Analisa Putusan Nomor 66PHPU.D-VI2008 Tentang Sengketa Hasil

Tabel 3 Rekapitulasi Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Daerah Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Tahun 2008 sampai dengan Bulan Mei Tahun 2011 Putus No Tahun Sisa Yang Lalu Terima Jumlah 3+4 Kabul Tolak Tidak Diterima Tarik Kembali Gugur Jumlah Putusan 6+7+8+9+10 Sisa Tahun ini 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2008 0 27 27 3 12 3 0 0 18 9 2 2009 9 3 12 1 10 1 0 0 12 3 2010 0 230 230 26 149 45 4 0 224 6 4 2011 6 56 62 5 40 12 0 1 57 5 Jumlah 15 316 331 35 211 61 4 1 311 20 Sumber : http:www.mahkamahkonstitusi.go.idindex.php?page=website.Persidangan.Rekapitulasi PHPUD Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat dilihat lima jenis bentuk putusan yang diberikan oleh Mahkamah Konstitusi terkait dengan perkara perselisihan hasil Pemilihan Umum Daerah, yaitu : dikabulkan, ditolak, tidak diterima, ditarik kembali dan gugur. Terlihat juga jumlah perkara yang telah diterima oleh Mahkamah Konstitusi terkait dengan perkara perselisihan hasil Pemilihan Umum Daerah dari Tahun 2008 hingga Bulan Mei Tahun 2011 adalah sebanyak 331 perkara dan perkara yang sudah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi sebanyak 311 perkara.

