Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gizi Kurang pada Anak Balita di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arlim, SM. 2002. Pengaruh Perbandingan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga

terhadap Status Gizi Murid Kelas I pada Beberapa SD di Kota Padang. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang.

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Almatsier Sunita. 2007. Penuntun Diet. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Azwar, Azrul. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa

Datang.

http://xa.yimg.com/kq/groups/86933359/1296990461/name/yodium+1.pdf . Akses tanggal 22 Maret 2015.

Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Budiyanto, Agus Krisno. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Penerbit UMM Press. Surabaya.

Bumi, Cindar. 2005. Pengaruh Ibu Yang Bekerja Terhadap Status Gizi Anak

Balita Di Kelurahan Mangunjiwan Kabupaten Demak Tahun 2005.

Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. lib.unnes.ac.id. Akses tanggal 20 Maret 2015.

Depkes RI. 2005. Rencana Aksi Nasional, Pencegahan dan Penanggulangan

Gizi Buruk 2005-2009. Jakarta.

Depkes RI. 2008. Laporan Hasil Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia

Tahun 2007. Jakarta

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. http://www.depkes.go. id. Akses 19 Maret 2012

Dianna, Fivi Melva. 2006. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Anak

Batita di Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang Tahun 2004. Jurnal Kesehatan Masyarakat I (I).

Dinas Kesehatan Sumatera Utara. 2009. Profil Kesehatan Sumatera Utara

Tahun 2008. http://www.depkes.go.id. Akses 19 Maret 2012.

Engle, Patrice L. 2000. Urban Women: Balancing Work and Childcare. Washington, DC: IFPRI


(2)

Ernawati, Aeda. 2006. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi

Lingkungan, Tingkat Konsumsi dan Infeksi dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Kabupaten Semarang Tahun 2003. Tesis Program

Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Farida, Y. dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta. Fauzi, Risky Teresia, dkk. 2013. Hubungan Kecacingan dengan Status Gizi

Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Pelayangan Jambi. Skripsi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

Festi, Pipit. 2010. Hubungan antara Penyakit Cacingan dengan Status Gizi

pada Anak Sekolah Dasar (SD) di Sekolah Dasar Al Mustofa Surabaya. http://Hubungan-Antara-Penyakit-Cacingan-Dengan-Status-Gizi....Pdf.

Gandahusada, Sriasi. 2000. Parasitologi Kedokteran 3EK, Editor. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Gibney, Michael J, dkk. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hadi, Hamam. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap

Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. http://lib.ugm.ac.id.

Akses 21 Maret 2015.

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hermansyah. 2002. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian KEP

Anak Umur 6-59 Bulan pada Keluarga Miskin di Kota Sawahlunto Tahun 2002. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia. http://digilib.ui.ac.id/. Akses 20 Maret 2015.

Istiono, Wahyudi. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi

Balita. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 25 No.3: 150-155.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS 2013. Badan Litbangkes. Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Litbangkes. Jakarta.


(3)

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta

Kristianti, Devi, dkk. 2013. Hubungan antara Karakteristik Pekerjaan Ibu

dengan Status Gizi Anak Usia 4-6 Tahun di TK Salomo Pontianak.

Skripsi Universitas Tanjung Pura. Pontianak.

Lutviana, Evi & Budiono, Irwan. 2009. Prevalensi dan Determinan Kejadian

Gizi Kurang pada Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat 5(2) (2010)

138-144. http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas.

Masdiarti, E. 2000. Gambaran Status Gizi Anak Balita Ditinjau Dari Pola

Pengasuh Pada Ibu Pekerja Dan Bukan Pekerja. Skripsi Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Meikawati, W & Wikanastari, H. 2008. Hubungan Karakteristik Ibu dan

Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Kasus Gizi Buruk pada Balita di Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang. Jurnal

Kesehatan Unimus vol. 1 no. 1 : 148-157. http://jurnal.unimus.ac.id. Akses 28 November 2014.

Mitehel, Richard N. 2006. Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Moehji, Sjahmin. 2002. Ilmu Gizi. Penerbit Papas Sinar. Jakarta.

Ninik, A.R. 2005. Hubungan antara Pendapatan Keluarga dan Pola Asuh

Gizi dengan Status Gizi Anak Balita di Bentokan Demak. Skripsi

Sarjana Kesehatan Masyarakat. Fakultas Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Nofelia, Marizza. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya

Kurang Energi Protein (KEP) pada Balita di URJ RSU. Dr. Soetomo, Surabaya. Skripsi Universitas Airlangga. Surabaya.

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (Untuk Perawat

Dan Bidan). Penerbit Salemba Medika. Jakarta.

Puspitasari, Dwi Anggraeni. 2012. Perubahan Status Gizi pada Anak Balita

Gizi Kurus yang Mengikuti Pemulihan Gizi Buruk di Klinik Gizi PTTK dan EK. Skripsi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

http://digilib.ui.ac.id. Akses 10 juni 2015.

Putri, Dwi S. dan Wahyono, Tri Y. 2013. Faktor Langsung dan Tidak


(4)

Umur 6-59 Bulan di Indonesia Tahun 2010. Media Litbangkes Vol 23

No. 3: 110-121.

Rosary, Alania, dkk. 2013. Hubungan Diare dengan Status Gizi Balita di

Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

Jurnal Kesehatan Andalas 2(3): 111-115.

Rosmana, D. 2003. Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status Gizi Anak Usia

6-24 Bulan di Kabupaten Serang Provinsi Banten Tahun 2003. Tesis

Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. http://digilib.ui.ac.id. Akses 20 Maret 2015.

Riduwan. 2007. Pengantar Statistika. CV Alfabeta: Bandung

Rimelfhi, Lisbeth, dkk. 2014. Hubungan Status Gizi dengan Status Sosial

Ekonomi Keluarga Murid Sekolah Dasar di Daerah Pusat dan Pinggiran Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 3 (2) : 182-187

Riyadi, Hadi, dkk. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak

Balita di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi dan Pangan 6(1): 66-73.

Sedioetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta. Singarimbun, Masri. 1998. Metode Penelitian Survei .Penerbit PT LP3ES

Indonesia. Jakarta.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi Dan Aplikasinya. Penerbit Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sudjasmin, dkk. 1994. Profil Anak Balita Gizi Buruk di Daerah Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan Jilid 17: 79-88

Sugimah. 2009. Status Balita Berdasarkan Indikator Keluarga Sadar Gizi Di

Kelurahan Labuhan Deli Medan Tahun 2009. Skripsi. FKM USU.

