleh faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang berpengaruh terhadap pengembangan komoditi pertanian. Hasil analisis SWOT terhadap faktor internal dan eksternal dari komoditi terpilih, menghasilkan alternatif strategi. Alternatif strategi untuk komoditi pisang adalah peningkatan diversifikasi produk olahan pisang, pengoptimalan peran PPL untuk meningkatkan kualitas SDM petani pisang, peningkatan kinerja infrastruktur untuk mendukung pemasaran pisang dan produk olahan pisang, peningkatan efisiensi usahatani pisang, pembinaan usahatani komoditi pisang dan peningkatan manajemen usahatani dan agroindustri pisang dan perluasan pangsa pasar pisang dan produk olahan pisang; alternatif strategi untuk komoditi padi adalah pemanfaatan secara optimal dukungan dari pemerintah dalam usahatani padi, perluasan jaringan pemasaran, penggunaan varietas padi yang tahan genangan air, peningkatan pengelolaan pasca panen, peningkatan peran BPP dalam alih teknologi usahatani padi di tingkat petani, peningkatan pengelolaan usahatani di tingkat petani, pembuatan


(12)

commit to user

xii

sumur resapan di tingkat petani dan perbaikan kondisi infrastruktur penunjang; alternatif strategi untuk komoditi jagung adalah pemanfaatan secara optimal dukungan pemerintah, perluasan daerah pemasaran produk olahan jagung, pengotimalan manajemen usahatani jagung, pengantisipasian persaingan pasar produk olahan jagung, penggunaan benih jagung yang sesuai, pengoptimalan penggunaan teknologi informasi untuk mendukung pemasaran produk olahan jagung dan pengoptimalan upaya antisipasi banjir dan perbaikan tataniaga jagung dan sarana produksi jagung, alternatif strategi untuk komoditi sapi adalah pengoptimalan produksi sapi, pengantisipasian persaingan dengan sapi impor melalui peningkatan kualitas ternak sapi, peningkatan kualitas infrastruktur, peningkatan kualitas SDM peternak sapi, penelitian dan pengembangan untuk mendukung kontinyuitas pakan ternak sapi dan pengoptimalan bantuan permodalan dari pemerintah. Setelah diperoleh alternatif strategi dari setiap komoditi terpilih maka dilakukan analisis lanjut untuk mendapatkan satu strategi pengembangan terbaik dengan menggunakan analisis QSPM. Hasil analisis QSPM menunjukkan bahwa strategi pengembangan terbaik untuk komoditi pisang, padi, jagung dan sapi secara berurutan adalah peningkatan manajemen usahatani dan agroindustri berbahan baku pisang, penggunakan varietas padi yang tahan genangan air, pengoptimalan manajemen usahatani jagung dan pengantisipasian persaingan dengan sapi impor melalui peningkatan kualitas ternak sapi.


(13)

commit to user

xiii

SUMMARY

Dini Kurnia Wardhani. H 0307044. 2011. "The Development Strategy Of

Agriculture Comoditing in Baureno Subdistrict Bojonegoro Regency (The Approach with Klassen Typology, SWOT, QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix))". Guided by Wiwit Rahayu, SP. MP and Nuning Setyowati, SP. MSc. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University Surakarta.

This study aims to identify the classification of agricultural commodities in Baureno Subdistrict Bojonegoro Regency, formulate alternative development strategy of agricultural commodities in Baureno Subdistrict Bojonegoro Regency and formulate strategies for developing the best agricultural commodities that can be applied in Baureno Subdistrict Bojonegoro Regency

The basic method used in this research is analytical descriptive method. The method to determine the location of the research done by purposive (deliberately), namely Baureno Subdistrict Bojonegoro Regency based on the consideration that the District is an area that experienced the worst flooding impacts based on the area of rice fields are flooded. Data used in this study are primary and secondary data.

Data analysis methods used are (1) Klassen Typology analysis to determine the classification of agricultural commodities, (2) SWOT analysis to identify internal and external factors and alternative strategies in the development of agricultural commodities, (3) matrix QSPM to determine the best strategy in the development of agricultural commodities .

Results of research using a Klassen Typology shows that classification of agricultural commodities in Baureno Subdistrict based typology Klassen consisting of four classifications of commodities, namely primary commodities are bananas; potential commodities are rice, tobacco virginia, free-range chicken and chicken; commodities grown are corn, cassava and retarded goat and commodities are soybeans, green beans, mango, coconut, kapok, cows and sheep. In the formulation of strategies, one from each classification selected for analysis. Klassen Typology analysis results, and then followed up with Focus Group Discussion (FGD) to obtain internal factors (strengths and weaknesses) and external factors (opportunities and threats) that affect the development of agricultural commodities. SWOT analysis of internal and external factors of selected commodities, generate alternative strategies. Alternative strategies for commodity bananas is increasing diversification of processed banana products, optimizing the role of extension workers to improve the quality of banana farmers, improving the performance of infrastructure to support the marketing of bananas and processed products of banana, banana farming efficiency improvement, development and improvement of farm commodities banana farm management and agro-banana and expanding market share of processed products of banana and banana; alternative strategy for rice commodity is optimal utilization of government support in rice farming, expansion of marketing network, the use of rice varieties resistant pool of water, improvement of post harvest management, increased role of BPP in the transfer of farming technology paddy at farm level, improved farm management at farm level, making absorption wells at farm level


(14)

commit to user

xiv

and improvement of supporting infrastructure; alternative strategies for commodity corn is an optimal utilization of government support, the expansion of the marketing area of processed corn products, optimization corn farm management, anticipating competition corn refined products market, the appropriate use of maize seed, optimizing the use of information technology to support the marketing of products of processed corn and optimizing anticipating flooding and improve the trading system of maize and maize production facilities, alternative strategies for commodity cow is cow production optimization, anticipating competition with imported cattle through improved quality of cow cattle, improving the quality of infrastructure, improving human resources quality cattle farmers, research and development to support the continuity of cattle feed and the optimization of capital assistance from the government. Having obtained an alternative strategy for each commodity selected then conducted further analysis to obtain a single best development strategy using QSPM analysis. QSPM analysis results showed that the best development strategy for commodity bananas, rice, corn and cow in a sequence is the increase in farm management and agro-based raw bananas, use of resistant rice varieties puddles, optimization of corn management and anticipation the competition with cow imports throught improved quantity and quality of cow cattle.


(15)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional yaitu suatu usaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara terus menerus, berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan kegiatan yang berlandaskan pada kemampuan nasional dan berdasarkan perkembangan keadaan daerah (mencakup daerah kabupaten atau kota, daerah propinsi, masing-masing sebagai daerah otonom) dan nasional. Setiap pembangunan dilaksanakan berdasarkan azas pemerataan dan keadilan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang tinggi, membina dan menjaga stabilitas nasional, baik ekonomi, sosial budaya, politik, maupun keamanan serta menjaga dan meningkatkan ketahanan nasional pada semua segi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Munji, 2001).

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Pada era otonomi daerah dewasa ini, pembangunan tidak lagi sepenuhnya dikendalikan secara ketat dari pusat, tetapi sudah diserahkan kepada daerah kabupaten atau kota seluas-luasnya sehingga suatu daerah dituntut untuk bisa mencari dan mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk menopang keberlanjutan pembangunan di daerah yang bersangkutan. Kebijakan otonomi daerah memberikan harapan-harapan baru bagi daerah, dengan otonomi maka masyarakat daerah dapat bangkit dan berkembang selaras dengan nilai budaya, karakter dan pola perilaku masyarakat daerah. Adanya otonomi daerah juga, dapat memberikan tantangan bagi kabupaten


(16)

commit to user

atau kota untuk tampil lebih dewasa dan percaya diri dalam mengelola pembangunan daerahnya.