B. Analisa Putusan Nomor 66PHPU.D-VI2008 Tentang Sengketa Hasil

Pemilukada Kabupaten Langkat Sumatera Utara Salah satu sengketa hasil pemilihan kepala daerah yang diputus oleh Mahkamah Konstitusi adalah pemilihan kepala daerah Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Akar permasalahan dari perselisihan itu adalah salah satu pasangan calon, yaitu Drs. H. Asrin Naim dan Drs. H. Legimun. S., M.Pd merasa tidak puas Universitas Sumatera Utara dengan Surat Keputusan Nomor 29 Tahun 2008 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008 Tingkat Kabupaten Langkat oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Langkat. Pasangan calon Drs. H. Asrin Naim dan Drs. H. Legimun S., M.Pd., menilai rekapitulasi hasil penghitungan suara yang dibuat oleh KPU Kabupaten Langkat tersebut tidak sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Atas dasar itu Pemohon merasa berkeberatan dengan keputusan tersebut, dan kemudian mengajukan keberatan atas Keputusan KPU Kabupaten Langkat Nomor 29 Tahun 2008 tertanggal 24 Desember 2008 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah ada Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008 Tingkat Kabupaten oleh KPU Kabupaten Langkat sekaligus juga keberatan atas Keputusan KPU Kabupaten Langkat tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2008. Ada beberapa alasan mengapa Pemohon mengajukan keberatan tersebut kepada Mahkamah Konstitusi. Pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Langkat putaran kedua, jumlah DPT tidak sama dengan pemilihan pada putaran pertama yang diikuti enam pasangan calon. Akibat jumlah DPT yang berbeda tersebut Pemohon merasa kehilangan hak-hak suara yang berpengaruh kepada terpilihnya pasangan calon. Selain hilangnya pemilih dari DPT Putaran II, Termohon juga telah memasukkan nama-nama Pemilih yang baru dalam DPT, tanpa memiliki Kartu Tanda Penduduk KTP maupun Nomor Induk Kependudukan NIK. Jumlah pemilih baru yang Universitas Sumatera Utara masuk dalam DPT Putaran II akan tetapi tidak memiliki KTP dan NIK. Selain dengan memasukkan nama-nama pemilih baru, Termohon juga telah memasukkan nama- nama pemilih yang memiliki NIK ganda sehingga telah melanggar ketenruan Pasal 16 Ayat 2 Huruf C Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005. Pemohon menilai jika KPU Kabupaten Langkat jelas-jelas memihak dan tidak berada dalam posisi yang imparsial. Dengan berkurangnya jumlah DPT pada Putaran II menurut Pemohon merupakan bukti konkret jika KPU Kabupaten Langkat telah dengan sengaja dan menghalang-halangi beberapa pemilih yang diprediksi akan memberikan suaranya kepada Pemohon. Pemegang hak pilih tersebut kehilangan haknya untuk memilih dikarenakan tidak terdaftar dalam DPT, dan tidak memperoleh undangan untuk memberikan suaranya di TPS. Beberapa dasar yang dikemukakan oleh Pemohon di atas, dalam sidang KPU Kabupaten Langkat menyatakan menolak dengan tegas dalil-dalil yang keluarkan oleh Pemohon. KPU Kabupaten Langkat berdasarkan bukti-bukti yang ada menjelaskan jika pernyataan yang dikemukakan oleh Pemohon adalah tidak benar. Terhadap hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008 tersebut, pasca pemungutan dan penghirungan suara tanggal 20 Desember 2008 atau sebelum Termohon melakukan rekapirulasi penghitungan suara dan menetapkan hasil pemilihan kepala daerah Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008. Pemohon telah menyatakan sikap untuk mendukung Ngogesa Sitepu dan Budiono, SE., sebagai pasangan calon terpilih kepala daerah dan wakil kepala daerah Kabupaten Langkat pada pemilihan kepala Universitas Sumatera Utara daerah Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008 sebagaimana dilansir oleh media cetak terbitan Medan bertanggal 22 Desember 2008. Bahkan beberapa tokoh masyarakat di Kabupaten Langkat menilai penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat Putaran Kedua Tahun 2008 berlangsung dengan damai dan jujur. Pernyataan Pemohon yang mendukung pihak terkait merupakan suatu sikap yang menunjukkan siap bergabung kembali membangun Kabupaten Langkat apabila pihak terkait menjadi pemenang, sehingga tidak diperlukan lagi adanya gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Apabila pasca pemilihan kepala daerah Kabupaten Langkat Putaran II, Pemohon menilai ada kecurangan atau keberpihakan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum terhadap pasangan calon terpilih. Maka tidak seharusnya pernyataan mendukung pasangan calon tersebut dilontarkan, tetapi segera melaporkan kepada pihak yang berwenang yaitu Badan Pengawas Pemilihan Umum. Kekonsistenan KPU Kabupaten Langkat dalam menunjukkan bukti yang mendasari surat keputusan terscbut dikeluarkan merupakan suatu bantahan dari tuduhan yang dikeluarkan oleh Pemohon jika dalam mengeluarkan surat keputusan tersebut