Akibat Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Terhadap Penyelesaian

perolehan suara. Kebenaran bukti perolehan suara yang hilang menjadii milik Pemohon adalah tidak dapat dibenarkan, karena bukti yang ada tidak menunjukkan hal itu. Keputusan yang bersifat final ini harus diterima oleh Pemohon dengan besar hati dan sesuai dengan janjinya jika Pemohon mendukung pasangan calon terpilih dalam menjalankan pemerintahan.

C. Akibat Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Terhadap Penyelesaian

Sengketa Tentang Hasil Pemilukada Mahkamah Konstitusi sebagai negative legislator, dapat mengabulkan permohonan pemohon atau menolaknya karena tidak memenuhi syarat formal yang ditentukan. Tetapi ada kemungkinan permohonan diterima. Ketiga macam putusan Mahkamah Konstitusi tersebut tentu mempunyai akibat hukum terhadap penyelesaian sengketa hasil pemilihan kepala daerah. Mengingat ketentuan Pasal 47 Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menyatakan putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk umum. Salah satu contoh akibat hukum putusan Mahkamah Konstitusi mengenai pemilihan kepala daerah Jawa Timur pada permohonan pertama pasangan Khofifah Indar Parawansah-Mudjiono adalah diselenggarakan pemilihan ulang untuk daerah Bangkalan dan Sampang serta penghitungan ulang suara di Kabupaten Pamekasan. Berakhirnya sidang sengketa suara pemilihan kepala daerah Jawa Timur antara pasangan Khofifah Indar Parawansah-Mudjiono melawan KPUD Jawa Timur yang Universitas Sumatera Utara turut melibatkan kubu Soekarwo-Saifullah Yusuf sebagai pasangan yang sebelumnya dinyatakan sebagai pemenang penghitungan suara putaran kedua. Namun demikian, ketukan palu Mahkamah Konstitusi ternyata belum menandai selesainya pesta demokrasi terbesar bagi rakyat Jawa Timur tersebut. Dalam putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa pemilihan kepala daerah Jawa Timur menerapkan doktrin constitutional activism dengan memutus dan memerintahkan KPUD Jawa Timur untuk melakukan penghitungan dan pencoblosan ulang di beberapa Kabupaten di Jawa Timur. Artinya, rakyat Jawa Timur akan tetap disibukkan dengan agenda pemilihan kepala daerah, khususnya mereka yang tinggal di Kabupaten Pemekasan, Bangkalan, dan Sampang Madura. Putusan Mahkamah Konstitusi yang tidak terduga dan amat berani ini dianggap oleh beberapa pihak menerobos norma yang telah digariskan oleh undang-undang. Sebab, seharusnya Mahkamah Konstitusi cukup memutus secara tegas terhadap sengketa hasil suara pemilihan kepala daerah saja. Kewenangan limitatif yang dimiliki Mahkamah Konstitusi seringkali dianggap hanya seputar angka-angka hasil penghitungan suara. Kewenangan Mahkamah Konstitusi tidak hanya seputar pada angka-angka saja, melainkan lebih luas dari sekedar perselisihan angka-angka saja. Hal ini mengingat tujuan dibentukknya Mahkamah Konstitusi adalah untuk menjaga roh demokrasi dengan berlandaskan pada nilai-nilai Konstitusi sebagairnana tercantum dalam Pasal 22 E Ayat 1 UUD 1945. Putusan sengketa hasil pemilihan kepala daerah Jawa Timur menjadi bukti ketatanegaraan bahwa Mahkamah Konstitusi bukan sekedar menjadi pengadilan Universitas Sumatera Utara angka-angka semata. Sebab, kebenaran material yang dicarinya turut disandingkan pula dengan prinsip-prinsip pelaksanaan demokrasi yang sehat sesuai dengan asas- asas pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Setelah dilakukannya pemilihan kepala daerah ulang maka KPUD Jawa Timur memutuskan jika pemenangnya adalah pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf. Putusan