Medan.

Suhardjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 2003. Perencanaan Pangan Dan Gizi. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Suryono, Supardi. 2004. Risiko Penyakit ISPA Dan Diare Pada Balita

Penderita Kekuranngan Energi Protein (KEP) Di Kabupaten Sukoharjo. Sains Kesehatan 17 (2): 134-143.


(5)

Susilowati. 2008. Pengukuran Status Gizi Dengan Antropometri Gizi. http://www.eurekaindonesia.org. Akses 22 Maret 2012.

WHO. 2007. Health Situation In The South-East Asia Region, 2001-2007. http://apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B3226.pdf. Akses 22 Maret 2012. WHO. 2009. Diarrhoea Disease. www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/.

Akses tanggal 8 Desember 2014.

Widodo, Rahayu. 2009. Pemberian Makanan, Suplemen, Dan Obat Pada

Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

OUTPUT FREKUENSI

Status Gizi Balita

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Gizi Kurang 9 9,2 9,2 9,2

Tidak Gizi Kurang 89 90,8 90,8 100,0

Total 98 100,0 100,0

Umur Balita (bulan)

49 50,0 50,0 50,0

49 50,0 50,0 100,0

98 100,0 100,0

12-36 37-59 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cum ulative Percent

Jenis Kelamin Balita

48 49,0 49,0 49,0

50 51,0 51,0 100,0

98 100,0 100,0

Laki-Laki Perempuan Total Valid

Frequency Perc ent Valid Percent

Cumulative Perc ent

Kejadian Diare

16 16,3 16,3 16,3

82 83,7 83,7 100,0

98 100,0 100,0

Ya Tidak Total Valid

Frequency Perc ent Valid Percent

Cumulative Perc ent

Kejadian ISPA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 52 53,1 53,1 53,1

Tidak 46 46,9 46,9 100,0

Total 98 100,0 100,0

Konsumsi Obat Cacing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 57 58,2 58,2 58,2


(11)

Total 98 100,0 100,0

Pendidikan Ibu

1 1,0 1,0 1,0

8 8,2 8,2 9,2

12 12,2 12,2 21,4

67 68,4 68,4 89,8

10 10,2 10,2 100,0

98 100,0 100,0

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Akademik/PT Total Valid

Frequency Perc ent Valid Percent

Cumulative Perc ent

Pekerjaan Ibu

2 2,0 2,0 2,0

27 27,6 27,6 29,6

25 25,5 25,5 55,1

2 2,0 2,0 57,1

42 42,9 42,9 100,0

98 100,0 100,0

Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta

Karyawan Petani

Ibu Rumah Tangga Total

Valid

Frequency Perc ent Valid Percent

Cumulative Perc ent

Pendapatan Kepala Keluarga

13 13,3 13,3 13,3

85 86,7 86,7 100,0

98 100,0 100,0

<= 1.200.000 > 1.200.000 Total Valid

Frequency Perc ent Valid Percent

Cumulative Perc ent

Jumlah Anak

24 24,5 24,5 24,5

74 75,5 75,5 100,0

98 100,0 100,0

> 2 <= 2 Total Valid

Frequency Perc ent Valid Percent

Cumulative Perc ent

CROSSTABS Umur


(12)

Crosstab

5 44 49

4,5 44,5 49,0

10,2% 89,8% 100,0%

55,6% 49,4% 50,0%

5,1% 44,9% 50,0%

4 45 49

4,5 44,5 49,0

8,2% 91,8% 100,0%

44,4% 50,6% 50,0%

4,1% 45,9% 50,0%

9 89 98

9,0 89,0 98,0

9,2% 90,8% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 9,2% 90,8% 100,0% Count

Expec ted Count % within Umur Balita (bulan)

% within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expec ted Count % within Umur Balita (bulan)

% within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expec ted Count % within Umur Balita (bulan)

% within Status Gizi Balita % of Total

12-36

37-59 Umur Balita

(bulan)

Total

Giz i Kurang

Tidak Gizi Kurang Status Giz i Balita

Total

Chi-Square Tests

,122b 1 ,727

,000 1 1,000

,123 1 ,726

1,000 ,500

,121 1 ,728

98 Pearson Chi-Square

Continuity Correc tiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Tes t Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) have expected count les s than 5. The minimum expected count is 4,50.

b.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for Umur Balita


(13)

For cohort Status Gizi

Balita = Gizi Kurang 1,250 ,357 4,379

For cohort Status Gizi

Balita = Tidak Gizi Kurang ,978 ,862 1,109

N of Valid Cases 98

Jenis Kelamin

Crosstab

4 44 48

4,4 43,6 48,0

8,3% 91,7% 100,0%

44,4% 49,4% 49,0% 4,1% 44,9% 49,0%

5 45 50

4,6 45,4 50,0

10,0% 90,0% 100,0%

55,6% 50,6% 51,0% 5,1% 45,9% 51,0%

9 89 98

9,0 89,0 98,0

9,2% 90,8% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 9,2% 90,8% 100,0% Count

Expec ted Count % within Jenis Kelamin Balita

% within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expec ted Count % within Jenis Kelamin Balita

% within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expec ted Count % within Jenis Kelamin Balita

% within Status Gizi Balita % of Total

Laki-Laki

Perempuan Jenis Kelamin

Balita

Total

Giz i Kurang

Tidak Gizi Kurang Status Giz i Balita


(14)

Chi-Square Tests

,082b 1 ,775

,000 1 1,000

,082 1 ,775

1,000 ,526

,081 1 ,776

98 Pearson Chi-Square

Continuity Correc tiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Tes t Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) have expected count les s than 5. The minimum expected count is 4,41.

b.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for Jenis Kelamin Balita (Laki-Laki /

Perempuan) ,818 ,206 3,249

For cohort Status Gizi

Balita = Gizi Kurang ,833 ,238 2,919

For cohort Status Gizi

Balita = Tidak Gizi Kurang 1,019 ,898 1,155

N of Valid Cases 98


(15)

Crosstab

7 9 16

1,5 14,5 16,0

43,8% 56,3% 100,0% 77,8% 10,1% 16,3%

7,1% 9,2% 16,3%

2 80 82

7,5 74,5 82,0

2,4% 97,6% 100,0% 22,2% 89,9% 83,7%

2,0% 81,6% 83,7%

9 89 98

9,0 89,0 98,0

9,2% 90,8% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 9,2% 90,8% 100,0% Count

