Pengaturan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah Dalam

Konstitusi, satu-satunya yang langsung berkenaan dengan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak konstitusional adalah jika undang-undang itu merugikan hak konstitusional warga negara. Sebagai “pengawal” konstitusi kewenangan yang dimiliki Mahkamah Konstitusi dapat diperluas sesuai dengan garis ketentuan UUD 1945 demi terwujudnya negara hukum demokratis. Karena untuk menjadi “pengawal” konstitusi kewenangan yang dimiliki harus bersifat fleksibel, sebagaimana masalah ketatanegaraan yang senantiasa yurisdiksi kewenangan Mahkamah Konstitusi sudah tidak dapat diterima. Dengan demikian diperlukan perubahan undang-undang agar derajat konstitusional putusan yang dikeluarkan Mahkamah Konstitusi tidak diragukan lagi oleh publik.

C. Pengaturan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah Dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Berdasarkan ketentuan Pasal 127 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 menyebutkan bahwa, “Dalam hal penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sedang berlangsung pada saat undang-undang ini diundangkan, KPUD Provinsi dan KPUD KabupatenKota berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tata cara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berlaku sebelum undang-undang ini diundangkan”. Pasal 127 ini menyebutkan jika pengaturan mengenai pemilihan kepala daerah adalah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Dalam Pasal 66 Ayat 1 Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberi kewenangan kepada KPUD untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dalam ketentuan tersebut menyebutkan terdapat 14 tugas dan wewenang KPUD, yang mana tugas dan wewenang tersebut sama seperti tugas dan wewenang KPU selaku penyelenggara pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Adapun kewajiban KPUD secara khusus diatur dalam Pasal 67 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 yang telah diganti melalui Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005, menyebutkan terdapat enam tanggung jawab KPUD sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah, yaitu 233 : 1. Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara; 2. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan; 3. Menyampaikan laporan kepada DPRD untuk setiap tahap pelaksanaan dan menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat; 4. Memelihara arsip dan dokumen pemilihan serta mengelola barang inventaris milik KPUD berdasarkan peraturan perundang-undangan; 5. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran; dan 6. Melaksanakan semua tahap pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara tepat waktu. Secara umum, tahapan pemilihan kepala daerah dibagi ke dalam dua periode, yaitu masa persiapan, prosesnya meliputi 234 : 1. Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai berakhirnya masa jabatan; 233 Pasal 6, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 234 I. Widarta, Cara Mudah Memahami Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Bantul: Pondok Edukasi, 2005, hlm. 87. Universitas Sumatera Utara 2. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan kepala daerah; 3. Perencanaan penyelenggaraan meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pemilihan kepala daerah; 4. Pembentukan panitia pengawas, PPK, PPS dan KPPS. Masa pelaksanaan meliputi 235 : 1. Penetapan daftar pemilih; 2. Pendaftaran dan penetapan calon, melipiti; pendaftaran, penelitian, melengkapi syarat, penelitian ulang, pengumuman pasanganl; 3. Persiapan pelaksanaan kampanye; 4. Kampanye; 5. Persiapan pelaksanaan pemungutan suara; 6. Pemungutan Suara; 7. Penghitugan suara; 8. Penetapan pasangan calon terpilih; 9. Pengusutan pasangan calon terpilih; 10. Pengesahan; 11. Pelantikan; 12. Kemungkinan adalah masalah. Masa persiapan pemberhentian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 meliputi: pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai berakhirnya masa jabatan kepala daerah, perencanaan penyelenggaran, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah, pembentukan panitia pengawas, PPK, PPS, dan KPPS, dan pemberitahuan dan pendaftaran pemantau pemilihan. Kebutuhan anggaran untuk kegiatan pemilihan disampaikan oleh KPUD kepada pemerintahan daerah untuk diproses sesuai dengan mekanisme dan prosedur pengelolaan keuangan daerah. 