tersebut merupakan rangkaian dari permohonan pertama Khofifah Indar Parawansah- Mudjiono, sehingga dapat disimpulkan bahwa putusan tersebut bersifat final dan mengikat. Implikasi dari putusan Mahkamah Konstitusi terhadap penyelesaian sengketa tentang hasil pemilihan kepala daerah yaitu akan menyebabkan terjadinya perubahan rekapitulasi perolehan suara yang masuk pada putaran kedua serta terpilihnya pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Pada saat putaran kedua pemilihan kepala daerah Jawa Timur Pasangan Khofifah Indar Parawansah -Mudjiono memperoleh 7.669.721 suara dan pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf memperoleh 7.729.944 suara. Hal ini menunjukkan jika pemenang pemilihan kepala daerah Jawa Timur adalah pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf. Selisih perolehan suara antara kedua calon adalah perbedaan sebesar 60.223 suara atau 0,4 dari total seluruh surat suara yang sah 15.399.665. Namun keputusan KPU tentang hasil rekapitulasi tersebut menjadi batal demi hukum untuk Kabupaten Bangkalan, Sampang dan Pamekasan hal ini berkaitan dengan putusan Mahkamah Konstitusi agar diselenggarakan pemilihan dan penghitungan ulang. Keputusan Mahkamah Konstitusi tersebut merupakan jawaban atas permohonan pasangan Khofifah Indar Parawansah-Mudjiono. Universitas Sumatera Utara Setelah dilakukan pemilihan dan penghitungan ulang, maka hasil yang didapat dari ketiga kabupaten tersebut adalah pada penghitungan suara ulang di Pamekasan pasangan Khofifah Indar Parawansah-Mudjiono memperoleh 195.117 suara dan Soekarwo-Saifullah Yusuf memperoleh 216.293 suara. Kemudian pemungutan suara ulang di Bangkalan, pasangan Khofifah Indar Parawansah-Mudjiono memperoleh 144.238 suara dan Soekarwo-Saifullah Yusuf 253.981 suara, serta di Sampang, pasangan Khofifah Indar Parawansah-Mudjiono memperoleh 146.360 suara dan Soekarwo-Saifullah Yusuf 210.052 suara. Secara keseluruhan hasil rekapitulasi penghitungan suara di Jawa Timur, pasangan Khofifah Indar Parawansah-Mudjiono memperoleh 7.626.757 suara dan Soekarwo-Saifullah Yusuf memperoleh 7.660.861 suara. Perbedaan hasil rekapitulasi suara pemilihan kepala daerah sebelum dan sesudah adanya putusan Mahkamah Konsitusi dapat diketahui. Sehingga adalah benar ketika putusan Mahkamah Konstitusi berimplikasi pada perolehan hasil suara. Mengingat implikasi dari putusan Mahkamah Konstitusi ini sangat menentukan bagi para pihak, maka secara tidak langsung tentunya hal ini juga akan berdampak bagi masyarakat pemilihnya, khususnya bagi pemilih fanatik mereka, apalagi ada pihak-pihak yang merasa dirugikan atas keputusan tersebut. Dengan dilaksanakannya pemilihan kepala daerah Jawa Timur dapat diambil beberapa pelajaran yang cukup berharga bagi masyarakat Jawa Timur khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya. Proses dua minggu berjalannya persidangan ternyata membuka jalan terhadap penguatan sistem dan proses demokratisasi di Indonesia. Setidaknya terdapat Universitas Sumatera Utara beberapa hal yang patut dijadikan pelajaran berharga yang telah diwariskan dari sengketa pemilihan kepala daerah Jawa Timur. Pertama, sikap arif dan bijaksana yang diperlihatkan sejak awal oleh kedua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yaitu Khofifah Indar Parawansah-Mudjiono dan Soekarwo-Saifullah Yusuf, dengan menghimbau para pendukungnya masing-masing untuk menerima dengan tulus-ikhlas apapun putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi, menjadi pendidikan poiitik tersendiri tidak hanya bagi warga Jawa