Expec ted Count % within Kejadian Diare % within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expec ted Count % within Kejadian Diare % within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expec ted Count % within Kejadian Diare % within Status Gizi Balita % of Total

Ya

Tidak Kejadian

Diare

Total

Giz i Kurang

Tidak Gizi Kurang Status Giz i Balita

Total

Chi-Square Tests

27,394b 1 ,000

22,665 1 ,000

19,391 1 ,000

,000 ,000

27,115 1 ,000

98 Pearson Chi-Square

Continuity Correc tiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Tes t Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

1 cells (25,0%) have expected count les s than 5. The minimum expected count is 1,47.

b.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for Kejadian

Diare (Ya / Tidak) 31,111 5,594 173,032 For cohort Status Gizi

Balita = Gizi Kurang 17,938 4,094 78,590 For cohort Status Gizi

Balita = Tidak Gizi Kurang ,577 ,374 ,889


(16)

ISPA

Crosstab

8 44 52

4,8 47,2 52,0

15,4% 84,6% 100,0% 88,9% 49,4% 53,1%

8,2% 44,9% 53,1%

1 45 46

4,2 41,8 46,0

2,2% 97,8% 100,0% 11,1% 50,6% 46,9%

1,0% 45,9% 46,9%

9 89 98

9,0 89,0 98,0

9,2% 90,8% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 9,2% 90,8% 100,0% Count

Expec ted Count % within Kejadian ISPA % within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expec ted Count % within Kejadian ISPA % within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expec ted Count % within Kejadian ISPA % within Status Gizi Balita % of Total

Ya

Tidak Kejadian

ISPA

Total

Giz i Kurang

Tidak Gizi Kurang Status Giz i Balita

Total

Chi-Square Tests

5,107b 1 ,024

3,646 1 ,056

5,841 1 ,016

,034 ,024

5,055 1 ,025

98 Pearson Chi-Square

Continuity Correc tiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Tes t Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) have expected count les s than 5. The minimum expected count is 4,22.


(17)

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for Kejadian

ISPA (Ya / Tidak) 8,182 ,982 68,162

For cohort Status Gizi

Balita = Gizi Kurang 7,077 ,920 54,461 For cohort Status Gizi

Balita = Tidak Gizi Kurang ,865 ,764 ,979

N of Valid Cases 98

Konsumsi Obat Cacing

Crosstab

3 54 57

5,2 51,8 57,0

5,3% 94,7% 100,0%

33,3% 60,7% 58,2% 3,1% 55,1% 58,2%

6 35 41

3,8 37,2 41,0

14,6% 85,4% 100,0%

66,7% 39,3% 41,8% 6,1% 35,7% 41,8%

9 89 98

9,0 89,0 98,0

9,2% 90,8% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 9,2% 90,8% 100,0% Count

Expected Count

% within Konsumsi Obat Cacing

% within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expected Count

% within Konsumsi Obat Cacing

% within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expected Count

% within Konsumsi Obat Cacing

% within Status Gizi Balita % of Total

Ya

Tidak Konsumsi Obat

Cacing

Total

Giz i Kurang

Tidak Gizi Kurang Status Giz i Balita


(18)

Chi-Square Tests

2,511b 1 ,113

1,513 1 ,219

2,483 1 ,115

,159 ,110

2,485 1 ,115

98 Pearson Chi-Square

Continuity Correc tiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Tes t Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

1 cells (25,0%) have expected count les s than 5. The minimum expected count is 3,77.

b.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for Konsumsi

Obat Cacing (Ya / Tidak) ,324 ,076 1,381 For cohort Status Gizi

Balita = Gizi Kurang ,360 ,095 1,355

For cohort Status Gizi

Balita = Tidak Gizi Kurang 1,110 ,964 1,277


(19)

Pendidikan Ibu

Crosstab

6 15 21

1,9 19,1 21,0

28,6% 71,4% 100,0% 66,7% 16,9% 21,4% 6,1% 15,3% 21,4%

3 74 77

7,1 69,9 77,0

3,9% 96,1% 100,0% 33,3% 83,1% 78,6% 3,1% 75,5% 78,6%

9 89 98

9,0 89,0 98,0

9,2% 90,8% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 9,2% 90,8% 100,0% Count

Expec ted Count % within Pendidikan Ibu % within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expec ted Count % within Pendidikan Ibu % within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expec ted Count % within Pendidikan Ibu % within Status Gizi Balita % of Total

Rendah

Tinggi Pendidikan

Ibu

Total

Giz i Kurang

Tidak Gizi Kurang Status Giz i Balita

Total

Chi-Square Tests

12,046b 1 ,001

9,269 1 ,002

9,646 1 ,002

,003 ,003

11,923 1 ,001

98 Pearson Chi-Square

Continuity Correc tiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Tes t Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

1 cells (25,0%) have expected count les s than 5. The minimum expected count is 1,93.


(20)

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower

Odds Ratio for Pendidikan

Ibu (Rendah / Tinggi) 9,867 2,217 43,906 For cohort Status Gizi

Balita = Gizi Kurang 7,333 2,000 26,887 For cohort Status Gizi

Balita = Tidak Gizi Kurang ,743 ,565 ,978

N of Valid Cases 98

Pekerjaan Ibu

Crosstab

4 52 56

5,1 50,9 56,0

7,1% 92,9% 100,0% 44,4% 58,4% 57,1% 4,1% 53,1% 57,1%

5 37 42

3,9 38,1 42,0

11,9% 88,1% 100,0% 55,6% 41,6% 42,9% 5,1% 37,8% 42,9%

9 89 98

9,0 89,0 98,0

9,2% 90,8% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 9,2% 90,8% 100,0% Count

Expec ted Count % within Pekerjaan Ibu % within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expec ted Count % within Pekerjaan Ibu % within Status Gizi Balita % of Total

Count

Expec ted Count % within Pekerjaan Ibu % within Status Gizi Balita % of Total

Bekerja

Tidak Bekerja Pekerjaan

Ibu

Total

Giz i Kurang

Tidak Gizi Kurang Status Giz i Balita


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik, dengan menggunakan desain cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa angka kejadian gizi kurang masih tinggi, tercatat pada tahun 2011 ada 39 anak balita yang mengalami gizi kurang dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan gizi kurang pada anak balita di wilayah tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2015. Kegiatan yang dilakukan selama penelitian ini meliputi survei pendahuluan, studi literatur, penulisan proposal, seminar proposal, pengumpulan dan pengolahan data, dan ujian skripsi.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh anak balita yang berumur 12-59 bulan, yang bertempat tinggal di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan yang terdiri dari 35 lingkungan dengan jumlah balita sebanyak 4.914 orang.