235 Ibid. Universitas Sumatera Utara Berikut ini skema dan penjelasan yang menggambarkan tahap kegiatan proses pemilihan kepala daerah langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 : Skema 2 Proses Pemilihan Kepala Daerah Langsung 236 Sanksi, Panwas, Pemantau, Masyarakat Round II KPPS PPS PPK KPU D TPS KPU D Prov Tapsil pilkada DPR D Mendagri Gubernur pelantikan Pengesahan an Presiden Presiden Mendagri Kab Kota Kec Desa Pleno Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokrasi berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pasangan calon diajukan oleh partai politik dan gabungan partai politik dan diselenggarakan oleh KPUD yang bertanggung jawab kepada 236 Ibid., hlm. 90. Universitas Sumatera Utara DPRD. Dalam melaksanakan tugasnya KPUD menyampaikan laporan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah kepada DPRD. Dalam mengawasi penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dibentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang keanggotaannya terdiri atas unsur kepolisian, kejaksaan, perguruan tinggi, pers, dan tokoh masyarakat. Anggota panitia pengawas berjumlah 5 lima orang untuk provinsi, 5 lima orang untuk kabupatenkota dan 3 tiga orang untuk kecamatan. Panitia pengawas kecamatan diusulkan oleh panitia pengawas kabupatenkota untuk ditetapkan oleh DPRD. Sehingga panitia pengawas bertanggungjawab kepada DPRD dan berkewajiban menyampaikan laporan. Pemilihan kepala daerah dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 menganut sistem pemilihan dua putaran dengan ketentuan sebagaimana diatur pada Pasal 107, yaitu : 1. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara lebih dari 50 lima puluh persen jumlah suara sah ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih; 2. Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak terpenuhi, pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara lebih dari 25 dua puluh lima persen dari jumlah saura sah, pasangan calon yang memperoleh suara terbesar dinyatakan sebagai pasangan calon terpilih; 3. Dalam hal pasangan calon yang perolehan saura terbesar sebagaimana dimaksud pada ayat 2 terdapat lebih dari satu pasangan calon yang sauranya sama, Universitas Sumatera Utara penentuan pasangan calon terpilih dilakukan berdasaran wilayah peroleh suara yang lebih.lebih luas; 4. Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak terpenuhi, atau tidak ada yang mencapai 25 dua puluh lima persen dari jumlah suara sah, dilakukan pemilihan putran kedua yang diikuti oleh pemenang pertama dan pemenang kedua. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pada mulanya dipersiapkan untuk merespon Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5PUU-V2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang Calon Perseorangan. Dalam perkembanganya perubahan juga memuat revisi dan pengaturan baru terhadap sejumlah ketentuan yang dipandang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pemilihan umum kepala daerah. Undang- undang tersebut memuat aturan tentang keterlibatan calon perseorangan dalam pemilihan kepala daerah. Mengenai hal ini, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 menentukan persyaratan dukungan 3, 4, 5 dan 6,5 berdasarkan kluster jumlah penduduk. Dukungan tersebut tersebar di lebih dari 50 jumlah kabupatenkota untuk pemilihan kepala daerah provinsi atau di lebih dari 50 jumlah kecamatan untuk pemilihan kepala daerah kabupatenkota. Adapun rincian persyaratan dukungan tersebut adalah sebagai berikut: Untuk pemilihan kepala daerah provinsi : 1. Jumlah penduduk d” 2 juta syarat dukungan 6.5 dari jumlah penduduk 2. 2 jt penduduk d” 6 juta syarat dukungan 5 dari jumlah penduduk. Universitas Sumatera Utara 3. 6 jt penduduk d” 12 juta syarat dukungan 4 dari jumlah penduduk. 4. Penduduk 12 juta syarat dukungan 3 dari jumlah penduduk Untuk pemilihan kepala daerah kabupatenkota : 1. Jumlah penduduk d” 225 ribu syarat dukungan 6.5 dari jumlah penduduk 2. 250 ribu penduduk d” 500 ribu syarat dukungan 5 dari jumlah penduduk. 3. 500 ribu penduduk d” 750 ribu syarat dukungan 4 dari jumlah penduduk. 4. Penduduk 1 juta syarat dukungan 3 dari jumlah penduduk Disamping ketentuan tentang persyaratan calon perseorangan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 juga mengatur ketentuan teknis pendaftaran dan verifikasi bagi calon perseorangan. Secara garis besar ketentuan-ketentuan yang direvisi dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 antara lain: 1. Undang-undang merevisi aturan batas usia calon bupatiwakil bupati dan walikotawakil walikota. Menurut UU ini, minimal usia calon bupatiwakil bupati dan walikotawakil walikota 25 tahun. Sementara atas usia sebelumnya 30 tahun. 2. Undang-undang mengatur kepala daerah yang ingin mencalonkan kembali. Menurut undang-undang ini, kepala daerah incumbent yang maju dalam pemilihan kepala daerah harus mengundurkan diri sejak pendaftaran yang dibutikan dengan surat pernyataan pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali disertai dengan surat persetujuan pejabat berwenang Mendagri. 