19 Suhu transisi gelas terjadi ketika polimer amorf atau bagian amorf polimer
semi-kristalin menunjukkan perubahan dari keadaan lunak dan elastis menjadi keadaan keras, rapuh dan mirip getas. Suhu transisi gelas dipengaruhi oleh
fleksibilitas rantai, kekuatan dan ukuran gugus samping dan fleksibilitas rantai samping. Fleksibilitas rantai ditentukan oleh kemudahan gugus
– gugus yang berikatan kovalen untuk berotasi. Rotasi ditentukan oleh energi dari gaya
– gaya kohesi molekul. Penurunan fleksibilitas rantai meningkatkan Tg melalui
peningkatan halangan sterik. Halangan sterik ditentukan oleh ukuran dan bentuk rantai utama.
Gugus – gugus samping yang besar dan kaku menurunkan fleksibilitas
rantai utama sehingga T
g
meningkat. Penambahan gugus samping yang fleksibel menghasilkan peningkatan jarak antar rantai sehingga gaya intermolekuler
menurun dan kemuluran meningkat. Hal ini dapat dicapai dengan penambahan pemlastis dan aditif lainnya Kristian, 2008.
2.7 Karakterisasi Mekanik Papan Gipsum Dengan Pengisi Serbuk Batang
Kelapa Sawit Menggunakan Perekat Tepung Tapioka
Hasil dari pembuatan papan gipsum plafon dengan komposisi campuran seperti pada Tabel 2.2 tersebut, dikarakterisasi sifat mekanik dari papan gipsum
plafon dilakukan mengacu pada standart SNI 03-6384-2000. Pengujian ini meliputi uji MOR dan MOE, uji kuat tarik, dan uji impak.
2.7.1 Pengujian MOR dan MOE
Modulus pecah MOR merupakan tegangan lengkung akhir sebelum terjadinya patah dari suatu material dalam kelengkungannya, dan itu sering
digunakan untuk membandingkan material satu dengan yang lainnya. MOR
Modulus of Rupture
papan gipsum plafon mengacu pada SNI 03-2105-2006. M e t o d e p e n g u j i a n i n i dimaksudkan untuk memperoleh nilai MOR dari
kayu Sudarsono, 2010.
Universitas Sumatera Utara
20 Gambar 2.2 Uji MOR dan MOE
Pada pengujian MOR, ada persyaratan untuk benda uji sebelum dilakukan pengujian antara lain yaitu benda uji harus sama jenisnya , benda uji bebas
dari cacat yaitu papan tidak retak, tidak rapuh, dan k a d a r a i r m a k s i m u m 2 0 Anonim, 2011. Setelah dilakukan pengujian akan diperoleh
nilai P maksimumnya, yang kemudian ditentukan nilai MOR nya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
2
2 3
T L
S P
F
R R
........................... 2.3
Dimana :
F
R
= Nilai MOR, kgfmm
2
P
R
= Beban patah, kgf
S
= Jarak penyangga, mm
L
= Lebar benda uji, mm
T
= Tebal benda uji, mm
Pengujian MOE dapat didefenisikan sebagai kemampuan material untuk menahan deformasi di bawah beban hingga bengkok sebelum patah. Tekanan
fleksural pada dasarnya adalah kombinasi dari gaya tekan dan gaya tarik. MOE
Modulus of Elasticity
adalah perbandingan antara tegangan σ dan regangan Ɛ. MOE bekerja pada batas proporsional atau daerah elastis. Sifat ini dijabarkan dari
kemiringan slope dari porsi garis lurus dari kurva kelengkungan beban P
1
N
1
Sudarsono, 2010.
Universitas Sumatera Utara
21 Gambar 2.3 Defleksi Maksimum
Pada Gambar 2.3 tampak papan segi empat ditekan oleh gaya tunggal F pada bagian tengah sehingga papan akan mengalami defleksi. Jarak terbesar papan
mengalami defleksi disebut defleksi maksimum. Bagian atas papan akan mengalami kompresi dan bagian bawah akan mengalami tarikan. Permukaan
imaginer pada bagian tengah beam disebut bidang netral. Besarnya suatu tekanan atau tarikan akan bertambah besar bila semakin menjauhi bidang netral. Tekanan
dan tarikan akan maksimum pada permukaan atas dan bawah. Dieter, 1981. Pengujian MOE dari papan gipsum plafon mengacu pada SNI 03-2105-2006.
Untuk menentukan nilai MOE nya Anonim, 1991, dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
Y P
x T
L S
F
E E
3 3
4
........................... 2.4
Dimana :
F
E
= Nilai MOE, kgfmm
2
S
= Jarak penyangga, mm
L
= Lebar benda uji, mm
T
= Tebal benda uji, mm
P
E
= Beban lentur, kgf
Y
= Titik pusat kelengkungan pada batas proporsional, mm
Universitas Sumatera Utara
22
2.7.2 Pengujian Kuat Tarik