(22)

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian anak balita (12-59 bulan) yang tinggal di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan.

a. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan rumus Taro Yamane, pengambilan sampel berdasarkan populasi yang diketahui (Riduwan, 2007) di bawah in :

Keterangan :

n : besar sampel minimum N : Jumlah populasi

d : presisi ditetapkan (d=0,1)

b. Teknik Pengambilan Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara purposive sampling. Hal ini karena area lingkungan yang terlalu luas dan jumlah lingkungan yang terlalu banyak, sehingga untuk menghemat waktu dan biaya digunakan teknik pengambilan sampel secara purposive. Peneliti memilih2 lingkungan dari


(23)

35 lingkungan yaitu lingkungan 19 dan 31 yaitu lingkungan yang dipilih berdasarkan jumlah anak balita yang paling banyak dan yang memiliki masalah kesehatan yang cukup tinggi. Peneliti menjalankan kuesioner dengan mendatangi ke setiap rumah penduduk di lingkungan tersebut. Pada tahap awal peneliti mendatangi satu rumah dan bertanya kepada anggota keluarga yaitu ibu dalam rumah tersebut, apabila terdapat anak balita maka peneliti melanjutkan penelitian dengan memberikan pertanyaan melalui kuesioner yang sudah disediakan. Apabila tidak terdapat anak balita dan keluarga yang bersangkutan tidak ada di tempat maka peneliti melanjutkan ke rumah selanjutnya sampai peneliti mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang di kumpulkan langsung dari hasil wawancara dengan responden mengenai pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pendapatan kepala keluarga, jumlah anak, umur anak balita, jenis kelamin anak balita, mengalami diare dalam 1 bulan terakhir, mengalami kejadian ISPA dalam 1 bulan terakhir, dan mengonsumsi obat cacing (antelmitik) dalam 6 bulan terakhir. Juga dilakukan pengukuran terhadap berat badan anak balita dengan menggunakan timbangan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diambil dari Puskesmas Desa Terjun dan Kantor Camat Medan Marelan dan posyandu-posyandu.


(24)

3.5 Definisi Operasional

3.5.1 Status gizi pada anak balita adalah jika berat badan menurut umur (BB/U) < -2 SD, yang diperoleh dari standar baku antropometri WHO-2005 yaitu : - Gizi buruk (BB/U < -3 SD)

- Gizi kurang (BB/U ≥ -3 s/d < -2 SD)

- Gizi baik (BB/U ≥ -2 s/d ≤ 2 SD)

- Gizi lebih (BB/U >2 SD)

Pada penelitian ini, status gizi anak balita dikategorikan atas: 1. Gizi kurang, yaitu terdiri dari gizi buruk dan gizi kurang 2. Tidak gizi kurang, yaitu terdiri dari gizi baik dan gizi lebih

3.5.2 Pendidikan Ibu adalah jenjang terakhir pendidikan formal yang telah dicapai ibu, yaitu :

- Tidak Sekolah - Sekolah Dasar

- Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) atau Sederajat - Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA)

- Akademik atau Perguruan Tinggi

Pada penelitian ini, pendidikan ibu dikategorikan atas:

1. Rendah, yaitu terdiri dari tidak sekolah, tamatan Sekolah Dasar, dan tamatan SLTP

2. Tinggi, yaitu terdiri dari tamatan SLTA dan Akademik ataupun Perguruan Tinggi

3.5.3 Pekerjaan Ibu adalah kegiatan Ibu yang menghasilkan pendapatan, yaitu: - Pegawai Negeri Sipil (PNS)

- Wiraswasta

- Karyawan

- Petani

- Ibu Rumah Tangga

Pada penelitian ini, Pekerjaan ibu dikategorikan atas:

1. Bekerja, yaitu terdiri dari PNS, Wiraswasta, Karyawan, dan Petani 2. Tidak bekerja, yaitu Ibu Rumah Tangga


(25)

3.5.4 Pendapatan kepala keluarga adalah jumlah uang yang dihasilkan kepala keluarga per bulan dalam satuan rupiah, yang dikelompokkan berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2012.

Pada penelitian ini, pendapatan keluarga dikategorikan atas: 1. Pendapatan < Rp. 1.200.000,00

2. Pendapatan ≥ Rp. 1.200.000,00

3.5.5 Jumlah anak adalah jumlah anak kandung ataupun tidak yang dibiayai oleh keluarga.

3.5.6 Umur anak balita adalah usia balita dalam hitungan bulan 12-59 bulan.

3.5.7 Jenis Kelamin adalah jenis kelamin balita yang merupakan objek penelitian.

3.5.8 Kejadian diare adalah anak balita yang mengalami diare (defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan/tanpa darah dan lendir dalam tinja) dalam waktu satu bulan terakhir.

3.5.9 Kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah penyakit infeksi saluran pernafasan dengan gejala batuk, pilek, dan disertai demam ataupun tidak dalam waktu satu bulan terakhir.

3.5.10 Konsumsi obat cacing (antelmintik) adalah anak balita yang mengonsumsi obat cacing selama 6 bulan terakhir.


(26)

3.6 Aspek Pengukuran

Variabel yang diukur dan dianalisa dalam penelitian ini adalah :

No Variabel Cara dan Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Status gizi Menimbang BB 1. Gizi Kurang

2. Tidak Gizi Kurang

Ordinal

2 Pekerjaan Ibu Wawancara 1. Bekerja

2. Tidak Bekerja

Ordinal

3 Tingkat

Pendidikan Ibu

Wawancara 1. Rendah

2. Tinggi

Ordinal

4 Pendapatan KK Wawancara 1. Kurang

2. Lebih

Ordinal

Jumlah Anak Wawancara 1. ≤ 2 anak

2. > 2 anak

Ordinal

5 Jenis Kelamin Wawancara 1. Laki-laki

2. Perempuan

Ordinal

6 Kejadian Diare Wawancara 1. Diare

2. Tidak Diare

Ordinal

7 Kejadian ISPA Wawncara 1. ISPA

2. Tidak ISPA

Ordinal

8 Konsumsi Obat

Cacing

Wawancara 1. Tidak

2. Ya

Ordinal

3.7 Teknik Analisa Data 3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat karakteristik dan distribusi frekuensi variable independen yang meliputi faktor ibu (pendidikan dan pekerjaan) dan faktor anak balita (umur, jenis kelamin, kejadian diare, kejadian ISPA, dan konsumsi obat cacing, dan adanya pantangan makanan tertentu).