melanggar ketentuan undang-undang. Jika melanggar ketentuan undang- undang, maka ketentuan perundangan manakah yang bertentangan atau dilanggar oleh KPU Kabupaten Langkat. Selain itu, Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah KabupatenKota merupakan format baku sebagaimana dimaksud di dalam Lampiran VII Peraturan Universitas Sumatera Utara Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Permohonan Pemohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk membatalkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Langkat Nomor 29 Tahun 2008 tanggal 24 Desember 2008 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008 serta memutuskan, membatalkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Langkat Nomor 30 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Langkat Tahun 2008 dinyatakan ditolak oleh Mahkamah Konstitusi. Penolakan Mahkamah Konstitusi atas permohonan tersebut sebagaimana yang tertuang dalam Amar Putusan yang berbunyi: Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya; Menyatakan sah Keputusan Komisi Pemililian Umum Kabupaten Langkat Nomor 30 Tahun 2008 bertanggal 24 Desember 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih pada Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2008. Keputusan Mahkamah Konstitusi tidak menerima permohonan tersebut dikarenakan dalil-dalil yang dikeluarkan Pemohon tidak dapat dibenarkan, selain itu tingkat validitas bukti yang diajukan juga diragukan. Beberapa dalil yang digunakan Pemohon dapat dijawab oleh pihak Termohon yakni KPU Kabupaten Langkat. Sebagian besar penyataan Pemohon tidak dapat dibenarkan, karena bukti yang lebih konkret dan mendukung dimiliki oleh KPU Kabupaten Langkat. Sebagaimana pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam sidang sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara [3.17] Menimbang bahwa terhadap hal-hal yang menjadi perselisihan hukum di atas. Mahkamah clean memberikan pertimbangan dan penilaian hukum sebagai berikut: [3.17.1] bahwa sepanjang dalil Pemohon yang menyatakan rekapitulasi hasil penghitungan suarayang dibuat oleh Termohon tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang tidak dimuatnya surat suara tidak terpakai dalam lampiran 2 DB-KWK Vide bukti P.4 dan bukti P.5, Mahkamah berpendapat bahwa sekalipun surat suara yang tidak terpakai tidak tercantum dalam lampiran 2DB1-KWK, akan tetapi karena surat suara yang tidak terpakai telah tercantum dalam lampiran 1 DB1-KWK yang merupakan satu kesatuan dengan lampiran 2 DB1-KWK. Hal tersebut tidak. mengurangi keabsahan hasil rekapitulasi penghitungan suara. Oleh karenanya dalil Pemohon tidak beralasan; Berkaitan dengan hasil rekapitulasi yang dikeluarkan oleh KPU Kabupaten Langkat berdasar pada ketentuan-ketentuan Pasal 99 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, juncto Pasal 85 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Langkat di tingkat kabupaten sebagaimana yang tertuang dalam Berita Acara dan Sertifikat Pemungutan dan Penghitungan Suara. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Model DB-KWK didasarkan kepada rekapitulasi hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan PPK di tingkat kecamatan Model DA-KWK, dan rekapitulasi hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan PPK tersebut didasarkan atas hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara KPPS sebagaimana yang tertuang di dalam Berita Acara dan Sertifikat Pemungutan dan Penghitungan Suara Model C-KWK. Setelah melakukan Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008 dan sesuai Universitas Sumatera Utara dengan ketentuan Pasal 100 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, juncto Pasal 87 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, Termohon menerbitkan Surat Keputusan Nomor 29 Tahun 2008 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008 di Tingkat Kabupaten oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Langkat dan Surat Keputusan Nomor 30 Tahun 2008 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih pada Pernilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008. Oleh karena itu, KPU Kabupaten Langkat membuktikan jika rekapitulasi hasil penghitungan suara yang dibuat olehnya didasarkan kepada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, maka Surat Keputusan KPU Kabupaten Langkat Nomor 29 Tahun 2008 dan Surat Keputusan KPU Kabupaten Langkat Nomor 30 Tahun 2008 adalah sah dan memiliki kekuatan hukum. Selain masalah rekapitulasi, dalil Pemohon selanjutnya berkaitan dengan pengurangan jumlah DPT yang terjadi pada pemilihan Putaran II. Mahkamah Konstitusi menimbang jika dalil tersebut tidak berpengaruh terhadap perolehan suara hasil pemilihan kepala daerah dan adalah mustahil jika jumlah suara yang hilang atau tepatnya berkurang