Bencana alam seperti banjir merupakan salah satu faktor penghambat untuk peningkatan perekonomian di Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro menjadi langganan daerah banjir karena luapan sungai Bengawan Solo yang melintasi Kabupaten Bojonegoro. Masalah banjir tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat di Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan tren ekologi global warming maka banjir masih akan terjadi dan akan selalu terjadi di Kabupaten Bojonegoro dalam jangka waktu 10 sampai dengan 20 tahun mendatang. Adanya banjir membuat suatu kondisi dimana masyarakat harus dapat hidup harmonis dengan banjir atau living harmony with flood. Artinya, masyarakat sudah mulai dapat menentukan kegiatan yang sesuai apabila terjadi banjir, seperti memilih macam komoditi pertanian yang tahan banjir seperti pisang, mangga dan lain-lain serta tidak mengupayakan budidaya yang rentan terhadap banjir, seperti budidaya perikanan. Masyarakat dan pemerintah selalu dihadapkan pada pilihan yakni menaklukkan banjir ataukah harmonis dengan banjir yang sudah menjadi rutinitas tahunan. Pola pikir masyarakat Bojonegoro tentang banjir kini sudah berubah dan cenderung memilih hidup harmonis dengan banjir (Kompas, 2010).

Kecamatan Baureno merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bojonegoro yang termasuk daerah dengan dampak banjir terparah. Hal ini dilihat dari luasan sawah yang tergenang sekitar ±1.175 ha. Data wilayah Kecamatan dengan dampak banjir terparah di Kabupaten Bojonegoro (berdasarkan luasan genangan pada sawah) disajikan pada Tabel 1.


(17)

commit to user

Tabel 1. Wilayah Kecamatan Dengan Dampak Banjir Terparah Di Kabupaten Bojonegoro (Berdasarkan Luasan Genangan Pada Sawah)

No Kecamatan Wilayah sawah yang tergenang

1. Baureno ±1.175 ha

2. Kalitidu ±910 ha

3. Balen ±701 ha

4. Kanor ±433 ha

5. Trucuk ±229 ha

Sumber : BPBD Kabupaten Bojonegoro, 2009

Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa Kecamatan Baureno merupakan kecamatan terparah akibat banjir berdasarkan luasan sawah yang tergenang. Besarnya luasan sawah yang tergenang mengakibatkan potensi sawah dan lahan kering di Kecamatan Bureno yang berkisar ± 6.313 ha (Kecamatan Baureno Dalam Angka, 2009) menjadi terhambat. Luasnya genangan mengakibatkan peningkatan kadar air, sehingga produksi tanaman bahan makanan yang paling rentan dengan banjir menjadi semakin merosot. Padi merupakan tanaman bahan makanan yang sangat bergantung pada ketersediaan air. Ketersediaan air yang cukup akan mampu membantu pertumbuhan tanaman padi, namun apabila berlebih maka akan menghambat pertumbuhan. Genangan menimbulkan dampak yang buruk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Dampak genangan yaitu menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme.

Adanya genangan mengakibatkan potensi lahan yang dimiliki tidak dapat dioptimalkan untuk peningkatan produksi serta pemenuhan kebutuhan beras daerah akibat adanya banjir. Kecamatan Baureno merupakan kecamatan yang marasakan dampak terparah akibat banjir karena keseluruhan wilayahnya merupakan dataran rendah yang berbatasan langsung dengan sungai Bengawan Solo di sebelah Utara. Hal inilah yang mengakibatkan luapan air mudah menggenang dan mengakibatkan banjir. Genangan akibat banjir ini menyebabkan gagal panen, sehingga produksi tanaman bahan


(18)

commit to user

makanan seperti padi akan semakin turun yang juga berdampak pada laju dan kontribusi pertumbuhan komoditi tersebut.

Masalah banjir yang menjadi rutinitas inilah yang kemudian membawa dampak, baik langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan penduduk di Kecamatan Baureno. Dampak langsungnya dapat berupa hilangnya hewan ternak karena terbawa arus banjir, gagal panen dari tanaman yang diusahakan dan dampak tidak langsung yang dapat dirasakan adalah naiknya biaya usahatani, tingginya penyebaran penyakit akibat banjir dan naiknya biaya hidup karena terhambatnya pasokan bahan makanan sehingga harga bahan makanan pokok meningkat tajam. Berbagai dampak inilah yang membawa Kecamatan Baureno sulit untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Sektor pertanian di Kecamatan Baureno merupakan penopang utama yang memberikan dukungan besar terhadap perekonomian daerah. Kontribusi sektor pertanian dari total PDRB Kecamatan Baureno sekitar 30%, sedangkan sektor lain masing-masing dibawah 23%. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa kontribusi terbesar dipegang oleh sektor pertanian. Hal ini mengakibatkan apabila sektor pertanian terpuruk maka perekonomian daerah Kecamatan Baureno juga berada pada posisi yang tidak baik. Pendapatan daerah Kecamatan Baureno tersaji pada Tabel 2. sebagai berikut.

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Baureno Tahun 2007-2008 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 (Jutaan Rupiah)

Sektor Perekonomian

Tahun

2007 % 2008 %

1. Pertanian 71456,23 30,48 75120,38 30,28

2. Pertambangan Dan Penggalian 51,85 0,02 64,54 0,03

3. Industri Pengolahan 36159,59 15,43 38672,06 15,59

4. Listrik, Gas Dan Air Minum 1312,05 0,56 1430,11 0,58

5. Bangunan 8585,04 3,66 9971,56 4,02

6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 55836,45 23,82 58557,85 23,60

7. Pengangkutan Dan Komunikasi 14367,81 6,13 15365,44 6,19

8. Keu.Persewaan & Jasa Perusahaan 13231,42 5,64 14351,52 5,78

9. Jasa-Jasa 33414,02 14,25 34592,28 13,94

Total 234414,46 100,00 248125,74 100,00


(19)

commit to user

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian. Besarnya kontribusi sektor pertanian tidak dapat dilepaskan dari besarnya dukungan subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Kontribusi subsektor pertanian terhadap sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 3, sebagai berikut.

Tabel 3. Distribusi Kontribusi PDRB Subsektor Terhadap Sektor Pertanian Subsektor

Tahun

2007 (%) 2008 (%)

Tanaman Bahan Makanan 76,79 71,61

Perkebunan 8,42 9,00

Peternakan 11,70 15,68

Kehutanan 2,23 2,81

Perikanan 0,83 0,88

Total 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro, 2009

Tabel 3. menunjukkan bahwa subsektor pertanian memberi pengaruh yang cukup besar terhadap kontribusi sektor pertanian. Subsektor yang memiliki pengaruh besar terhadap sektor pertanian adalah subsektor tanaman bahan makanan. Hal ini dapat dilihat pada subsektor tanaman bahan makanan yang pada tahun 2007 memberikan kontribusi sebesar 76,79% mengalami penurunan menjadi 71,61% di tahun 2008. Akibat dari penurunan kontribusi ini terlihat pada kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB yang mengalami penurunan sebesar 0,2%.

Penurunan kontribusi sektor pertanian dan subsektor tanaman bahan makanan tahun 2008 dikarenakan kesulitan akses petani terhadap saprodi, kecilnya modal petani, rendahnya keahlian petani serta adanya resiko banjir tahunan. Rendahnya akses petani terhadap bantuan modal dan saprodi mengakibatkan petani kurang memperhatikan input yang dibutuhkan. Selain rendahnya akses petani terhadap saprodi, masalah banjir juga memberikan pengaruh terhadap pengembangan sektor pertanian. Subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor dari sektor pertanian yang paling rawan apabila terjadi banjir. Hal ini dikarenakan pada subsektor tanaman bahan


(20)

commit to user

makanan, komoditi pertanian yang dibudidayakan merupakan tanaman semusim yang tidak mampu bertahan apabila terjadi genangan.

Subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan subsektor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan sektor pertanian di Kecamatan Baureno. Besarnya peranan tiap subsektor ini harus ditindak lanjuti dengan mengklasifikasikan komoditi pertanian dari setiap subsektor. Hal ini ditujukan untuk memperjelas dan mempermudah dalam menentukan strategi pengembangan komoditi pertanian. Setelah ditentukan beberapa strategi tertentu untuk klasifikasi komoditi pertanian, kemudian beberapa alternatif strategi ini dianalisis kembali untuk mendapatkan strategi terbaik.


(21)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Berbagai komoditi pertanian yang dihasilkan di Kecamatan Baureno memiliki potensi masing-masing. Hal itu dapat ditentukan dengan melihat besarnya nilai produksi komoditi pertanian, laju pertumbuhan komoditi pertanian terhadap PDRB Kecamatan Baureno dan kontribusi komoditi pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bojonegoro. Mengkaji potensi komoditi pertanian, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah melihat seberapa besar nilai produksi komoditi pertanian, yang tersaji dalam Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Produksi Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Dalam Ribuan Rupiah)

No

Komoditi Pertanian

Tahun Rata-rata

2007 2008

Subsektor Tanaman Bahan Makanan

1. Padi 56.606.627,90 52.019.101,70 54.312.865 2. Jagung 3.589.673,54 4.263.662,22 3.926.668

3. Ubi Kayu 93.975,22 133.854,23 113.915

4. Kedelai 1.411.711,86 1.343.115,01 1.377.413 5. Kacang Hijau 5.118.052,28 714.951,98 2.916.502

6. Mangga 1.669.101,17 628.055,30 1.148.578

7. Pisang 83.410.531,80 232.625.189,10 158.017.860 Subsektor Perkebunan

8. Kelapa 171.975,20 171.975,20 171.975,20

9. Kapuk Randu 7.230,21 7.230,21 7.230,21

10. Tembakau Virginia 14.443.920,22 6.770.480,60 10.607.200 Subsektor Peternakan

11. Sapi 2.480.993,26 1.841.557,94 2.161.275,60 12. Kambing 667.505,35 1.058.913,47 863.209,41

13. Domba 1.108.639,32 150.398,40 629.518,86

14. Ayam Buras 49.824.257,62 3.276.046,49 26.550.152,05 15. Ayam Ras 44.292.306,11 24.391.471,23 34.341.888,67 Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro, 2009

Berdasarkan Tabel 4.dapat diketahui bahwa nilai produksi komoditi pertanian dari Kecamatan Baureno cenderung mengalami penurunan. Terlihat pada komoditi padi, pada tahun 2008 nilai produksi komoditi padi turun


(22)

commit to user

Rp 56.606.627.900,00. Hal ini juga terjadi pada komoditi kacang hijau dimana pada tahun 2008 mengalami penurunan. Pada tahun 2007 nilai produksi

komoditi kacang hijau sebesar Rp 5.118.052.280,00 turun menjadi Rp 714.951.980,00 pada tahun 2008. Tetapi penurunan nilai produksi ini tidak

terjadi pada komoditi pisang, yang pada tahun 2007 nilai produksinya sebesar Rp 83.410.531.800,00 kemudian menjadi Rp 232.625.189.100,00 pada tahun 2008. Peningkatan nilai produksi komoditi pisang, disebabkan karena adanya kesesuaian agronomi berupa lahan di Kecamatan Baureno yang berupa tanah lempung dan berada di dataran rendah. Budidaya komoditi lain sulit untuk dilakukan karena melihat besarnya resiko yang terjadi apabila terjadi banjir. Oleh karena itu perlunya diketahui komoditi pertanian apa saja yang memiliki potensi bila dikembangkan di kawasan rawan banjir seperti Kecamatan Baureno.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro?

2. Alternatif strategi apakah yang dapat diterapkan untuk pengembangan komoditi pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro?

3. Strategi terbaik apakah yang dapat diterapkan untuk pengembangan komoditi pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.

2. Untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan komoditi pertanian yang dapat diterapkan di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. 3. Untuk merumuskan strategi pengembangan terbaik komoditi pertanian


(23)

commit to user

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini meliputi:

1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kecamatan Baureno, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Daerah dalam mengambil keputusan terkait dengan kebijakan dalam perencanaan pengembangan ekonomi daerah khususnya terhadap komoditi pertanian.

3. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.


(24)

commit to user

I. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Susilowati (2009) yang berjudul Strategi Pengembangan Sektor Pertanian Di Kabupaten Sukoharjo (Pendekatan Tipologi Klassen) dapat disimpulkan bahwa klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan Tipologi Klassen, yaitu sektor prima terdiri dari sektor bangunan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor industri kemudian sektor potensial terdiri dari sektor pertanian dan sektor industri pengolahan kemudian sektor berkembang terdiri dari sektor listrik dan air minum kemudian sektor terbelakang yaitu sektor pertambangan dan penggalian. Sedangkan untuk klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Sukoharja berdasarkan Tipologi Klassen diketahui bahwa subsektor prima yaitu pertanian; subsektor potensial yaitu peternakan; subsektor berkembang yaitu perikanan dan subsektor terbelakang yaitu perkebunan dan kehutanan

Strategi pengembangan yang dapat dilakukan adalah : a. Strategi pengembangan jangka pendek yaitu

a. Pemanfaatan potensi subsektor prima yaitu tanamana bahan makanan yang ada dengan seoptimal mungkin dengan cara diversifikasi pasar, kerjasama dengan pihak swalayan, membuka lapangan pekerjaan untuk pengemasan dan pemasaran, penetapan harga oleh pemerintah. b. Subsektor potensial (subsektor peternakan) pengembangan strategi

yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhannya yaitu dengan cara meningkatkan produksi peternakan dengan menurunkan harga ternak lalu meningkatkan daya beli masyarakat, menurunkan harga pakan ternak, serta memanfaatkan kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan peningkatan kerjasama dengan kabupaten lain.


(25)

commit to user b. Strategi pengembangan jangka menengah yaitu

Untuk mengembangkan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial (subsektor perikanan), strateginya yaitu dengan cara meningkatkan kontribusi berupa peningkatan produksi dan daya beli masyarakat.

c. Strategi pengembangan jangka panjang yaitu a. Alternatif satu,

Dengan pengembangan subsektor prima (tabama) strateginya yaitu dengan menjaga kesuburan tanah, perwujudan tanaman organik, penetapan daerah sebagai penghasil komoditi unggulan, serta sistem tanam bergilir.

b. Alternatif dua,

Dengan mengembangkan subsektor tabama dan peternakan yaitu dengan pemanfaatan kotoran ternak dan urine sebagai pupuk organik, peningkatan teknologi ternak dan peningkatan sumberdaya petani.