(27)

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Analisis ini digunakan dengan menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), sehingga apabila ditemukan hasil analisis statistik p < 0,05 maka variabel tersebut dinyatakan berhubungan secara signifikan.

Untuk mengetahui risiko, pengukuran yang digunakan adalah dengan rumus :

RP = A/(A+B) : C/(C+D) Keterangan :

A/(A+B) : proporsi gizi kurang yang mempunyai faktor risiko C/(C+D) : proporsi gizi kurang yang tidak mempunyai faktor risiko


(28)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografis

Kelurahan rengas pulau merupakan salah satu kelurahan dari lima (5) kelurahan yang teremasuk ke dalam wilayah Kecamatan Medan Marelan dengan luas wilayah 1.050 Ha. Dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan

: Jln. Kapt. Rahmad Buddin, Jln. Titi Pahlawan

- Sebelah selatan berbatasan dengan

: Kelurahan Tanah Enam Ratus

- Sebelah timur berebatasan dengan

: Sei Deli

- Sebelah barat berbatasan dengan

: Kelurahan Terjun

Kelurahan rengas pulau terletak di utara Kota Medan dan diperuntukkan sebagai pemukiman penduduk, pertokoan, dan juga perdagangan.

4.1.2 Demografi

Kelurahan Rengas Pulau terdiri dari 35 lingkungan dengan jumlah penduduk sebesar 52.131 jiwa dari 11.254 kepala keluarga. Sebesar 8.327 orang


(29)

(80,2%) memiliki mata pencaharian sebagai karyawan pabrik, sebesar 1.039 orang (sebesar 715 orang (6,9%) bermata pencaharian sebagai Pedagang,

Tabel 4.1 Distribusi Pekerjaan Penduduk di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2011

No Pekerjaan f %

1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 302 2,9

2 TNI, POLRI 45 0,4

3 Pensiunan PNS/ABRI/POLRI 287 2,8

4 Pegawai Swasta 313 3,0

5 Wiraswasta 715 6,9

6 Pertukangan 125 1,2

7 Petani 274 2,6

8 Karyawan Pabrik 8.327 80,2

JUMLAH 10.388 100,0

Sumber: Profil kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan tahun 2011

Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Anak Balita Per Lingkungan di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2011

No Nama Lingkungan Jumlah Balita

1 Lingkungan 1 156

2 Lingkungan 2 138

3 Lingkungan 3 122

4 Lingkungan 4 132

5 Lingkungan 5 129


(30)

7 Lingkungan 7 142

8 Lingkungan 8 124

9 Lingkungan 9 145

10 Lingkungan 10 119

11 Lingkungan 11 137

12 Lingkungan 12 140

13 Lingkungan 13 154

14 Lingkungan 14 142

15 Lingkungan 15 146

16 Lingkungan 16 125

17 Lingkungan 17 150

18 Lingkungan 18 156

19 Lingkungan 19 236

20 Lingkungan 20 134

21 Lingkungan 21 137

22 Lingkungan 22 128

23 Lingkungan 23 135

24 Lingkungan 24 140

25 Lingkungan 25 126

26 Lingkungan 26 147

27 Lingkungan 27 138

28 Lingkungan 28 143

29 Lingkungan 29 132


(31)

31 Lingkungan 31 135

32 Lingkungan 32 148

33 Lingkungan 33 132

34 Lingkungan 34 96

35 Lingkungan 35 92

JUMLAH 4.914

Sumber: Profil kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan tahun 2011

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi proporsi dari variabel-variabel independen yang berhubungan dengan gizi kurang pada anak balita. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka variabel yang dianalisis secara univariat adalah sebagai berikut:

4.2.1 Kejadian Gizi Kurang Pada Balita

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Status Gizi di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Status Gizi f %

Gizi Kurang Tidak Gizi Kurang

9 89

9,2 90,8

Jumlah 98 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa proporsi prevalens status gizi anak balita di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 dengan status tidak gizi kurang 90,8% dan gizi kurang 9,2%.


(32)

(33)

4.2.2 Deskripsi Karakteristik Anak Balita a. Umur dan Jenis Kelamin

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Karakteristik Anak Balita f %

Umur (bulan) 12-36 37-59

49 49

50 50

Jumlah 98 100

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

48 50

49 51

Jumlah 98 100

Berdasarkan tabel di atas, proporsi anak balita berdasarkan umur yaitu pada umur 12-36 bulan terdapat 49 orang (50%) dan pada umur 37-59 bulan terdapat 49 orang (50%). Dan proporsi anak balita berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan sebesar 50 orang (51%) dan laki-laki sebesar 48 orang (49%).


(34)

b. Kejadian Diare dan Kejadian ISPA

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Kejadian Diare Dan ISPA di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Kejadian Penyakit f %

Diare Ya Tidak

16 82

16,3 83,7

Jumlah 98 100,0

ISPA Ya Tidak

52 46

53,1 46,9

Jumlah 98 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa proporsi kejadian diare pada anak balita selama 1 bulan terakhir sebesar 16 orang (16,3%) dan kejadian ISPA pada anak balita selama 1 bulan terakhir sebesar 52 orang (53,1%).

c. Konsumsi Obat Cacing (antelmintik)

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Perilaku Konsumsi Obat Cacing di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Konsumsi Obat Cacing f %

Tidak 41 41,8

Ya 57 58,2


(35)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa proporsi anak balita yang mengonsumsi obat cacing (antelmintik) yaitu 57 orang (58,2%) sedangkan yang tidak mengonsumsi obat cacing (antelmintik) yaitu 41 orang (41,8%).


(36)

4.2.3 Deskripsi Karakteristik Ibu

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Responden Menurut Karakteristik Ibu di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Karakteristik Ibu f %

Pendidikan Ibu

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Akademik/PT 1 8 12 67 10 1,0 8,2 12,2 68,4 10,2

Jumlah 98 100,0

Pekerjaan Ibu PNS Petani Karyawan Wiraswasta Tidak bekerja/IRT 2 2 25 27 42 2,0 2,0 25,5 27,6 43,9

Jumlah 98 100,0

Pendapatan Keluarga Pendapatan < 1.200.000 Pendapatan ≥ 1.200.000

13 85

13,3 86,7

Jumlah 98 100,0

Jumlah Anak


(37)

≤ 2 anak 74 75,5

Jumlah 98 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa proporsi responden berdasarkan karakteristik ibu untuk tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tamat SLTA yaitu 67 orang (68,4%) dan responden yang tidak tamat SD adalah 1 orang (1,0%). Dari segi pekerjaan ibu yang paling besar adalah tidak bekerja/IRT yaitu 42 orang (43,9%) dan yang paling sedikit adalah petani dan PNS yaitu masing-masing 2 orang (2,0%).