3. Undang-undang mengatur pengisian kekosongan jabatan wakil kepala daerah. 4. Undang-undang menentukan pengalihan kewenangan memutus sengketa hasil pemilihan kepala daerah dari Mahkamah Agung MA konsekuensi dari peletakan Universitas Sumatera Utara pemilihan kepala daerah sebagai pemilihan di dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. 5. Undang-undang merevisi batas kemenangan calon terpilih kepala daerah pada Pasal 107 Ayat 2 dari 25 menjadi 30. 6. Undang-undang menentukan pengajuan jadwal pemungutan suara pemilihan kepala daerah bagi kepala daerah yang masa jabatannya berakhir pada bulan November 2008 sampai dengan bulan Juli 2009, yaitu paling lambat di bulan Oktober 2008 dan paling lambat Desember 2008 untuk pemilihan kepala daerah putaran kedua. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi persiapan agenda nasional pemilihan umum 2009. 7. Undang-undang memutuskan kewnangan DPRD untuk membentuk panitia pengawas pemilihan umum. Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Undang- Undang nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, telah mengakomodir hak-hak konstitusional warga negara untuk ikut serta dalam pemerintahan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu menjadi calon kepala wakil kepala daerah melalui jalur perseorangan, dan mengatur persyaratan teknis terkait dengan pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah secara langsung. Dengan demikian undang-undang ini telah memenuhi prinsip-prinsip negara hukum dan konsep demokrasi sebagaimana tertulis dalam konstitusi negara Indonesia. Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan pengembangan sarana demokrasi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat yang dilaksanakan secara demokrasi berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil melalui pemungutan suara. Hal ini terdapat dalam ketentuan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan demikian, ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemilihan kepala daerah juga mengalami perubahan. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Penyelengaraan Pemilihan Kepala Daerah sebagai penjabaran atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 berubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008 yang disahkan Presiden pada 4 Juli 2008. Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008 menyatakan pengaturan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokrasi berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang diselenggarakan oleh KPUD. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Ayat 5 bahwa lembaga tersebut merupakan lembaga yang berwenang menyelenggarakan pemilihan untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat. Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah berdasarkan ketentuan Pasal 8 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 meliputi : a. menyusun dan menetapkan pedoman tata cara penyelenggaraan sesuai dengan tahapan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan; Universitas Sumatera Utara b. mengkoordinasikan dan memantau tahapan; c. melakukan evaluasi tahunan penyelenggaraan pemilihan umum; d. menerima laporan hasil pemilihan umum dari KPU Provinsi dan KPU KabupatenKota; e. menonaktifkan sementara danatau mengenakan sanksi administratif kepada anggota KPU Provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilihan umum yang sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi Bawaslu dan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan f. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang. Tugas dan wewenang KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah: 1 merencanakan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah; dan 2 menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan tahapan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 237 Pasal 9 Ayat 3, Pasal 10 Ayat 3. 