Berdasarkan penelitian Chasanah (2009) yang berjudul Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah Kabupaten Karanganyar Berbasis Komoditi Pertanian (Pendekatan Tipologi Klassen) diperolah kesimpulan yaitu klasifikasi komoditi berdasarkan analisis Klassen yaitu klasifikasi komoditi prima terdiri dari komoditi padi, jagung dan pisang; klasifikasi komoditi potensial terdiri dari ubi kayu dan kacang tanah; klasifikasi komoditi berkembang terdiri dari komoditi mangga, durian, wortel, bawang merah, rambutan, nangka atau cempedak, melinjo, jamur, bawang daun, kedelai, duku atau langsat, bawang putih, kubis, petsai/sawi, cabai besar, petai, sawo, buncis, jeruk siam atau keprok, tomat, kembang kol, pepaya, salak, melon, cabe rawit, ketimun, jambu biji, semangka, sukun, sirsak, manggis, kentang, jambu air, jambu besar, kangkung, labu siam dan bayam serta klasifikasi komoditi terbelakang yang terdiri dari ubi jalar, alpukat, strawberry, belimbing, nanas dan kacang merah. Strategi pengembangan komoditi


(26)

commit to user

pertanian di Kabupaten Karanganyar berdasarkan Pendekatan Tipologi Klassen meliputi:

1. Strategi pengembangan jangka pendek (1-5 tahun) yang merupakan upaya untuk memanfaatkan komoditi prima seoptimal mungkin dengan cara menstabilkan harga jual padi di tingkat petani, perluasan mitra kerja komoditi padi, jagung lalu melakukan standarisasi dan grading komoditi pisang, serta peningkatan nilai tambah komoditi ubi kayu dan kacang tanah.

2. Strategi pengembangan jangka menengah (5-10 tahun) terdiri dari dua strategi yaitu:

a. Strategi pengembangn komoditi berkembang menjadi komoditi prima dengan meningkatkan kontribusi komoditi pertanian. Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan komoditi mangga dan kedelai, pemilihan saluran pemasaran komoditi wortel, kubis dan bawang merah; pengembangan kawasan sentra produksi komoditi durian dan jeruk, serta penguatan peran lembaga pertanian terhadap komoditi bawang merah, sawi dan tomat. b. Strategi pengembangan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang dengan cara meningkatkan laju pertumbuhan komoditi, penurunan tingkat penyebaran organisme pangganggu tanaman komoditi bawang daun, kangkung, kebijakan harga input komoditi bawang daun dan kangkung, pengumpulan informasi pasar komoditi nangka serta tumpangsari komoditi ubi jalar.

3. Strategi pengembangan jangka panjang (10-25 tahun) terdiri dari dua strategi, yaitu:

a. Strategi pengembangan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang dengan cara meningkatkan laju pertumbuhan komoditi pertanian. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan jumlah petani yang membudidayakan komoditi bawang daun menerapkan metode 6 tepat untuk budidaya komoditi kangkung, penggabungan luas areal tanaman budidaya komoditi ubi jalar, serta


(27)

commit to user

meningkatkan aksesibilitas petani dan lembaga keuangan dalam budidaya komoditi bawang daun, nangka dan ubi jalar.

b. Strategi pengembangan komoditi prima, strategi yang bisa dilakukan adalah menekan alih fungsi lahan komoditi padi dan jagung, memperbaiki kualitas lahan budidaya komoditi yang sesuai pada komoditi padi, jagung dan pisang serta menemukan teknologi baru, alat, dan mesin pertanian untuk komoditi pisang, ubi kayu dan kacang tanah.

Berdasarkan penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Agribisnis Kedelai (Glicyne max L. Merril) di Kabupaten Sukoharjo oleh Handayani tahun 2007 diperoleh kesimpulan bahwa, alternatif strategi yang dapat diterapkan adalah untuk strategi S-O yaitu mengoptimalkan pemanfaatan SDA, Saprotan, dan infrastruktur yang didukung pengalaman berusahatani dan SL untuk meningkatkan produksi dan kualitas kedelai sesuai permintaan pasar; untuk strategi W-O yaitu memanfaatkan bentuan dana dari pemerintah untuk modal usaha; untuk strategi S-T yaitu memperbaiki perumusan dan implementasi kebijakan terkait bidang pertanian melalui perbaikan dan manajemen pembangunan pertanian; untuk strategi W-T yaitu meningkatkan kualitas SDM dan kapasitas sumberdaya pertanian serta memperkuat kelembagaan petani untuk meningkatkan kualitas produksi kedelai. Kemudian prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan agribisnis kedelai di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan QSPM adalah memberdayakan kelembagaan dan organisasi ekonomi di pedesaan dengan peningkatan kualitas SDM, sarana prasarana, dan permodalan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kedelai.

Berdasarkan penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Bisnis Kue Mochi Kacang di Kota Sukabumi oleh Syafrudin tahun 2007 dapat disimpulkan bahwa prioritas strategi terbaik yang diterapkan berdasar analisis QSP adalah meningkatkan kualitas produk dengan pelayanan kepada konsumen untuk dapat meningkatkan penjualan, memperluas jaringan, dan


(28)

commit to user

perbaikan sistem manajemen dan kualitas SDM untuk meningkatkan profesionalisme dan kemampuan manajerial melalui pelatihan.

Penelitian-penelitian tersebut di atas dijadikan sebagai acuan atau bahan referensi dalam penelitian ini karena

1. Adanya kesamaan metode pendekatan analisis, yaitu menggunakan analisis pendekatan Tipologi Klassen dalam penelitian Susilowati (2009) dan penelitian Chasanah (2009).

2. Penggunaan metode analisis strategi yang sama yaitu SWOT dan QSPM pada penelitian Handayani (2007) dan Syafruddin (2007).

B. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan

Pembangunan menekankan perubahan alami untuk membedakan dari perubahan tidak alami yang ditimbulkan oleh kekuatan dari luar komunitas suatu kelompok manusia. Jika kekuatan dari luar komunitas berperan dalam fungsi perubahan, berarti pembangunan itu tidak berlangsung secara alami, dengan kata lain kelompok manusia dalam komunitas tersebut bergantung pada kekuatan dari luar komunitas. Perubahan yang terjadi bukan karena berjalannya fungsi internal, tetapi karena adanya dorongan dari fungsi eksternal. Dorongan dari fungsi eksternal yang terlalu besar (dalam ukuran tertentu) dengan demikian akan menciptakan sebuah ketergantungan. Pengambilan keputusan yang bijaksana dan rasional ini merupakan langkah awal manusia sebelum menentukan pilihan untuk melaksananakan sesuatu demi mencapai harapan hidupnya. Proses ini disebut perencanaan. Perencanaan dalam kehidupan manusia sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai penting dalam siklus kehidupan manusia (Wrihatnolo dan Riant, 2006).

Pembangunan adalah suatu proses kegiatan masyarakat atas prakata sendiri atau pemerintah dalam memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan budaya berbagai komunitas, mengintrogasikan berbagai komunitas ke dalam kehidupan bangsa, menciptakan kemampuan memajukan bangsa secara terpadu. Pembangunan daerah adalah proses


(29)

commit to user

kegiatan, masyarakat daerah dalam memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan budaya yang bertempat tinggal di suatu daerah tertentu (Anonima,2010).

2. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan yaitu suatu usaha pemerintah untuk mengkoordinasikan semua keputusan ekonomi dalam jangka panjang untuk mempengaruhi secara langsung serta mengendalikan variabel-variabel ekonomi yang penting (penghasilan, konsumsi, lapangan kerja, investasi, tabungan, ekspor, impor, dan lain sebagainya) suatu Negara dalam rangka mencapai keputusan pendahuluan mengenai tujuan-tujuan pembangunan. Rencana itu bisa bersifat komprehensif ( multisektoral), bisa bersifat parsial (lokal). Rencana yang bersifat komprehensif targetnya semua aspek penting yang menyangkut perekonomian nasional, sedangkan yang parsial meliputi sebagian dari ekonomi nasional, seperti sektor pertanian, perindustrian, sektor pemerintah, sektor swasta, dan lain sebagainya (Suryana, 2000).

Perencanaan pembangunan nasional harus dapat dilaksanakan secara terintegrasi, sinkron, dan sinergis baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah. Rencana pembangunan nasional dimulai dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Kemudian Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJM) yang berupa penjabaran visi dan misi presiden dan berpedoman kepada RPJP Nasional. Sedangkan untuk daerah, RPJM Nasional menjadi perhatian bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun RPJM Daerah (RPJMD). Di tingkat nasional proses perencanaan dilanjutkan dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang sifatnya tahunan dan sesuai dengan RPJM Nasional (Suzetta, 2008).

3. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi sebagai upaya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf kehidupan masyarakat. Pembangunan ekonomi di kawasan negara berkembang bersifat memberikan alternatif


(30)

commit to user

kebijakan pembangunan yang dapat dilaksanakan dalam usaha mempercepat proses pembangunan ekonomi (Prayitno, 1992).

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi ini mengandung tiga unsur. Pertama, pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru. Kedua, usaha meningkatkan pendapatan per kapita dan ketiga, kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang (Suryana, 2000). 4. Pembangunan Daerah

Tanpa pembangunan daerah pedesaan yang integratif (integrated rural development), pertumbuhan industrinya tidak akan berjalan dengan lancar; dan kalaupun bisa berjalan, pertumbuhan industri tersebut akan menciptakan berbagai ketimpangan internal yang sangat parah dalam perekonomian yang bersangkutan; dan gilirannya segenap ketimpangan tersebut akan memperparah masalah-masalah kemiskinan, ketimpangan pendapatan serta pengangguran (Todaro,2000).

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses. Yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih limu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja masyarakat (Arsyad,1999).

5. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian perlu sedapat mungkin mengkombinasikan strategi keunggulan komparatif (comparatife advantage) yang lebih berdasarkan kandungan sumberdaya lokal dengan keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang bervisi jauh ke


(31)

commit to user

depan memperhatikan perkembangan dunia. Tuntutan desentralisasi kebijakan ekonomi yang demikian pesat adalah salah satu entry point untuk mewujudkan strategi pemanfaatan potensi daerah dan kandungan sumberdaya lokal yang pasti sangat besar. Sementara itu, fenomena globalisasi yang menuntut persaingan yang lebih keras juga menjadi faktor penting untuk melakukan penyesuaian strategi produksi dan pemasaran agar mampu bersaing pada tingkat pasar yang lebih tinggi dan kompleks. Konsistensi pertumbuhan dalam pembangunan pertanian merupakan syarat wajib, bukan opsi bagi Indonesia untuk konsisten melakukan pembangunan pertanian. Konsistensi pertumbuhan yang dimaksudkan di sini tidak boleh mengganggu basis sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara vital itu, sesuai keniscayaan fenomena pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang telah membumi. Pembangunan pertanian harus mampu membawa misi pemerataan, apabila ingin berkontribusi pada pengentasan masyarakat dari kemiskinan dan pada ketahanan pangan (Arifin,2005).

Semua manfaat dari pembangunan pertanian berskala kecil tidak akan dapat direalisir secara nyata tanpa didukung oleh serangkaian kebijakan pemerintah yang secara sengaja diciptakan untuk memberikan rangsangan atau insentif, kesempatan atau peluang-peluang ekonomi, dan berbagai kemudahan yang diperlukan untuk mendapatkan segenap input utama guna memungkinkan para petani kecil meningkatkan tingkat output dan produktivitas mereka (Todaro,2006).

6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah/ daerah. Pertumbuhan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya infrastruktur ekonomi. PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilakan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan


(32)

commit to user

nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan harga konstan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dengan demikian, PDRB merupakan indikator untuk mengatur sampai sejauhmana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada, dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan (Anonimc , 2010).

Produk Domestik Regional Bruto merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah pada satu periode tertentu. PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggunakan harga barang dan jasa tahun berjalan, sedangkan pada PDRB atas dasar harga konstan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar). Penghitungan PDRB saat ini menggunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. Penggunaan tahun dasar ini ditetapkan secara nasional (Anonim d ,2007).

7. Tipologi Klassen

Konsep Dasar Tipologi Klassen dapat digunakan Pemerintah Daerah untuk membuat prioritas kebijakan agar pembangunan daerah dapat berjalan sesuai rencana. Terkait dengan kebijakan anggaran, penentuan prioritas kebijakan tentang pengeluaran daerah merupakan hal yang penting. Penentuan prioritas kebijakan tersebut dapat diwujudkan salah satunya dengan menentukan sektor-sektor prioritas atau unggulan. Lebih jauh, penentuan prioritas tidak hanya dilakukan pada tingkat sektoral saja, tetapi juga pada tingkat subsektor, usaha, bahkan tingkat komoditi yang layak untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada. Untuk menentukan sektor, subsektor, usaha, atau


(33)

commit to user

komoditi prioritas tersebut dapat digunakan beberapa alat analisis. Salah satu alat analisis yang relatif sering digunakan adalah alat analisis Tipologi Klassen (Anonime, 2010).

Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah menjadi dua indikator utama yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horisontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income) (Bank Indonesia, 2008).

8. Perumusan Strategi

a. Analisis Situasi/SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2001).

Analisis situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi mengharuskan para manajer strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping


(34)

commit to user

memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal. Mengingat bahwa SWOT adalah akronim untuk Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats dari organisasi, yang semuanya merupakan faktor-faktor strategis. Jadi, analisis SWOT harus mengidentifikasi kompetensi langka (distinctive competence) perusahaan yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dan cara unggul yang mereka gunakan (Hunger dan Wheelen, 2001).

b. Analisis Strategi 1) Matrik SWOT

Matrik SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik SWOT ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi. Strategi S-O menuntut perusahaan mampu memanfaatkan peluang melalui kekuatan internalnya. Strategi W-O menuntut perusahaan untuk meminimalkan kelemahan dalam memanfaatkan peluang. Strategi S-T merupakan pengoptimalan kekuatan dalam menghindari ancaman dan W-T menitikberatkan pada upaya meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman (Rangkuti, 2001)

9. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

The Quantitative Strategic Planning Matrix atau pendekatan QSPM adalah metode objektif yang digunakan untuk memilih strategi terbaik dengan menggunakan input dari teknik manajemen lainnya dan beberapa perhitungan mudah. Dengan kata lain, metode QSPM menggunakan input dari analisis tahap 1, sesuai dengan hasil analisis dari tahap 2, kemudian memutuskan objektif antara strategi alternatif. Langkah pertama dalam analisis manajemen strategis secara keseluruhan


(35)

commit to user

digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan, misalnya, matriks EFE dan IFE matriks. Setelah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor strategis kunci sebagai masukan untuk QSPM, kemudian yang dapat dilakukan adalah merumuskan jenis strategi Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tahap 2 alat manajemen strategis, misalnya analisis SWOT (atau TOWS), SPACE matriks analisis, matriks BCG model, atau IE matriks model. Berdasarkan analisis kemudian merumuskan strategi, lalu hal yang selanjutnya yang akan dilakukan adalah untuk membandingkan dalam strategi-strategi alternatif QSPM dan memutuskan mana yang paling sesuai untuk tujuan penelitian. Metode QSPM sangat memungkinkan untuk dapat mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif (Anonimb,2010)

QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key succes factors internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Jadi, secara konseptual tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi yang bervariasi yang dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan (Umar, 2002).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Otonomi daerah merupakan peningkatan kewenangan pemerintah daerah dalam upaya untuk meningkatkan keadaan perekonomian wilayah tersebut. Adanya otonomi daerah ini mengakibatkan pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar terhadap pembangunan daerah Kecamatan Baureno. Hal ini dimaksudkan agar semua daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata sesuai dengan sumberdaya dan potensi yang ada di daerah. Apabila pembangunan daerah dapat dilaksanakan dengan baik maka diharapkan daerah dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri. Dengan demikian maka kenaikan pendapatan


(36)

commit to user

dan kesejahteraan masyarakat di daerah tidak lagi terlalu bergantung dari pusat, tetapi dapat didorong dari daerah sendiri yang bersangkutan.

