Pengukuran Temperatur Kritis Hasil Karakterisasi Termal Dengan DTA Dari Papan Gipsum Plafon

38 Sementara pada sampel dengan penambahan bahan pengisi serbuk batang kelapa sawit untuk variasi 35:15:15, menunjukkan persentase minimum sebesar 23,82. Hal ini disebabkan karena kehomogenan dalam pengadukan. Pengadukan yang sempurna dan sangat homogen sehingga tapioka yang berfungsi sebagai perekat dari serbuk batang kelapa sawit menurut Rosmaida 2009 telah melapisi sebahagian permukaan dari bahan pengisi tersebut, dan hal tersebut membuat air tidak banyak terserap karena terhalang oleh perekat tapioka. Penyerapan air papan gipsum plafon merk Jayaboard yang komersial Lampiran H, dimana penyerapan airnya yaitu 37,4 . Dari hasil pengujian sampel yang dilakukan ternyata diperolah nilai penyerapan airnya lebih baik dari papan gipsum plafon merk Jayaboard.

4.3 Hasil Karakterisasi Termal Dengan DTA Dari Papan Gipsum Plafon

Pengujian dengan DTA merupakan metode karakterisasi sifat termal suatu sampel yang digunakan untuk menentukan temperatur kritis dan juga menghitung perubahan temperatur ∆T. Pengujian ini menggunakan alat Thermal Analyzer DT-30 Shimadzu dimana hanya dilakukan terhadap tiga jenis sampel yaitu sampel gipsum murni, sampel variasi 35:15:15 yang merupakan sampel terbaik dari hasil pengujian mekanik, dan sampel variasi 45:5:15 yang merupakan sampel terburuk dari hasil pengujian mekanik. Dan hasil pengujian termal dari ketiga sampel tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik, seperti pada Gambar 4.4, Gambar 4.5, dan Gambar 4.6 berikut.

4.3.1 Pengukuran Temperatur Kritis

Pengukuran temperatur kritis dimulai dari puncak peak DTA yang ditarik garis lurus sampai memotong garis penunjuk temperatur, selanjutnya titik potong tersebut ditandai, dan diturunkan dua skala kebawah sehingga didapat titik potong yang baru, dari titik potong ini ditarik garis lurus menuju skala temperatur 15 mv. Dari pengukuran tersebut diperoleh suhu transisi gelas T g , dan suhu titik maksimum atau titik lebur T m . Universitas Sumatera Utara 39 Gambar 4.3. Diagram Hasil Pengukuran Uji DTA Terhadap Papan Gipsum Plafon Untuk Sampel Gipsum Murni Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat adanya pergeseran pada garis dasar baseline ke arah endotermik membentuk peak tajam yang menunjukkan T g sebesar 140 o C dari kristal anhidrat pada gipsum tersebut. Hal ini menurut Stevens 2001 menunjukkan bahwa suhu sampel gipsum tertinggal dari suhu pembandingnya, yang berarti bahwa adanya kalor yang terserap, sehingga kristal anhidrat dari gipsum mencair dan terpisah dari gipsum tersebut.. Universitas Sumatera Utara 40 Gambar 4.4. Diagram Hasil Pengukuran Uji DTA Terhadap Papan Gipsum Plafon Untuk Sampel Gipsum : Batang Kelapa Sawit : Tapioka 35:15:15 Sementara dibandingkan dengan Gambar 4.4 terlihat juga pergeseran garis dasar awal ke arah endotermik dan membentuk peak yang menunjukkan T g sebesar 170 o C dari kristal anhidrat, selanjutnya terbentuk peak yang tajam ke arah eksotermik menunjukkan temperatur maksimum T m dari campuran tersebut sebesar 310 o C nya. Dalam hal ini ada perbedaan suhu T g dibandingkan dengan Universitas Sumatera Utara 41 gipsum murni pada Gambar 4.3, dan menurut Stevens 2001 adanya peak tajam kearah eksotermik menunjukkan suhu sampel telah mendahului suhu pembandingnya yang berarti adanya kalor yang terlepaskan, sehingga sampel mulai terdekomposisi pada suhu tersebut. Gambar 4.5. Diagram Hasil Pengukuran Uji DTA Terhadap Papan Gipsum Plafon Untuk Sampel Gipsum : Batang Kelapa Sawit : Tapioka 45:5:15 Universitas Sumatera Utara 42 Selanjutnya Gambar 4.4 dibandingkan dengan Gambar 4.5 terlihat hampir sama bentuknya karena campuran tersebut kandungannya sama tetapi yang berbeda hanya komposisi saja. Dimana pada Gambar 4.5 juga terjadi pergeseran garis dasar awal kearah endotermik dan membentuk peak yang menunjukkan T g sebesar 160 o C, selanjutnya terbentuk peak yang tajam kearah eksotermik menunjukkan T m sebesar 310 o C nya. Dari hasil pengujian DTA ini memperlihatkan bahwa penambahan komposisi serbuk mempengaruhi suhu indothermiknya, dimana hasilnya mengalami kenaikan. Kemampuan menahan panas mencapai 170 C, ini menunjukkan bahwa bahan pengisi serbuk batang kelapa sawit merupakan suatu bahan yang sangat baik untuk menyerap panas. Sedangkan ke arah eksothermiknya dengan penambahan serbuk tidak mengalami perubahan, dimana suhu temperatur maksimum Tm, ini menunjukkan bahwa bahan pengisi serbuk batang kelapa sawit merupakan suatu bahan yang sangat baik untuk melepas panas. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sampel yang diuji baik sampel variasi 35:15:15 dan 45:15:15 menunjukkan T m nya sama, tetapi faktor komposisi mempengaruhi suhu T g , dimana semakin banyak gipsum dalam suatu campuran maka nilai T g semakin rendah.

4.3.2 Perhitungan Perubahan Temperatur