Berdasarkan pendapatan keluarga, yang memiliki pendapatan lebih dari Rp. 1.200.000,00 adalah 85 orang (86,7%) sedangkan pendapatan kurang atau sama dengan Rp. 1.200.000,00 adalah 13 orang (13,3%). Dari jumlah anak, diketahui bahwa yang mempunyai anak kurang atau sama dengan dua yaitu sebesar 74 orang (75,5%) dan lebih dari 2 anak yaitu sebesar 24 orang (24,5%).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Umur dengan Status Gizi Pada Anak Balita

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Umur dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Umur (bulan)

Status Gizi

Total x2/p RP*

(95% CI)

Gizi Kurang

Tidak Gizi Kurang

f (%) f (%) f (%)


(38)

37-59 4 8,2 45 91,8 49 100 0,727 (0,357- 4,379)

*RP : Ratio Prevalens

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens status gizi kurang pada anak balita dengan umur 12-36 bulan adalah 10,2%, sedangkan pada anak dengan umur 37-59 bulan adalah 8,2%. Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50%) yang mempunyai expected count <5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur balita dengan status gizi anak balita.


(39)

4.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Gizi Pada Anak Balita

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Jenis Kelamin

Status Gizi

Total x2/p RP*

(95% CI)

Gizi Kurang Tidak Gizi Kurang

f (%) f (%) f (%)

Laki-laki 4 8,3 44 91,7 48 100 0,082/

0,775

0,833 (0,238-

2,919)

Perempuan 5 10,0 45 90,0 50 100

*RP : Ratio Prevalens

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens status gizi kurang pada anak balita dengan jenis kelamin laki-laki adalah 8,3%, sedangkan pada anak dengan jenis kelamin perempuan adalah 10%. Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50%) yang mempunyai expected count <5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin anak balita dengan status gizi anak balita.


(40)

4.3.3 Hubungan Kejadian Diare dengan Status Gizi Pada Anak Balita Tabel 4.10 Tabulasi Silang Kejadian Diare dengan Status Gizi Anak

Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Diare

Status Gizi

Total x2/p RP*

(95% CI)

Gizi Kurang

Tidak Gizi Kurang

f (%) f (%) f (%)

Ya 7 43,8 9 56,3 16 100 27,394/

0,000

17,938 (4,094- 78,590)

Tidak 2 2,4 80 97,6 82 100

*RP : Ratio Prevalens

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens status gizi kurang pada anak balita dengan yang pernah menderita diare dalam satu bulan terakhir adalah 43,8%, sedangkan pada anak yang tidak mengalami diare adalah 2,4%. Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 1 sel (25%) yang mempunyai expected count <5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p<0,05 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara riwayat diare dengan status gizi anak balita. Rasio prevalens status gizi kurang anak balita yang menderita diare dalam satu bulan terakhir dan tidak menderita diare sebesar 17,938 dengan 95%CI (4,094-78,590).


(41)

4.3.4 Hubungan Kejadian ISPA dengan Status Gizi Pada Anak Balita Tabel 4.11 Tabulasi Silang Kejadian ISPA dengan Status Gizi Anak Balita

di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

ISPA

Status Gizi

Total x2/p RP*

(95% CI)

Gizi Kurang

Tidak Gizi Kurang

f (%) f (%) f (%)

Ya 8 15,4 44 84,6 52 100 5,107/

0,024

7,077 (0,920- 54,461)

Tidak 1 2,2 45 97,8 46 100

*RP : Ratio Prevalens

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens status gizi kurang pada anak balita yang menderita ISPA dalam satu bulan terakhir adalah 15,4%, sedangkan pada anak balita yang tidak menderita ISPA adalah 2,2%. Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50%) yang mempunyai expected count <5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p<0,05 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara riwayat ISPA dengan status gizi anak balita. Rasio prevalens status gizi kurang anak balita yang menderita ISPA dalam satu bulan terakhir dan tidak menderita ISPA sebesar 7,077 dengan 95%CI (0,920-54,461).


(42)

4.3.5 Hubungan Konsumsi Obat Cacing dengan Status Gizi Pada Anak Balita

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Konsumsi Obat Cacing dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Konsumsi Obat Cacing

Status Gizi

Total x2/p RP*

(95% CI)

Gizi Kurang

Tidak Gizi Kurang

f (%) f (%) f (%)

Tidak 6 14,6 35 85,4 41 100 2,511/

0,113

0,360 (0,095-

1,355)

Ya 3 5,3 54 94,7 57 100

*RP : Ratio Prevalens

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens status gizi kurang pada anak balita yang tidak mengonsumsi obat cacing adalah 14,6%, sedangkan pada anak yang mengonsumsi obat cacing adalah 5,3%. Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 1 sel (25%) yang mempunyai expected count <5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi obat cacing dengan status gizi anak balita.


(43)

4.3.6 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Pada Anak Balita Tabel 4.13 Tabulasi Silang Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Anak

Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Tingkat Pendidikan

Ibu

Status Gizi

Total x2/p RP*

(95% CI)

Gizi Kurang

Tidak Gizi Kurang

f (%) f (%) f (%)

Rendah 6 28,6 15 71,4 21 100 12,046/

0,001

7,333 (2,000- 26,887)

Tinggi 3 3,9 74 96,1 77 100

*RP : Ratio Prevalens

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens status gizi kurang pada anak balita dengan pendidikan ibu rendah adalah 28,6%, sedangkan pada anak dengan pendidikan ibu tinggi adalah 3,9%. Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 1 sel (25%) yang mempunyai expected count <5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p<0,05 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan status gizi anak balita. Rasio prevalens status gizi kurang anak balita pada ibu yang berpendidikan rendah dan tinggi sebesar 7,333 dengan 95%CI (2,000-26,887).


