Perhitungan Perubahan Temperatur Hasil Karakterisasi Termal Dengan DTA Dari Papan Gipsum Plafon

42 Selanjutnya Gambar 4.4 dibandingkan dengan Gambar 4.5 terlihat hampir sama bentuknya karena campuran tersebut kandungannya sama tetapi yang berbeda hanya komposisi saja. Dimana pada Gambar 4.5 juga terjadi pergeseran garis dasar awal kearah endotermik dan membentuk peak yang menunjukkan T g sebesar 160 o C, selanjutnya terbentuk peak yang tajam kearah eksotermik menunjukkan T m sebesar 310 o C nya. Dari hasil pengujian DTA ini memperlihatkan bahwa penambahan komposisi serbuk mempengaruhi suhu indothermiknya, dimana hasilnya mengalami kenaikan. Kemampuan menahan panas mencapai 170 C, ini menunjukkan bahwa bahan pengisi serbuk batang kelapa sawit merupakan suatu bahan yang sangat baik untuk menyerap panas. Sedangkan ke arah eksothermiknya dengan penambahan serbuk tidak mengalami perubahan, dimana suhu temperatur maksimum Tm, ini menunjukkan bahwa bahan pengisi serbuk batang kelapa sawit merupakan suatu bahan yang sangat baik untuk melepas panas. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sampel yang diuji baik sampel variasi 35:15:15 dan 45:15:15 menunjukkan T m nya sama, tetapi faktor komposisi mempengaruhi suhu T g , dimana semakin banyak gipsum dalam suatu campuran maka nilai T g semakin rendah.

4.3.2 Perhitungan Perubahan Temperatur

Pengukuran perubahan temperatur ∆T dari sampel dengan menghubungkan titik singgung peak DTA, sehingga diperoleh garis singgung, selanjutnya garis lurus dari puncak peak DTA ditarik memotong garis singgung. Jarak dari puncak sampai garis singgung ini disebut besarnya jumlah skala ∆T. Jarak antara puncak sampai garis singgung dihitung dengan satuan skala. Yang selanjutnya jumlah skala ∆T dimasukkan persamaan berikut : e ter mocoupl e ter mocoupl r ange T x total skala jumlah DTA r ange total x T skala jumlah T    .......................4.1 Universitas Sumatera Utara 43 Berdasarkan pada Lampiran C dan Gambar 4.3, diketahui bahwa pada saat mencapai titik transisi gelas pada kristal anhidrat gipsum murni terjadi penurunan suhu yang ditandai dengan arah peak ke kanan sebesar 8,78 o C atau terjadi perbedaan temperatur antara termokopel dengan sampel sebesar 8,78 o C. Sedangkan pada Lampiran C dan Gambar 4.4, diketahui bahwa pada saat mencapai titik T g nya pada sampel variasi 35:15:15 terjadi penurunan suhu yang ditandai dengan arah peak ke kanan sebesar 3,13 o C, dan pada saat mencapai suhu T m nya terjadi kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 37 o C dengan arah peak ke kiri. Selanjutnya pada Lampiran C dan Gambar 4.5, diketahui bahwa pada saat mencapai T g nya pada sampel variasi 45:5:15 juga terjadi penurunan suhu sebesar 6,27 o C, dan pada saat mencapai suhu T m nya terjadi kenaikan sebesar 7,25 o C. Dengan demikian, jelas diketahui bahwasanya sampel variasi 35:15:15 merupakan yang terbaik karena suhu T g lebih besar dibandingkan dengan sampel lainnya, yang berarti menurut Stevens 2001 butuh pemanasan lebih tinggi sehingga sampel mengalami perubahan masa transisi, dalam hal ini perubahan struktur dari kristal anhidrat pada gipsum. Pemanasan pada suhu antara 140-170 o C menyebabkan kristal anhidrat dalam campuran tersebut mencair sehingga ikatan fisis yang ada menjadi lemah.

4.4 Hasil Karakterisasi Sifat Mekanik Dari Papan Gipsum Plafon