237 Tugas dan wewenang KPU provinsi dalam penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah meliputi: a. merencanakan program, anggaran, dan jadwal pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi; b. menyusun dan menetapkan tata kerja KPU provinsi, KPU kabupatenkota, PPK, PPS, dan KPPS dalam pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi dengan memperhatikan pedoan dari KPU; c. menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk tiap-tiap tahapan penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah daerah provinsi berdasarkan peraturan perundang-undangan; d. mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi berdasarkan peraturan perundang- undangan dengan memperhatikan pedoman dari KPU; e. memutakhirkan data pemilih berdasarkand ata kependudukan dan menetapkannya sebagai daftar pemilih; f. menerima daftar pemilih dari KPU kabupatenkota dalam penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi; g. menetapkan apsangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi yang telah Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, merupakan kompilasi dan penyemprunaan yang komprehensif dalam satu undang-undang terhadap semua pengaturan penyelenggaran pemilihan umum, meliputi; pemilihan umum DPRD, DPD, DPRD, pemilihan umum presiden dan wakil presiden; serta pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah. Inilah undang-undang yang menyebut pertama kali pemilihan kepala daerah sebagai pemilihan umum. Komisi Pemilihan Umum KPU di dalam undang-undang ini disebut sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah. Hal ini merupakan terobosan penting yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007. Dalam Undang-Undang memenuhi persyaratan; h. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU kabupatenkota dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara; i. membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat hasil penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta pemilihan umum, panwaslu provinsi, dan KPU; j. menetapkan dan mengumumkan hasil pemilihan umum kepala daerah dan wkail kepala daerah provinsi berdasarkan hasil rekapituasli penghitungan saura pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi dari seluruh KPU kabupatenkota dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara; k. menerbitkan keputusan KPU provinsi untuk mengesahkan hasil pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi dan mengumumkannya; l. mengumumkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi terpilih dan membuat berita acaranyal m. melaporkan hasil pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi kepada KPU; n. memeriksa pengaduan danatau laporan adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh KPU kabupatenkota; o. menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh anggota KPU kabupatenkota, sekretaris KPU provinsi, dan pegawai dan pegawai sekretariat KPU provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaran pemilihan umum yang sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi Panwaslu provinsi dan ketentuan peraturan perundang-undang; q. melaksanakan sosialiasi penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah kepada masyarakat; r. melaksanakan pedoman yang ditetapkan oleh KPU; s. memberikan pedoman terhadap penetapan organisasi dan tata cara penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah kabupaten kota sesuai dengan tahapan yang diatur dalam peraturan perundang-undang; t. melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggarana pemilihan umum kepala daerah dan wakil kdd provinsi; u. menyampaikan laporan mengenai hasil pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi kepala daerah perwakilan rakyat, presiden, gubernur, dan dewan perwakilan rakyat daerah provinsi; dan v. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU danatau undang-undang. Universitas Sumatera Utara Nomor 22 Tahun 2007. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pengaturan pemilihan kepala daerah diatur dalam Pasal 127-130. Diharapkan dengan ketentuan ini, pemilihan kepala daerah dapat dilaksanakan dengan lebih baik, profesional, dan demokrasi. Mengingat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pemilihan kepala daerah dilaksanakan oleh KPUD dengan memutus hubungan hirarkis dengan KPU. KPUD hanya bersifat fungsional bukan struktural yang hirarkis dengan KPU, sehingga KPUD berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengalami problem serius dalam legitimasi dan independensi. Substansi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 secara jelas dan tegas mengamanatkan independensi KPU. Hal ini tercermin dari ketentuan bahwa KPU, KPU Provinsi, dan KPU KabupatenKota bersifat hierarki. Selanjutnya undang- undang tersebut menegaskan bahwa sesuai amanat UUD 1945, KPU bersifat nasional, tetap dan mandiri. Independensi KPU juga tercermin dalam hal dukungan sekretariat KPU sebagai supporting system yang bertanggung jawab kepada KPU. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 juga mengamanatkan pembentukan pengawas ekstern yang juga independen, meliputi: Badan Pengawas Pemilihan Umum Bawaslu di tingkat nasional yang bersifat tetap serta Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu Provinsi, Panwaslu KabupatenKota, Panwaslu Kecamatan, pengawas pemilihan umum lapangan, dan pengawas pemilihan umum luar negeri. Ketentuan ini sesungguhnya merevisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dimana pengawas pemilihan kepala daerah dibentuk oleh DPRD. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 secara tegas mengamanatkan bahwa untuk menjamin kualitas, integritas, dan profesionalisme anggota KPU maupun Bawaslu, proses seleksi anggota Universitas Sumatera Utara dilaksanakan oleh sebuah tim seleksi yang terdiri dari unsur akademisi, profesional, dan masyarakat. Proses pemilihan dilakukan secara terbuka dan memenuhi prinsip akuntabilitas publik. Sehingga diharapkan penyelesaian pemilihan umum merupakan orang-orang yang diakui kualitas, integritas dan profesionalismenya oleh masyarakat luas. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 juga mengamanatkan pembentukan kode etik dan dewan kehormatan. Baik di KPU maupun di Bawaslu untuk menjaga integritas dan profesionalitas penyelenggara pemilihan umum. Untuk mempermudah pemahaman tentang pengaturan pelaksanaan pemilihan kepala daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 yang dijabarkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008 berikut akan dikomparasikan dalam bentuk tabel. Tabel 2 Perbedaan Penyelenggaran Pemilihan Kepala Daerah Perihal UU No. 322004 PP No. 62005 UU No. 222007 PP No. 492008 Umum Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut pemilihan adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi danatau kabupatenkota berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah Pasal 1 ayat 1 UU No. 32 tahun 2004 Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah daerah adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam negeri kesatuan republik Indonesia berdasarpan Pancasila dan UUD 1945 Pasal 1 ayat 4 PP No. 49 tahun 2008 Tugas dan wewenang DPRD g. Memberitahukan kepada kepala daerah mengenai akan berakhirnya masa jabatan. h. Mengusulkan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berakhir masa jabatannya dan mengusulkan engangkatan kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. i. Melakukan pengawasan pada semua a. Memberitahukan kepada kepala daerah mengenai akan berakhirnya masa jabatan. b. Mengusulkan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berakhir masa jabatannya dan mengusulkan engangkatan kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. c. Melakukan pengawasan pada Universitas Sumatera Utara tahapan pelaksanaan pemilihan; j. Membentuk panitia pengawas k. Meminta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas KPUD, dan l. Menyelenggarakan rapat paripurna untuk mendengarkan penyempaian viis, misi dan program dari pasangan calon kepada daerah dan wakil kepala daerah semua tahapan pelaksanaan pemilihan; d. Meminta pertanggung jawaban pelaksanaan tugas KPUD dan e. Menyelenggarakan rapat paripurna untuk mendengarkan penyempaian viis, misi dan program dari pasangan calon kepada daerah dan wakil kepala daerah Penyelenggara KPUD Pasal 4 ayat 1 Komisi Pemilihan umum selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga penyelenggara pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri Tugas dan wewenang KPU Pasal 5 KPUD sebagai penyelenggar pemilihan mempunyai tugas dan wewenang: a. Merencanakan penyelenggaraan pemilihan; b. Menetapkan tata cara pelaksanan pemilihan sesuai dengan tahapan yang daitur dalam peraturan perundang- undangan c. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilihan; d. Menetapkan tanggal dan tata cara pelaksanana kampanye, serta pemungutan suara pemilihan. e. Menelti persyaratan partai politik atau gabungan partai politik yang mengusulkan calon f. Meneliti persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diusulkan g. Menetapkan pasangan calon yang telah memenuhi persyaratan h. Menerima pendaftaran dan mengumumkan tim kampanye, i. Mengumumkan laporan sumbangan dana kampanye j. Menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan hasil pemilihan; k. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanana pemilihan; l. Membentuk PPK PPS dan KPPS dalam wilayah kerjanya dan m. Menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana kampanye dan mengumumkan hasil edit Pasal 8 ayat 3 Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaran Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah meliputi: a. Menyusun dan menetapkan pedoman tata cara penyelenggaraan sesuai dengan tahapan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. b. Mengordnasikan dan memantau tahapan c. Melakukan evaluasi tahunan penyelenggarana pemilihan umum d. Menerima laporan hasil pemilihan umum dari KPU provinsi dan KPU kabupatenkota e. Menonaktifkan sementara danatau