Pemerintah daerah dapat menggunakan momentum pembangunan daerah untuk meningkatkan peran serta masyarakat. Pemerintah daerah dapat melaksanakan hal ini bersama dengan masyarakat, yaitu dengan mengembangkan potensi daerah dan mengelola sumberdaya tiap sektor yang tersedia, serta menentukan prioritas dan arah program pembangunan ekonomi daerah dalam upaya untuk mencapai tujuan pembangunan. Pembangunan daerah Kecamatan Baureno dibagi menjadi 2 sektor besar yaitu sektor perekonomian dan sektor non perekonomian. Indikator berkembang tidaknya suatu wilayah dilihat dari sektor perekonomiannya. Dari sembilan lapangan usaha yang ada dalam penelitian difokuskan pada sektor pertanian. Dalam rangka membangun perekonomian daerah yang lebih baik, maka pemerintah daerah harus menentukan komoditi-komoditi yang perlu dikembangkan agar perekonomian daerah dapat tumbuh cepat. Komoditi yang memiliki keunggulan dan prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong komoditi-komoditi lain untuk berkembang. Kecamatan Baureno sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, diharapkan mampu menetapkan strategi pembangunan bagi daerahnya sendiri, sesuai dengan potensi sumberdaya yang dimilikinya, dengan tetap mengacu kepada kebijakan pemerintah pusat.

Analisis Pendekatan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Baureno, yaitu dengan mengidentifikasi komoditi pertanian yang menjadi prioritas atau unggulan melalui laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi pertanian. Pada teknik pendekatan Tipologi Klassen ini, komoditi pertanian dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu terdiri dari komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang, dan komoditi terbelakang.

Berdasarkan hasil klasifikasi komoditi pertanian dengan analisis Tipologi Klassen, maka tahap selanjutnya adalah menetukan faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi dengan melakukan Focus Group


(37)

commit to user

Discussion (FGD). Focus Group Discussion (FGD) mengundang perwakilan dari instansi terkait dan petani sehingga dapat secara langsung memberikan pendapat tentang faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang berpengaruh. Dalam FGD dihadiri oleh beberapa pihak dari dinas terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan, Badan Pengembangan Daerah (BAPPEDA), Pegawai Penyuluh Lapang (PPL), Kelompok tani dan Kepala Desa. FGD dilakukan dengan membentuk diskusi kelompok yang terdiri dari 4 kelompok kecil yang masing masing membahas tentang komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang dan komoditi terbelakang yang telah dihasilkan dengan analisis Tipologi Klassen.

Setelah dilakukan FGD maka didapatkan faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruh. Kedua faktor ini kemudian dianalisis kembali untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Alat analisis yang digunakan adalah SWOT. Beberapa alternatif strategi yang sebelumnya sudah dihasilkan dengan analisis SWOT, maka dengan melakukan analisis lanjutan dapat diperoleh strategi pengembangan terbaik dengan menggunakan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya.


(38)

commit to user

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Dalam Penentuan Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno

Komoditi Prima

Pembangunan Daerah Kecamatan Baureno

Sektor Perekonomian Sektor Non Perekonomian

Komoditi Potensial Komoditi Berkembang

Sektor NonPertanian Sektor Pertanian

Klasifikasi Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno dengan Analisis Tipologi Klassen

Strategi Terbaik Pengembangan Komoditi Pertanian

Komoditi Terbelakang Komoditi Pertanian

Otonomi Daerah

QSPM SWOT FGD


(39)

commit to user

D. Pembatasan Masalah

Komoditi pertanian yang diamati merupakan komoditi pertanian yang memiliki kontinuitas produksi pada tahun 2007-2008 dan komoditi yang berasal dari subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan dan subsektor peternakan. Hal ini karena keterbatasan data yang tersedia sehingga komoditi subsektor kehutanan dan subsektor perikanan tidak masuk dalam komoditi pertanian yang diamati. Komoditi pertanian yang diamati tersaji dalam Tabel 5, yaitu sebagai berikut.

Tabel 5. Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno Tahun 2007-2008. Komoditi Pertanian

No Tanaman Bahan

Makanan No Perkebunan No

Peternakan

1 Padi 1 Kelapa 1 Sapi

2 Jagung 2 Kapuk Randu 2 Kambing

3 Ubi Kayu 3 Tembakau Virginia 3 Domba

4 Kedelai 4 Ayam Buras

5 Kacang Hijau 5 Ayam Ras

6 Mangga 7 Pisang

Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro, 2009

E. Defenisi Operasional Dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Klasifikasi adalah sebuah metode untuk menyusun data secara sistematis atau menurut beberapa aturan atau kaidah yang telah ditetapkan dimana membagi/mengkategorikan suatu objek data menjadi beberapa kelas-kelas. Pada penelitian ini, pengklasifikasian dilakukan pada komoditi pertanian dengan alat analisis Tipologi Klassen yang membagi komoditi pertanian menjadi empat kategori yaitu komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang, dan komoditi terbelakang.

2. Komoditi adalah suatu jenis barang (produk) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik diperjualbelikan maupun tidak. 3. Komoditi tanaman bahan makanan adalah suatu jenis tanaman yang

dibudidayakan yang dapat dijadikan atau dibuat menjadi bentuk lain dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam penelitian


(40)

commit to user

ini pertanian meliputi padi dan palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan oleh Kecamatan Baureno.

4. Komoditi perkebunan adalah tanaman yang pada umumnya memiliki umur yang lebih dari satu tahun dimana panen dapat dilakukan beberapa kali dan tanaman budidaya tidak langsung dibongkar ketika sudah melewati satu kali masa panen. Dalam penelitian ini meliputi kelapa, kapuk randu, dan tembakau virginia.

5. Komoditi peternakan adalah hewan ternak yang diusahakan dimana hasil usahatani ini kemudian dapat dijual seperti, kulit, daging, telur dan sebagainya. Dalam penelitian ini meliputi sapi, kambing, domba, ayam buras dan ayam ras.

6. Nilai Produksi Komoditi adalah imbalan atau kompensasi yang diterima suatu komoditi. Dalam penelitian ini nilai produksi dihitung dengan cara mengalikan harga dengan jumlah produksi. Harga komoditi yang digunakan adalah harga konstan. Harga konstan diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Harga konstan = 100 x harga berlaku tahun i IHK

dengan tahun dasar (ADHK) 2000 yang kemudian dinyatakan dalam Rupiah.

7. Kontribusi adalah besarnya sumbangan dari suatu kegiatan ekonomi. Dalam penelitian ini kontribusi komoditi pertanian ditunjukkan dengan perbandingan antara kontribusi nilai produksi komoditi pertanian i dengan rata-rata total nilai produksi komoditi pertanian kemudian dikalikan 100%. Untuk mengetahui besar kecilnya kontribusi komoditi pertanian, maka kontribusi komoditi pertanian tersebut dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kecamatan Baureno terhadap PDRB Kabupaten Bojonegoro. Adapun kriterianya adalah:

Kontribusi besar : apabila kontribusi komoditi pertanian i lebih besar daripada kontribusi PDRB Kecamatan Baureno


(41)

commit to user

Kontribusi kecil : apabila kontribusi komoditi pertanian i lebih kecil daripada kontribusi PDRB Kecamatan Baureno

8. Laju Pertumbuhan Komoditi Pertanian adalah proses perubahan tingkat kegiatan ekonomi pada komoditi pertanian yang terjadi dari tahun ke tahun. Dalam penelitian ini yang dimaksud laju pertumbuhan komoditi pertanian adalah perubahan dari nilai produksi komoditi pertanian i (kemajuan atau kemunduran) yang ditunjukkan oleh selisih antara nilai produksi komoditi pertanian i pada tahun t dengan nilai produksi komoditi pertanian i tahun sebelumnya (tahunt-1), hasilnya dibagi dengan nilai produksi komoditi pertanian i tahun sebelumnya (tahunt-1), dikalikan 100%. Untuk mengetahui cepat lambatnya, laju pertumbuhan komoditi pertanian Kecamatan Baureno dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kecamatan Baureno. Kriteria yang digunakan adalah:

Tumbuh cepat : apabila laju pertumbuhan komoditi pertanian i memiliki nilai lebih besar daripada laju pertumbuhan PDRB Kecamatan Baureno

Tumbuh lambat : apabila laju pertumbuhan komoditi pertanian i memiliki nilai lebih kecil daripada laju pertumbuhan PDRB Kecamatan Baureno

9. Berdasarkan matriks Tipologi Klassen, komoditi pertanian dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu:

a. Komoditi Prima yaitu komoditi pertanian yang memiliki laju pertumbuhan cepat terhadap PDRB Kecamatan Baureno dan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kecamatan Baureno.

b. Komoditi Potensial yaitu komoditi pertanian yang memiliki laju pertumbuhan lambat terhadap PDRB Kecamatan Baureno dan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kecamatan Baureno.

c. Komoditi Berkembang yaitu komoditi pertanian yang memiliki laju pertumbuhan cepat terhadap PDRB Kecamatan Baureno dan kontribusi yang kecil terhadap PDRB Kecamatan Baureno.


(42)

commit to user

d. Komoditi Terbelakang yaitu komoditi pertanian yang memiliki laju pertumbuhan lambat terhadap PDRB Kecamatan Baureno dan kontribusi yang kecil terhadap PDRB Kecamatan Baureno.

10.Strategi pengembangan adalah respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman dari faktor eksternal serta kekuatan dan kelemahan dari faktor internal yang dapat mempengaruhi pengembangan komoditi pertanian di masa yang akan datang.

11.Analisis SWOT adalah suatu analisis situasi yang mencakup kondisi internal dan eksternal pengembangan komoditi pertanian, yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

12.Matriks SWOT (Strengths,Weakness,Opportunities and Threats) adalah matriks yang akan digunakan untuk menyusun berbagai alternatif strategi pengembangan usaha melalui strategi SO, WO, ST, dan WT.

13.QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) adalah alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif untuk menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan.


(43)

commit to user

I. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu kombinasi dari metode deskriptif dan metode analitis. Metode analitis bertujuan menguji kebenaran hipotesis dan metode deskriptif bertujuan memperoleh deskripsi yang terpercaya dan berguna. Penelitian deskriptif yang baik merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk penelitian analitis. Penelitian analitis tentulah akhirnya untuk membuat deskripsi baru yang lebih sempurna (Soeratno dan Arsyad, 1995).

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1989)

Daerah penelitian yang diambil adalah Kecamatan Baureno berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Baureno merupakan daerah yang mengalami dampak banjir terparah berdasarkan luasan sawah yang tergenang (BPBD Kabupaten Bojonegoro, 2009). Luasnya genangan yang terjadi, mengakibatkan potensi yang dimiliki menjadi terhambat. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi komoditi pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Kemudian berdasarkan hasil identifikasi komoditi pertanian dapat dibuat strategi pengembangan komoditi pertanian yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian Kecamatan Baureno.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari para responden, dan bukan berasal dari pengumpulan data yang pernah dilakukan sebelumnya (Satria, 2010). Dalam penelitian ini pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD). Dalam FGD diperoleh data berupa faktor-faktor strategis yaitu faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang


(44)

commit to user

dan ancaman) terhadap pengembangan komoditi pertanian di Kecamatan Baureno.

Data sekunder adalah data yang digunakan untuk pekerjaan ilmiah tertentu, dapat dikatakan data sudah tersedia dan dapat digunakan. Data tersebut bisa merupakan hasil survai dan juga dapat berupa studi perbandingan dari studi yang telah dilakukan (Singarimbun dan Effendi, 1989).

Data yang digunakan berupa data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Baureno dan PDRB Kabupaten Bojonegoro tahun 2007–2008 ADHK 2000, Kecamatan Baureno Dalam Angka tahun 2009 guna mengetahui jumlah produksi komoditi pertanian, Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun 2008, Mapping daerah banjir di Kabupaten Bojonegoro tahun 2009. Data sekunder ini, diperoleh dari Badan Pusat Statitik (BPS) Kabupaten Bojonegoro, BAPPEDA Kabupaten Bojonegoro, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)Kabupaten Bojonegoro.

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Klasifikasi Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno

Penentuan klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Baureno dilakukan dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen. Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengklasifikasikan komoditi pertanian di Kecamatan Baureno. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi komoditi pertanian berdasarkan dua indikator utama yaitu laju pertmbuhan dan kontribusi komoditi pertanian terhadap PDRB.

Langkah-langkah menentukan klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Baureno dengan Pendekatan Tipologi Klassen dilakukan dengan cara:

a. Membandingkan laju pertumbuhan komoditi pertanian dengan laju pertumbuhan PDRB di Kecamatan Baureno.

b. Membandingkan besarnya kontribusi komoditi pertanian di Kecamatan Baureno dengan kontribusi PDRB Kecamatan Baureno terhadap PDRB Kabupaten Bojonegoro.


(45)

commit to user

Pengklasifikasian komoditi pertanian di Kecamatan Baureno disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Matriks Tipologi Klassen Komoditi Pertanian Rerata

Kontribusi Rerata Sektoral Laju Pertum-

buhan Sektoral

Kontribusi Besar

Kontribusi Komoditi Pertanian i > Kontribusi PDRB

Kontribusi Kecil

Kontribusi Komoditi Pertanian i < Kontribusi PDRB Tumbuh Cepat

(r komoditi i > r PDRB)

Komoditi Prima Komoditi berkembang

Tumbuh Lambat (r komoditi i < r PDRB)

Komoditi Potensial Komoditi Terbelakang Sumber: Widodo, 2006

r komoditi i : Laju pertumbuhan komoditi i

r PDRB : Laju pertumbuhanPDRB di Kecamatan Baureno

Hasil analisis dari Tipologi Klassen ini menunjukkan posisi dari komoditi pertanian berdasarkan laju dan kontribusinya ke dalam klasifikasi komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang atau komoditi terbelakang.

2. Analisis Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno

Berdasarkan hasil klasifikasi komoditi pertanian dengan pendekatan Tipologi Klassen, maka dalam kerangka perencanaan untuk pengembangan ekonomi daerah Kecamatan Baureno maka diperlukan strategi pengembangan komoditi pertanian. Strategi pengembangan awal menggunakan analisis SWOT yang berguna untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan komoditi pertanian di Kecamatan Baureno. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi oleh pemerintah daerah yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.


(46)

commit to user Tabel 7. Matriks SWOT

Strenght (S) Menentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

Weakness (W) Menentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Opportunities (O) Menentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal Strategi S-O Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats (T)

Menentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal

Strategi S-T Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2001

3. Analisis Penentuan Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian Terbaik Analisis penentuan strategi terbaik dalam pengembangan komoditi pertanian di Kecamatan Baureno menggunakan analisis Matriks QSPM. Matriks QSPM digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar pada matriks QSPM merupakan strategi yang paling baik.