(44)

4.3.7 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Pada Anak Balita

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Pekerjaan Ibu

Status Gizi Total

x2/p RP* (95%

CI)

Gizi Kurang Tidak Gizi Kurang

f (%) f (%) f (%)

Bekerja 4 7,1 52 92,9 56 100 0,653/

0,419

0,600 (0,171-

2,099) Tidak

Bekerja

5 11,9 37 88,1 42 100

*RP : Ratio Prevalens

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens status gizi kurang pada anak balita dengan ibu yang bekerja adalah 7,1%, sedangkan pada anak bakita dengan ibu yang tidak bekerja adalah 11,9%. Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 1 sel (25%) yang mempunyai expected count <5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak balita.


(45)

4.3.8 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Pada Anak Balita

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Pendapatan Keluarga

Status Gizi Total

x2/p RP* (95% CI)

Gizi Kurang

Tidak Gizi Kurang

f (%) f (%) f (%)

< 1.200.000 3 23,1 10 76,9 13 100 3,469/ 0,063

3,269 (0,930-11,491)

≥ 1.200.000 6 7,1 79 92,9 85 100

*RP : Ratio Prevalens

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens status gizi kurang pada anak balita dengan pendapatan keluarga > 1.200.000 adalah 23,1%, sedangkan pada anak dengan pendapatan keluarga ≥ 1.200.000 adalah 7,1%. Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 1 sel (25%) yang mempunyai expected count <5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak balita.


(46)

4.3.9 Hubungan Jumlah Anak dengan Status Gizi Pada Anak Balita

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Jumlah Anak

Status Gizi

Total x2/p RP* (95% CI)

Gizi Kurang

Tidak Gizi Kurang

f (%) f (%) f (%)

> 2 anak 5 20,8 19 79,2 24 100 5,172/ 0,023

3,854 (1,125- 13,206)

≤ 2 anak 4 5,4 70 94,6 74 100

*RP : Ratio Prevalens

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens status gizi kurang pada anak balita dengan jumlah anak dalam keluarga > 2 orang adalah 20,8%, sedangkan pada anak dengan jumlah anak dalam keluarga ≤ 2 orang adalah 5,4%. Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 1 sel (25%) yang mempunyai expected count <5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p<0,05 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan status gizi anak balita. Rasio prevalens status gizi kurang anak balita pada jumlah anak > 2 orang dan ≤ 2 orang sebesar 3,854 dengan 95%CI (1,125-13,206).


(47)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Proporsi prevalens Status Gizi

Proporsi prevalens status gizi anak balita di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.1 Diagram Pie Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita BB/U di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa proporsi prevalens gizi kurang sebesar 9,2%. Pada Tahun 2008, tercatat balita yang dinyatakan gizi kurang di Desa Bajomulyo sebesar 24% dengan jumlah 12 balita dari 50 balita (lutviana & Budiono, 2009). Prevalensi anak balita yang mengalami gizi kurang


(48)

dan buruk di daerah Timor Tengah Utara masih tinggi yaitu sebesar 3,3% (Riyadi, dkk, 2011)

Persentase tersebut ternyata lebih rendah dari penelitian Ninik tahun 2005 di Bentokan Demak Semarang dengan prevalensi gizi kurang sebesar 25,5%. Meskipun demikian, kejadian gizi kurang tetaplah menjadi masalah kesehatan di masyarakat yang dapat mengakibatkan terganggunya proses pertumbuhan di masa yang akan datang (Ninik, 2005).

5.1.2 Karakteristik Anak Balita a. Umur Balita

Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Umur Anak Balita di Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012

Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Umur anak mempengaruhi kuantitas ibu untuk pengasuhan. Pada anak di bawah dua tahun perhatian dan kasih saying ibu lebih tercurah kepada anak tersebut karena anak belum mandiri dan sangat membutuhkan bantuan ibu sebagai pengasuh utama. Di atas umur dua


(49)

tahun anak makin mandiri dan mempunyai jaringan social yang lebih luas dan ketergantungan dengan sosok ibu mulai berkurang (Sudjasmin, 1993).

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa proporsi umur balita tidak memiliki perbedaan yang signifikan, yaitu pada umur 12-36 bulan sebesar 50% dan laki-laki juga sebesar 50%. Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi pada status gizi pada periode siklus kehidupan berikutnya (Azrul, 2004). Hal ini diasumsikan bahwa proporsi berdasarkan umur tidak bervariasi.

b. Jenis Kelamin

Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Jenis Kelamin Anak Balita di Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012

Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa proporsi laki-laki dan perempuan relatif sama banyaknya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hermansyah (2002) di Kota Sawah Lunto didapatkan bahwa perempuan 53% dan laki-laki 46,7%.


(50)

Dari hasil penelitian Puspitasari tahun 2012 menunjukkan bahwa proporsi balita gizi kurus lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Dalam (Soetjiningsih, 1995) menyatakan bahwa pada masyarakat tradisional anak perempuan mempunyai status yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki (Puspitasari, 2012).

c. Diare

Gambar 5.4 Diagram Pie Proporsi Kejadian Diare pada Anak Balita di Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012

Menurut Arisman, penyakit infeksi akan menyebabkan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu menghilangkan bahan makanan melalui muntah dan diare sehingga menurunkan nafsu makan. Menurut Scrimshaw dalam penelitian Ernawati Menyatakan bahwa dampak diare terhadap keadaan gizi dan pertumbuhan lebih dahsyat dari pada infeksi lain karena selama diare terjadi gangguan masukan, gangguan absorbs, dan gangguan metabolism secara bersamaan (Ernawati, 2006)


(51)

Diare menjadi penyebab kematian terbanyak nomor dua pada anak berusia di bawah lima tahun dengan 1,5 juta anak meninggal tiap tahunnya. Diare juga merupakan penyebab utama kejadian malnutrisi pada anak berusia di bawah lima tahun ( WHO, 2009).