mengenakan sanksi administratif kepada anggota KPU provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilihan umum yang sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi Bawaslu dan ketentuan peraturan perundang-undangan dan f. Melakanakan tuasg dan wewenang lain yang diberikan oleh undang- undang. Universitas Sumatera Utara Pengawas pemilihan Panitia pengawas pemilihan yang keanggotaanya terdiri atas unsur kepolisian, kejaksaan, perguruan tinggi, pers dan tokoh masyarakat Badan pengawas pemilihan umum, selanjutnya disebut Bawaslu, adalah badan yang bertugas mengawasi penyelnggarana pemilihan umum di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia panitia pengawas pemilihan umum yang dibentuk oleh Banwaslu yang berkedudukan di ibu kota pi, kabupatenkota Tugas dan wewenang komisi pengawas pemilihan a. Mengawsi semua tahapan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah b. Menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaran pemilihan kepala daerah dan wkail kepala daerah c. Meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada instansi yang berwenang d. Mengatur hubungan koordinasi antar panitia pengawas pada semua tingkatan 1 Tugas dan wewenang Bawaslu adalah mengawasi tahapan penyelenggarana pemilihan umum yang meliputi: 1. pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan datar pemilih sementara dnd arta pemilih tetap; 2. penetapan peserta pemilihan umum. 3. pencalonan yang berkauan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan anggota dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, dewan perwakilan daerah, pasangan calon presiden dan wakil presiden dan pasanganc alon kepala daerah dan wakil kepala daerah, 4. proses penetapan calona gangguan dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, dewan perwakilan rakyat daerah pasangan calon presiden dan wakil presiden, dan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. 5. pelaksanana kampanye, 6. perlengkapan pemilihan umum dan pendistribusiannya. 7. pelaksanaan pemungutan saura dan penghitungan suara hasil pemilihan umum di TPS dan pergerakan surat suara berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan surat dari tingkat TPS sampai ke PPK; 9. Proses rekapitulasi suara di PPK KPU kabupatenkota, KPU provinsi dan KPU. 10. pelaksanana penghitungan dan pemungutan suara ulang. Pemilihan umum lanjutan, dan pemilihan umum susulan. 11. proses penetapan hasil pemilihan umum. Sumber : Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pemaparan tabel diatas dapat diketahui jika perubahan terhadap undang-undang tentang penyelenggaraan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah pada dasarnya merupakan implikasi dari perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dengan prinsip demokrasi dalam penyelenggaran pemilihan kepala daerah mengakibatkan perlunya revisi terhadap ketentuan undang-undang tersebut. Dengan demikian, perubahan terhadap pengaturan penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah pada dasarnya merupakan salah satu usaha yang dilakukan bangsa Indonesia agar dapat menyelenggarakan pemerintahan dengan lebih baik.

D. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum Kepala Daerah

Dokumen yang terkait

Calon Independen dalam Pemilihan Kepala Daerah Ditinjau dari Undang-undang Pemerintahan Daerah

2 79 104

Tingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Dalam Pemilihan Kepala Daerah 2010 Di Kelurahan Pusat Pasar Medan Kota

0 50 99

Strategi Pemenangan Calon Independen Dalam pemilihan kepala Daerah Medan 2010 (Studi kasus Prof.Dr.H.M.Arif Nasution dan H.Supratikno WS).

3 66 147

Pelaksanaan Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Memutus Hasil Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (studi kasus Pilkada Kabupaten Dairi)

0 31 119

KAJIAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA HASIL PEMILUKADA OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI (Berdasarkan Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Putusan Mahkamah Konstitusi No.

0 4 15

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH

1 22 69

KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

0 14 83

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MEMUTUS SENGKETA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH (STUDI KASUS : PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH KOTAWARINGIN BARAT).

1 2 18

Redesain Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam Penyelesaian Sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia

0 0 22

A. PENDAHULUAN - KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM MENURUT UU NO. 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

0 0 13