Tabel 8. Matriks QSPM Faktor Faktor

Kunci Bobot

Alternatif Strategi

Strategi I Strategi 2 Strategi 3

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor-Faktor Kunci Internal Total Bobot Faktor-Faktor Kunci Eksternal Total Bobot

Jumlah Total Nilai Daya Tarik Sumber : David, 2004


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Berdasarkan Tabel 31. dapat diketahui strategi terbaik yang untuk pengembangan komoditi sapi. Hasil analisis QSPM menunjukkan bahwa alternatif strategi Pengantisipasian Persaingan Dengan Sapi Impor Melalui Peningkatan Kuantitas dan Kualitas

Ternak Sapi merupakan strategi terbaik dengan total nilai daya tarik

(TAS) sebesar 5,690. Strategi ini merupakan strategi terbaik karena dalam pengembangan ternak sapi, harus diperhatikan adanya saingan ternak sapi dari luar wilayah Kecamatan Baureno. Dengan adanya persaingan dengan sapi import menuntut untuk terjadinya peningkatan kualitas ternak sapi. Kualitas dan kuantitas sapi dapat dilihat dengan terpenuhinya berbagai aspek baik budidaya, pakan, kondisi kandang dan sarana prasarana yang memungkin sapi sehat seperti obat-obatan sehingga kualitas dan kuantitas ternak sapi dapat meningkat. Oleh karena itu ketika strategi ini dilakukan akan tercakup juga pelaksanaan strategi yang lain baik strategi peningkatan produksi ternak, peningkatan kualitas ternak, peningkatan kualitas SDM, peningkatan kualitas sarana prasarana maupun strategi pengembangan dan penelitian pakan untuk menjamin kekontinyuannya. Dengan adanya peningkatan kualitas sapi dapat meminimalisir dampak persaingan sapi Kecamatan Baureno dengan sapi import. Pelaksanaan strategi terbaik ini dapat dilakukan dengan upaya peningkatan pengetahuan peternak melalui penyuluhan dan pendampingan, peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluh peternakan, penyediaan pakan yang berkualitas dan kontinyu, serta penyediaan sarana prasarana penunjang yang memungkinkan usaha peternakan sapi berjalan dengan baik misalnya sarana jalan yang baik, kandang yang sehat, dan pasar hewan maupun pasar pakan dan obat-obatan yang memadai.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

111

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro (Pendekatan Tipologi Klassen, SWOT dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)) maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Klasifikasi komoditi pertanian di Kecamatan Baureno berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen terdiri empat klasifikasi komoditi, yaitu: a. Komoditi Prima adalah pisang.

b. Komoditi Potensial terdiri dari padi, tembakau virginia, ayam buras, ayam ras.

c. Komoditi Berkembang terdiri dari jagung, ubi kayu dan kambing. d. Komoditi Terbelakang terdiri dari kedelai, kacang hijau, mangga,

kelapa, kapuk randu, sapi dan domba.

2. Alternatif strategi pengembangan komoditi pertanian berdasarkan analisis SWOT adalah :

a. Alternatif strategi pengembangan komoditi pisang sebagai komoditi prima terdiri dari 7 alternatif strategi pengembangan, yaitu sebagai berikut:

Strategi 1: Peningkatan Diversifikasi Produk Olahan Pisang

Strategi 2: Pengoptimalan Peran PPL untuk Meningkatkan

Kualitas SDM Petani Pisang

Strategi 3: Peningkatan Kinerja Infrastruktur untuk Mendukung Pemasaran Pisang dan Produk Olahan Pisang

Strategi 4: Peningkatan Efisiensi Usahatani Pisang

Strategi 5: Pembinaan Usahatani Komoditi Pisang

Strategi 6: Peningkatan Manajemen Usahatani dan Agroindustri Pisang

Strategi 7: Perluasan Pangsa Pasar Pisang dan Produk Olahan Pisang


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

b. Alternatif strategi pengembangan komoditi padi sebagai komoditi potensial terdiri dari 8 alternatif strategi pengembangan, yaitu sebagai berikut:

Strategi1 : Pemanfaatan Secara Optimal Dukungan dari Pemerintah dalam Usahatani Padi

Strategi 2 : Perluasan Jaringan Pemasaran

Strategi 3 : Penggunaan Varietas Padi yang Tahan Genangan Air Strategi 4 : Peningkatan Pengelolaan Pasca Panen

Strategi 5 : Peningkatan Peran BPP dalam Alih Teknologi Usahatani Padi di Tingkat Petani

Strategi 6 : Peningkatan Pengelolaan Usahatani di Tingkat Petani Strategi 7 : Pembuatan Sumur Resapan di Tingkat Petani

Strategi 8 : Perbaikan Kondisi Infrastruktur Penunjang

c. Alternatif strategi pengembangan komoditi jagung sebagai komoditi berkembang terdiri dari 8 alternatif strategi pengembangan, yaitu sebagai berikut:

Strategi 1 : Pemanfaatan Secara Optimal Dukungan Pemerintah Strategi 2 : Perluasan Daerah Pemasaran Produk Olahan Jagung Strategi 3 : Pengotimalan Manajemen Usahatani Jagung

Strategi 4 : Pengantisipasian Persaingan Pasar Produk Olahan Jagung Strategi 5 : Penggunaan Benih Jagung yang Berkualitas

Strategi 6 : Pengoptimalan Penggunaan Teknologi Informasi untuk Mendukung Pemasaran Produk Olahan Jagung

Strategi 7 : Pengoptimalan Upaya Antisipasi Banjir

Strategi 8 : Perbaikan Tataniaga Jagung dan Sarana Produksi Jagung


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

d. Alternatif strategi pengembangan komoditi sapi sebagai komoditi terbelakang terdiri dari 6 alternatif strategi pengembangan, yaitu sebagai berikut:

Strategi 1 : Pengoptimalan Produksi Sapi

Strategi 2 : Pengantisipasian Persaingan dengan Sapi Impor Melalui Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Ternak Sapi

Strategi 3 : Peningkatan Kualitas Infrastruktur

Strategi 4 : Peningkatan Kualitas SDM Peternak Sapi

Strategi 5 : Penelitian dan Pengembangan Untuk Mendukung Kontinyuitas Pakan Ternak Sapi

Strategi 6 : Pengoptimalan Bantuan Permodalan dari Pemerintah 3. Strategi pengembangan komoditi Pertanian terbaik di Kecamatan Baureno,

berdasarkan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) adalah :

a. Strategi terbaik untuk pengembangan komoditi pisang sebagai

komoditi prima dilakukan dengan Peningkatan Manajemen

Usahatani dan Agroindustri Berbahan Baku Pisang.

b. Strategi terbaik untuk pengembangan komoditi padi sebagai komoditi potensial adalah dengan Penggunaan Varietas Padi yang Tahan

Genangan Air.

c. Strategi terbaik untuk pengembangan komoditi jagung sebagai

komoditi berkembang yaitu dengan Pengoptimalan Manajemen

Usahatani Jagung.

d. Strategi terbaik untuk pengembangan komoditi sapi sebagai komoditi

terbelakang adalah dengan Pengantisipasian Persaingan dengan

Sapi Impor Melalui Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Ternak Sapi


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pengembangan Komoditi Pertanian di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro (Pendekatan Tipologi Klassen, SWOT dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)) saran yang dapat diberikan yaitu:

1) Sebaiknya pemerintah daerah Kecamatan Baureno melakukan sistem pencatatan data yang baik terhadap potensi wilayah Kecamatan Baureno, terutama dari segi pencatatan produksi dan harga hasil pertanian. Pencatatan yang baik akan menjadikan data tersedia lengkap sehingga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan perekonomian Kecamatan Baureno.

2) Sebaiknya pemerintah daerah Kecamatan Baureno memberi perhatian pada pengembangan komoditi pisang karena komoditi pisang merupakan komoditi unggul di Kecamatan Baureno tanpa mengesampingkan komoditi pertanian lainnya.

3) Hasil analisis strategi pengembangan komoditi pertanian yang dihasilkan melalui penelitian ini dapat dijadikan alternatif strategi sebagai upaya peningkatan kinerja sektor pertanian di Kecamatan Baureno.