tersebut mutlak menjadi milik Pemohon. Meskipun prosedur pemutakhiran daftar pemilih dari DPT Putaran I tidak dilakukan dalam tenggang waktu yang cukup dan mekanisme yang ditentukan oleh Pasal 70 sampai dengan 74 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sehingga tidak Universitas Sumatera Utara ada kesempatan untuk melakukan sanggahan, masukan, dan koreksi. Sebagaimana pernyataan Mahkamah Konstitusi dalam persidangan. [3.17.2] bahwa sepanjang dalil Pemohon tentang pengurangan 18.502 pemilih menurut Termohon 18.049 pemilih dari DPT Putaran I ke DPT Putaran II yang dibuktikan dengan alat bukti P-6 berupa DPT yang dikeluarkan oleh Termohon dalam bentuk compact disc yang menurut Pemohon diserahkan oleh KPU kepada peserta Pemilukada, menurut Mahkamah, dalil tersebut terbukti berdasarkan bukti P-6 dan bukti P-11 berupa penyerahan compact disc oleh anggota PPK Kecamatan Binjai pada tanggal 18Desember 2008, hal mana sama sekali tidak dibantah oleh Termohon baik dengan alat bukti maupun dengan keterangannya dalam persidangan. Sesuai dengan bukti P-9 dihubungkan dengan P-12 berupa Surat Edaran KPU Kabupaten Langkat Nomor 270-804KPU-LKT2008 bertanggal 19 Desember 2008 yang sesuai dengan bukti T-11 berupa Rekapitulasi Jumlah Pemilih Putaran II yang dikeluarkan oleh KPU Kabupaten Langkat bertanggal 19 Desember 2008 telah terbukti bahwa prosedur pemutakhiran daftar pemilih dari DPT Putaran I tidak dilakukan dalam tenggang waktu yang cukup dan mekanisme yang ditentukan oleh Pasal 70 sampai dengan 74 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sehingga tidak ada kesempatan untuk melakukan sanggahan, masukan, dan koreksi. Terlebih lagi dikaitkan dengan bukti T-36 sampai dengan bukti T-52 berupa Data Rekapitulasi Validasi DPT pada Pemilihan Umum Kepala Daerali dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2008 di Wilayah Kecamatan se-Kabupaten Langkat rata-rata bertanggal 7 sampai dengan 10 Januari 2009, yang seluruhnya sesudah pelaksanaan Pemilukada Putaran II yang dilangsungkan tanggal 20 Desember 2008, telah melanggar Pasal 70 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yangberbunyi, Daftar pemilih pada saat pelaksanaan pemilihan umum terakhir di daerah digunakan sebagai daftar pemilih untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah juncto Pasal 74 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang berbunyi, Daftar pemilih sementara sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 diumumkan oleh PPS untuk mendapat tanggapan masyarakat. Meskipun dalil tersebut terbukti, akan tetapi seandainyapun jumlah 18.502 pemilih yang hilang tersebut dimasukkan menjadi perolehan suara Pemohon, jumlah tersebut tetap tidak signifikan untuk mengubah peringkat perolehan suara. Oleh karenanya, dalil tersebut harus dikesampingkan; Universitas Sumatera Utara Berubahnya jumlah pemilih sebanyak 18.049 pemilih bukan 18.502 orang pemilih sebagaimana dalil Pemohon dari DPT Putaran I sebanyak 722.982 pemilih menjadi 704.933 dalam DPT Putaran II, dimungkinkan dengan adanya pemutakhiran dan validasi data pemilih yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Langkat terhadap DPT Putaran I karena adanya pemilih yang meninggal dunia, pemilih yang pindah alamat, pemilih yang tidak dikenal, sehingga pemutakhiran dan validasi data pemilih yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Langkat menurut analisis penulis tidak dapat diidentikkan sebagai bentuk penghilangan suara pemilih sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon. Di samping itu, penjelasan Pemohon hilangnya suara pemilih sebanyak 18.502 yang tidak termasuk dalam DPT Putaran II merupakan pemilih yang seharusnya memilih Pemohon. Dalil Pemohon adalah tidak logis dan tidak seharusnya dipertimbangkan di dalam perkara a quo, sebab tidak dapat dipastikan para pemilih tersebut akan memberikan suaranya kepada Pemohon karena masih ada peserta lainnya yang juga memiliki hak yang sama dengan Pemohon yaitu pasangan calon nomor urut 1 yaitu Ngogesa Sitepu dan Budiono, SE. Pemutakhiran data pemilih tersebut dilakukan secara langsung oleh KPU Kabupaten Langkat. Data-data pemilih yang tidak memiliki Nomor Induk Kependudukan sebagaimana halnya dengan Kartu Tanda Penduduk yang digunakan oleh KPU Kabupaten Langkat berasal dari Surat Keterangan Kepala DesaKelurahan atau Kartu Keluarga. Penggunaan Surat Keterangan Kepala DesaKelurahan atau Kartu Keluarga sebagai dokumen ketika didaftar sebagai pemilih dikarenakan para Universitas Sumatera Utara pemilih tersebut tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk terutama pemilih pemula baru berusia 17 tahun, dan keberadaan para pemilih tersebut sebagai penduduk dan berdomisili di Kabupaten Langkat dapat dipertanggungjawabkan secara hukum berdasarkan surat keterangan yang dikeluarkan