Timur, namun juga seluruh rakyat Indonesia. Kedua, dengan dibukanya kembali penghitungan dan pencoblosan ulang di beberapa Kabupaten di Jawa Timur, maka otomatis seluruh mata rakyat Indonesia akan menaruh perhatiannya ke wilayah tersebut. Artinya, baik KPU, Bawaslu, Panwaslu, maupun masing-masing pasangan yang kembali bertarung akan semaksimal mungkin mengawai berjalannya agenda perbaikan proses pemilihan kepala daerah tersebut dengan baik, bertanggung jawab dan penuh kejujuran. Jika tidak, maka bukan hal yang mustahil bahwa mereka yang merasa dirugikan haknya akan kembali menggugat Keputusan KPU kehadapan Mahkamah Konstitusi. Ketiga, berbagai bukti yang terungkap di persidangan telah membawa sinyal kuat kepada seluruh pihak, baik itu penyelenggara maupun peserta pemilihan umum di masa yang akan datang, bahwasanya segala bentuk penyalahgunaan wewenang dan tindakan pelanggaran akan dengan mudah dibeberkan di persidangan yang terbuka untuk umum. Terlebih lagi, transparansi total terhadap proses persidangan di Universitas Sumatera Utara Mahkamah Konstitusi akan menjadi momok tersendiri bagi mereka yang berencana untuk menodai jalannya berbagai pemilihan umum di Indonesia. Keempat, sebaliknya bagi para peserta pemilihan umum, baik itu partai politik maupun perseorangan, akan semakin terpacu untuk lebih mempersiapkan dirinya dalam menyediakan para saksi dalam proses pemilihan umum di masing-masing daerah pemilihannya. Belum lagi bila digabungkan dengan unsur pemantau pemilihan umum independen, maka akan semakin kecil kesempatan ruang untuk terjadinya berbagai kecurangan pemilihan umum. Dengan diketoknya palu Mahkamah Konstitusi dalam sidang tersebut berarti hasil penghitungan suara oleh KPUD Jawa Timur dinyatakan batal untuk ketiga daerah tersebut. Sedangkan hasil penghitungan suara oleh KPUD Jawa Timur untuk daerah lain dalam lingkup propinsi Jawa Timur adalah sah. Keputusan Mahkamah Konstitusi tersebut secara otomatis berpengaruh terhadap pasangan calon terpilih versi KPUD Jawa Timur. Kelima, keputusan Mahkamah Konstitusi untuk tidak meregister permohonan Khofifah Indar Parawansah-Mudjiono atas keputusan KPUD Jawa Timur yang menetapkan pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf sebagai pemenang pemilihan kepala daerah pada putaran setelah dilakukannya pemilihan dan penghitungan ulang merupakan suatu keputusan Mahkamah Konstitusi yang dapat dijadikan pelajaran jika akan mengajukan permohonan ke Mahkamah Konstitusi terlebih dahulu harus ditelusuri apakah perkara tersebut merupakan kewenangan Mahkamah Konstitusi atau bukan. Mahkamah Konstitusi dalam mengambil suatu keputusan tetap menjaga kredibilitasnya sebagai pengawal konstitusi the guardian of the constitusion dan Universitas Sumatera Utara terwujudnya demokratisasi di negara Indonesia. Untuk itu, dengan pengamanan yang memadai, sudah pasti dalam beberapa waktu ke depan Jawa Timur menjadi laboratorium baru bagi pembuktian ada-tidaknya perubahan dan penguatan proses demokrasi di Indonesia. Semoga keadilan akan selalu bersemayam pada mereka yang melaksanakan pemilihan umum dengan adil tanpa mencederai sedikit pun proses demokrasi yang tengah dibangun. Selain putusan Mahkamah Konstitusi tentang penyelesaian sengketa pemilukada Jawa Timur, yang dianggap oleh beberapa pihak menerobos norma yang telah digariskan dalam undang-undang, ada beberapa kasus sengketa pemilukada yang telah diputuskan Mahkamah Konstitusi, mendapat perhatian publik, karena dianggap sangat kontroversial. Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut antar lain; Nomor : 57PHPU.D-VII2008 tanggal 8 Januari 2008 tentang penyelesaian sengketa pemilukada Bengkulu Selatan, Nomor : 12PHPU.VIII2010 tanggal 9 Juni 2010 tentang penyelesaian sengketa pemilukada Kota Tebing Tinggi, Nomor : 89PHPU.D-VIII2010 tanggal 7 Juli 2010 tentang penyelesaian sengketa pemilukada Kabupaten Kota Waringin Barat, dan Nomor : 41PHPU-DVIII2010 tanggal 6 Juli 2010 tentang penyelesaian sengketa pemilukada Kabupaten Mandailing Natal. Untuk sengketa pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan, permasalahan utamanya adalah keberatan terhadap keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bengkulu Selatan putaran kedua, dimana calon kepala daerah atas nama H. Dirwan Mahmud pernah menjalani hukuman penjara 7 tujuh tahun di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang Jakarta Timur. Universitas Sumatera Utara Atas permasalahan ini, Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa proses hukum yang tersedia, telah dilangkahi dengan sengaja, sehingga pihak terkait lolos menjadi calon Bupati Bengkulu Selatan telah berlangsung dengan cacat hukum sejak awal. Berdasarkan pertimbangan hukumnya, Mahkamah Konstitusi dalam putusannya berpendapat bahwa H. Dirwan Mahmud tidak memenuhi syarat sejak awal untuk menjadi pasangan calon dalam pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan, sehingga pemilukada berjalan dengan cacat dan batal demi hukum dan memerintahkan KPU Kabupaten Bengkulu Selatan melaksanakan pemilukada ulang, tanpa keikutsertaan pasangan H. Dirwan Mahmud. Sementara untuk sengketa pemilukada Kota Tebing Tinggi, Mahkamah Konstitusi dalam putusannya menyatakan pemilukada Kota Tebing Tinggi wajib diulang dan mencoret calon walikota Syafril Cap, padahal sebelumnya, hasil pemilukada dimenangkan pasangan Syafril Cap-Hafaz Fadillah. Pencoretan Syafril Cap dalam putusan Mahkamah Konstitusi, karena yang bersangkutan atas dasar fakta hukum telah dijatuhi pidana penjara 5 lima tahun lebih oleh Pengadilan Negeri Tebing Tinggi dalam kasus korupsi, sebagaimana telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Medan dan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Sedangkan sengketa pemilukada Kabupaten Kota Waringin Barat, Mahkamah Konstitusi membuat putusan yang mengejutkan. Mahkamah Konstitusi menganulir kemenangan Sugianto-Eko Sumarno yang meraih perolehan Surata 60 lebih dan menetapkan Ujang Iskandar-Bambang Eko Purwanto yang hanya meraih perolehan suara 30 lebih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kota Waringin Barat. Putusan Universitas Sumatera Utara Mahkamah Konstitusi ini didasari atas bukti-bukti politik uang dan kecurangan yang dilakukan secara sistematis, terstruktur dan masif oleh pasangan Sugianto-Eko Sumarno. Kemudian pada sengketa pemilukada Kabupaten Mandailing Natal, Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan gugatan sengketa yang diajukan pasangan Indra Porkas Lubis-Firdaus Nasution. Majelis Mahkamah Konstitusi yang dipimpin Mahfud MD dalam membatalkan keputusan KPU Madina yang menetapkan kemenangan pasangan Hidayat Batubara-Dahlan Hasan Nasution. Mahkamah Konstitusi memerintahkan dilaksanakannya pemungutan suara ulang di seluruh kecamatan di Madina. Dalam pertimbangannya, majelis hakim Mahkamah Konstitusi menyatakan telah terbukti adanya praktek politik uang yang dilakukan pasangan Hidayat-Dahlan. Berdasarkan bukti-bukti dan keterangan saksi-saki, menurut Mahkamah Konstitusi, telah terbukti adanya pelanggaran dalam proses pemilukada berupa praktik politik uang money politic yang