oleh Kepala DesaKelurahan dan berdasarkan Kartu Keluarga. Di dalam Penjelasan Pasal 16 Ayat 2 Huruf C Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, dijelaskan: Dalam hal seseorang belum memiliki Kartu Tanda Penduduk dapat menggunakan identitas kependudukan danatau surat keterangan bukti domisili yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Meskipun data-data tersebut diperoleh dari Kepala Desa setempat yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, tetapi tindakan KPU Kabupaten Langkat tersebut sudah menyalahi aturan karena tidak memberi kesempatan kepada para pihak untuk mengecek kebenaran data dengan fakta di lapangan. Kesalahan ini dinilai Mahkamah Konstitusi tidak berpengaruh terhadap perolehan hasil akhir penghitungan suara. KPU Kabupaten Langkat menurut Pemohon telah memasukkan nama-nama pemilih yang memiliki NIK ganda, sehingga tindakan tersebut telah melanggar ketentuan Pasal 16 Ayat 2 Huruf C Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005. Dalil Pemohon tersebut tidak benar dan tidak beralasan hukum sama sekali, sebab di dalam Daftar Pemilih Tetap pemilihan kepala daerah Kabupaten Langkat Putaran II Tahun 2008 tidak ditemukan adanya NIK ganda sama. Kalaupun terdapat adanya NIK ganda sama sebagaimana dalil Pemohon a quo. KPU Kabupaten Langkat tidak Universitas Sumatera Utara memiliki kewenangan untuk mengganti, mengubah dan tidak memasukkan NIK ganda sama tersebut dalam Daftar Pemilih Tetap karena Termohon adalah user pengguna data kependudukan yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat. Oleh karenanya, dalil Pemohon sudah seharusnya ditolak dan dikesampingkan. KPU Kabupaten Langkat telah memposisikan diri sebagai penyelenggara yang tidak berpihak netral dan memperlakukan Pasangan Calon secara adil dan setara dengan berpedoman kepada asas mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib penyelenggaraan pemilihan umum, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan sebagai berikut. [4.1] Termohon telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang- undangan tentang penetapan Daftar Pemilih Tetap DPT Putaran II pengurangan 18.502 pemilih menurut Termohon 18.049 pemilih dalam DPT Putaran II, namun angka tersebut tidak signifikan untuk mengubah peringkat perolehan suara; [4.2] Dalil pemohon tentang penambahan jumlah pemilih sebanyak 69.934, serta dalil-dalil Pemohon lainnya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan; Keputusan Mahkamah Konstitusi menolak Permohonan Drs. H. Asrin Naim dan Drs. H. Legimun S., M.Pd. menurut analisis penulis merupakan suatu keputusan yang sangat tepat. Karena bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon tidak mendukung. Besarnya jumlah suara yang hilang akibat adanya perbedaan DPT pada pamilihan Putaran I dengan Putaran II tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil Universitas Sumatera Utara perolehan suara. Kebenaran bukti perolehan suara yang hilang menjadii milik Pemohon adalah tidak dapat dibenarkan, karena bukti yang ada tidak menunjukkan hal itu. Keputusan yang bersifat final ini harus diterima oleh Pemohon dengan besar hati dan sesuai dengan janjinya jika Pemohon mendukung pasangan calon terpilih dalam menjalankan pemerintahan.

C. Akibat Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Terhadap Penyelesaian

Dokumen yang terkait

Calon Independen dalam Pemilihan Kepala Daerah Ditinjau dari Undang-undang Pemerintahan Daerah

2 79 104

Tingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Dalam Pemilihan Kepala Daerah 2010 Di Kelurahan Pusat Pasar Medan Kota

0 50 99

Strategi Pemenangan Calon Independen Dalam pemilihan kepala Daerah Medan 2010 (Studi kasus Prof.Dr.H.M.Arif Nasution dan H.Supratikno WS).

3 66 147

Pelaksanaan Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Memutus Hasil Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (studi kasus Pilkada Kabupaten Dairi)

0 31 119

KAJIAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA HASIL PEMILUKADA OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI (Berdasarkan Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Putusan Mahkamah Konstitusi No.

0 4 15

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH

1 22 69

KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

0 14 83

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MEMUTUS SENGKETA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH (STUDI KASUS : PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH KOTAWARINGIN BARAT).

1 2 18

Redesain Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam Penyelesaian Sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia

0 0 22

A. PENDAHULUAN - KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM MENURUT UU NO. 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

0 0 13