terjadi di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal. Pelanggaran tersebut, menurut Mahkamah Konstitusi, terjadi secara terstruktur, sistemastis, dan masif karena telah direncanakan sedemikian rupa. Dari beberapa kasus yang dipaparkan dalam penulisan tesis ini, memperlihatkan bahwa Mahkamah Konstitusi dalam melaksanakan kewenangannya terkait penyelesaian sengketa pemilukada, tidak hanya mempedomani hasil perhitungan suara yang ditetapkan KPUD, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan. Mahkamah Konstitusi, dengan mempertimbangkan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan dan didukung oleh alat-alat bukti yang cukup kuat dan ditambah keyakinan para hakim, memberikan putusan yang dapat dinilai lebih Universitas Sumatera Utara mencerminkan rasa keadilan dalam masyarakat, meskipun dianggap putusannya sangat kontroversial dan melebihi batas kewenangannya. Atas tudingan ini, Mohd. Mahmud MD mengemukakan, penegakan hukum harus mengutamakan rasa keadilan dan berdasarkan hati nurani. Karena itu, penerapan peraturan tidak menunjukkan rasa keadilan dan hati nurani, peraturan itu dapat dilanggar. 256 Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi terkait dengan penyelesaian sengketa Pemilukada di beberapa daerah kabupatenkota sebagaimana disebutkan diatas, menurut penulis putusan Mahkamah Konstitusi sangat berbeda, walaupun substansinya sama. Hal ini belum dapat dikatakan Mahkamah Konstitusi dalam penegakan hukum mengutamakan rasa keadilan dan berdasarkan hati nurani. Penulis mengkritisi kewenangan Mahkamah Konstitusi yang putusannya berbeda atas substansi yang sama. Argumentasi penulis, berdasarkan penilaian sengketa pemilukada Kabupaten Kota Waringin Barat dan Kabupaten Mandailing Natal. Latar belakang kedua sengketa pemilukada di dua kabupaten tersebut, adalah masalah praktik politik uang money politic yang terbukti dipersidangan Mahkamah Konstitusi. Akan tetapi putusannya berbeda, untuk sengketa pemilukada Kabupaten Kota Waringin Barat, Mahkamah Konstitusi melalui putusannya mendiskualifikasikan pasangan pemenang pemilukada dan menetapkan pasangan yang kalah menjadi pemenang pemilukada di daerah tersebut. Sementara terhadap sengketa pemilukada Kabupaten Mandailing Natal, Mahkamah Konstitusi melalui putusannya tidak mendiskualifikasikan pasangan pemenang calon bupati dan wakil bupati, melainkan memerintahkan KPUD setempat untuk menyelenggarakan 256 Mohd. Mahfud MD, Harian Kompas, terbitan 7 Januari 2010, diakses pada 7 Juni 2011 jam 10.00 wib. Universitas Sumatera Utara pemilukada ulang, dengan tetap mengikutsertakan pasangan pemenang Hidayat Batubara – Dahlan Hasan Hasibuan. Hal lain yang menarik dalam mengkritisi kewenangan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa pemilukada, adalah terjadinya dissenting opinion hakim konstitusi. Ini menunjukkan adanya persepsi yang berbeda diantara para hakim dalam memberikan pendapat pada rapat musyawarah hakim, sebelum dijatuhkannya putusan akhir oleh majelis hakim konstitusi. Sebagai contoh, putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan hasil pemilukada Kota Tebing Tinggi batal demi hukum dan memerintahkan KPUD setempat untuk menyelenggarakan pemilukada ulang, dengan tidak mengikutsertakan salah seorang calon walikota bernama Syafril Cap. Terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi ini, ada empat hakim konstitusi M. Akil Muchtar, Hamdan Zoelfa, Maria Farida Indarti, dan Harjono dengan pertimbangan pasangan calon yang dinyatakan menang, tidak melakukan kesalahan, tetapi kesalahan dilakukan oleh KPUD setempat, karena membuat formulir yang salah. Demikian juga sengketa pemilukada Kabupaten Bengkulu Selatan, delapan hakim konstitusi berpendapat pasangan Dirwan Mahmud tidak berhak mengikuti pemilukada ulang, sedangkan satu orang hakim konstitusi yang berbeda pendapat, yaitu Arsyad Sanusi berpendapat sebaliknya. Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi terkait penyelesaian sengketa pemilukada yang dilatar belakangi terjadinya dissenting opinion hakim konstitusi, menurut penulis adalah sesuatu yang wajar dalam peradilan, namun dissenting opinion perlu diawasi secara ketat oleh lembaga terkait Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, mengingat keberadaan hakim konstitusi rentan terhadap hal-hal yang dapat mempengaruhi independensi dan putusannya. Apabila hal ini tidak Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh lembaga terkait maka konsekuensi dari putusan Mahkamah Konstitusi dapat menciderai rasa keadilan dalam masyarakat. Perlu diketahui bahwa yang terpenting dalam pemilihan kepala daerah langsung adalah bagaimana kinerja kepala daerah yang dipilih oleh rakyat secara langsung dan demokratis tersebut, mengingat pelaksanaan pemilihan kepala daerah langsung membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Fenomena umum kinerja kepala daerah dapat dilihat dari rakyat di daerah dibebani dengan aneka problem akut terkait rendahnya tingkat kesejahteraan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan dasar sandang, pangan, papan, kesehatan, air bersih dan pendidikan. Aneka problem itu tampaknya belum mampu dijamin secara tuntas dalam kinerja pemerintah daerah selama ini. Sejauh ini kinerja kepala daerah pasca pemilihan umum kepala daerah langsung tidak cukup menggembirakan rakyat pemilihnya. Yang menohok adalah paparan dari hasil survei Lembaga Survei Indonesia yang membandingkan tentang kinerja pengelolaan pemerintahan dari sentralisasi dan desentralisasi dengan indikasi Human Development Index HDI. 257 Keadaan daerah sesudah otonomi daerah dengan kata lain tidak dirasakan lebih baik oleh warga. Ini mengindikasikan, bahwa otonomi daerah belum mencapai sasaran yang diharapkan publik. Kinerja pemerintah daerah berpengaruh kuat terhadap dukungan publik terhadap sistem otonomi daerah. Apabila pelaksanaan pemerintah daerah ini buruk, maka publik akan mempersoalkan sistem pemerintahan otonomi daerah ini. Nasib otonomi daerah di mata publik tergantung pada bagaimana otonomi daerah tersebut dijalankan, apakah dalam praktiknya membuat keadaan daerah lebih baik atau tidak. 257 Lembaga Survei Indonesia LSI, Laporan Hasil Survei tentang Kedaerahan dan Kebangsaan dalam Demokrasi Sebuah Perspektif Ekonomi-Politik, Jakarta 20 Maret 2007. Universitas Sumatera Utara Sebagian dari evaluasi publik atas kinerja otonomi daerah ini dipengaruhi oleh bagaimana pemerintah daerah bekerja. Karena itu sistem otonomi daerah pada akhirnya tergantung pada kinerja pemerintah daerah itu sendiri. 258 Sementara kinerja Pemerintah Daerah boleh jadi amat bergantung pula pada kemampuan kepala daerah wakil kepala daerah dalam mengimplementasikan program-program yang diperlukan dan dirasakan publik secara langsung. Daerah sangat membutuhkan kepala daerah yang berkualitas tinggi, bervisi dan berpikir strategik, serta memiliki moral yang baik sehingga dapat mengelola pembangunan daerah dengan baik. Partisipasi aktif dari semua elemen yang ada di daerah sangat dibutuhkan agar perencanaan pembangunan daerah benar-benar mencerminkan kebutuhan daerah dan berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi daerah. Persoalannya adalah ada kecenderungan kepala daerah yang dipilih langsung rakyat ini kehilangan konsentrasi menjalankan programnya penyebab utamanya adalah 259 : 1. Sistem pemilihan kepala daerah langsung yang mensyaratkan calon diusung melalui partai politik berakibat pada money politic dengan harga miliaran rupiah dan konsesi-konsesi ekonomi-politik tertentu antara kepala daerah terpilih dengan parpol pengusung. Karena itu kinerja kepala daerah terpilih, energi dan pikirannya terkonsentrasi atau setidaknya terbagi untuk dapat memberi fasilitas khusus pada partai politik pengusungnya dan sejumlah pihak yang berjasa dalam pemilihan kepala daerah. 2. Energi dan pikiran kepala daerah terpilih kurun waktu 2005-2008 lebih banyak berkutat pada penyesuaian dengan birokrasi dan aparat daerah PNS. Realitas menunjukkan pemilihan kepala daerah langsung Juni 2005 - Juni 2008 sejumlah 237 daerah, kepala daerah terpilih 46,1 bukan berasal dari parpol politisiDPRD, konkritnya pengusaha 11,5, purnawirawan 3,2, profesionalLSM 1,9. Sejumlah itu mantan kepala daerah incumbent hanya berhasil memperoleh 40,4 selebihnya 56,6 adalah wajah baru. Artinya, lebih banyak kepala daerah terpilih dalam pemilihan 258 Ibid. 259 Ibid. Universitas Sumatera Utara kepala daerah yang baru pertama kali terjun dalam birokrasi pemerintah daerah. Karena itu dipastikan kepala daerah terpilih fokus kerjanya lebih pada cara beradaptasi dengan aparat birokrasi Pemerintah Daerah. Bukan tidak mungkin aparat birokrasi Pemerintah Daerah jauh lebih memahami seluk-beluk kebijakan administrasi pemerintah dari pada kepala daerah terpilih. 3. Bagi kepala daerah terpilih dengan minoritas dukungan di DPRD, maka biasanya segala upaya dibangun untuk memperoleh dukungan politik dari parlemen daerah. Dengan menjabarkan secara lebih jauh, korupsi kolaboratif berpeluang muncul ketika ada kekuatan yang seimbang antara pihak yang diawasi dengan pihak yang mengawasi yakni eksekutif kepala daerah dengan legislatif DPRD. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Calon Independen dalam Pemilihan Kepala Daerah Ditinjau dari Undang-undang Pemerintahan Daerah

2 79 104

Tingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Dalam Pemilihan Kepala Daerah 2010 Di Kelurahan Pusat Pasar Medan Kota

0 50 99

Strategi Pemenangan Calon Independen Dalam pemilihan kepala Daerah Medan 2010 (Studi kasus Prof.Dr.H.M.Arif Nasution dan H.Supratikno WS).

3 66 147

Pelaksanaan Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Memutus Hasil Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (studi kasus Pilkada Kabupaten Dairi)

0 31 119

KAJIAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA HASIL PEMILUKADA OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI (Berdasarkan Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Putusan Mahkamah Konstitusi No.

0 4 15

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH

1 22 69

KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

0 14 83

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MEMUTUS SENGKETA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH (STUDI KASUS : PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH KOTAWARINGIN BARAT).

1 2 18

Redesain Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam Penyelesaian Sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia

0 0 22

A. PENDAHULUAN - KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM MENURUT UU NO. 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

0 0 13