Prevalensi diare pada kelompok umur 1 - 4 tahun di Indonesia sebanyak 16,7% dan merupakan prevalensi terbanyak dibandingkan kelompok umur lainnya. Data yang dilaporkan dalam Riskesdas 2007 menunjukkan diare sudah menjadi penyebab kematian terbanyak pada balita di Indonesia dengan proporsi 25,2% ( Riskesdas, 2007).

d. ISPA

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Kejadian ISPA pada Anak Balita di Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012

Menurut penelitian Tarigan tahun 2001, penyakit infeksi dalam tubuh akan membawa pengaruh terhadap keadaan gizi pada anak. Akibat dari infeksi adalah menurunnya nafsu makan anak sehingga anak menolak makanan yang diberikan. Adanya infeksi mengakibatkan terjadinya penghancuran jaringan tubuh, baik oleh bibit penyakit itu sendiri maupun penghancuran untuk memperoleh protein yang


(52)

diperlukan oleh tubuh. Penyakit infeksi akan memperburuk keadaan gizi, sebaliknya keadaan gizi yang buruk akibat infeksi akan memperlemah kemampuan anak untuk melawan infeksi. Siklus udara yang tidak sehat di sekitar balita akan memicu munculnya ISPA maka berat badan anak akan turun dan ini akan berpengaruh pada status gizi balita tersebut (Puspitasari, 2012)

Menurut Riskesdas 2007, prevalensi ISPA di Indonesia adalah 25,5% dan propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu propinsi yang mempunyai prevalensi di atas angka nasional yaitu 29,08%. Prevalensi tertinggi pada balita (>35%), sedangkan prevalensi terendah pada kelompok umur 15-24 tahun. Begitu juga dengan prevalensi ISPA yang tertera pada diagram di atas, sebesar 53,1% balita mengalami ISPA, sehingga angka tersebut berada di atas angka nasional (Riskesdas, 2007)


(53)

e. Konsumsi Obat Cacing

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Konsumsi Obat Cacing di Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012

Cacing yang tinggal di usus manusia memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kejadian penyakit, misalnya kurang gizi (Fauzi, dkk, 2013). Dari diagram di atas terlihat bahwa sebesar 58,2% anak balita telah mengonsumsi obat cacing. Hal ini dapat diasumsikan bahwa telah adanya kesadaran dari orang tua untuk mencegah terjadinya kecacingan pada anak.


(54)

5.1.3 Karakteristik Ibu a. Pendidikan Ibu

Gambar 5.7 Diagram Bar Proporsi Pendidikan Ibu di Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012

Dapat diketahui dari diagram di atas bahwa sebesar 68,4% ibu memiliki pendidikan tamat SLTA. Meningkatnya pendidikan wanita menimbulkan kesadaran untuk mengembangkan diri maupun mengaktualisasi potensi dalam bentuk merintis karier maupun melakukan kegiatan sosial. Di era globalisasi tuntutan kebutuhan akan ekonomi yang semakin meningkat membuat para ibu harus bekerja untuk menambah pendapatan keluarga (Engle, 2000). Ibu yang berpendidikan lebih baik cenderung lebih mudah menerima informasi gizi dan menerapkan pengetahuannya dalam mengasuh anak dan dalam praktek pemberian makan pada anak. Apalagi di Indonesia, biasanya ibu yang mengambil peranan paling besar dalam mengasuh anak, sehingga tingkat pendidikan ibu lebih


(55)

berpengaruh terhadap status gizi anak dibandingkan dengan tingkat pendidikan bapak ( Putrid an Wahyono, 2013).

b. Pekerjaan Ibu

Gambar 5.8 Diagram Bar Proporsi Pekerjaan Ibu di Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012

Salah satu dampak negative yang ditimbulkan sebagai akibat dari bekerjanya ibudi luar rumah adalah ketelantaran anak, sebab anak balita bergantng pada pengasuhnya. Demikian juga yang dikemukakan Luciasari bahwa ibu yang bekerja di luar rumah cenderung memiliki waktu yang lebih terbatas untuk melaksanakan tugas rumah tangga dibnadingkan ibu yang tidak bekerja, oleh karena itu pola pengasuhan anak akan berpengaruh dan pada akhirnya pertumbuhan dan perkembangan anak juga akan tergnggu

Besar proporsi Ibu yang bekerja dan tidak bekerja relatif sama besar, hal ini sejalan dengan penelitian dari Kristianti, dkk tahun 2013 di Pontianak yaitu pada ibu yang bekerja sebesar 52,5% dan yang tidak bekerja sebesar 47,5%.


(56)

c. Pendapatan Keluarga

Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi Pendapatan Keluarga di Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012

Menurut (Dini Latief, dkk, 2000) bahwa kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang dengan menduduki posisi pertama pada kondisi umum masyarakat. Masalah utama penduduk miskin pada umumnya sangat tergantung pada pendapatan per hari yang pada umumnya tidak dapat mencukupi kebutuhan dasar secara normal. Penduduk miskin cenderung tidak mempunyai cadangan pangan karena daya belinya rendah ( Puspitasari, 2006).

Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa sebagian besar keluarga memiliki pendapatan di atas Rp. 1.200.000,00, tetapi bukan berarti keluarga tersebut tidak memiliki masalah kesehatan mengenai gizi.


(57)

d. Jumlah Anak

Gambar 5.10 Diagram Pie Proporsi Jumlah Anak Ibu di Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012

Jumlah anggota keluarga juga berperan dalam pertumbuhan, yaitu pada keluarga kecil pertumbuhan anak lebih baik dibandingkan pada keluarga besar. Keluarga akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanan jika anggota keluarga sedikit. Dari penelitian Rimelfhi, menyatakan bahwa gizi kurang sebesar 85,5% diderita oleh keluarga dengan jumlah anak lebih dari dua orang (Rimelfhi, dkk, 2013).

Dapat dilihat dari diagram di atas bahwa jumlah anak ≤ 2 orang dalam satu

keluarga sebesar 75,5%. Sedangkan berdasarkan penelitian Rosmana tahun 2003

di Serang Banten adalah sebesar 58,4% mempunyai anak ≤ 2 orang dan 41,6%


(58)

5.2 Analisi Bivariat

5.2.1 Hubungan Umur Balita dengan Status Gizi Anak Balita BB/U

Gambar 5.11 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Pada penelitian ini dihasilkan bahwa umur balita dan status gizi tidak memiliki hubungan yang signifikan tetapi persentase gizi kurang pada umur 12-36 bulan lebih besar dibandingkan umur 37-59 yaitu secara berurutan sebesar 10,2% dan 8,2%.

Hal ini sejalan dengan teori bahwa usia balita terutama pada usia 1-3 tahun merupakan masa pertumbuhan yang cepat (growth spurt), baik fisik maupun otak sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang paling banyak dibandingkan masa-masa berikutnya. Pada masa-masa ini anak sering mengalami kesulitan makan, apabila kebutuhan nutrisi tidak ditangani dengan baik maka akan mudah terjadi kekurangan energi protein (Nofelia, 2006).


(59)

5.2.2 Hubungan Jenis Kelamin Balita dengan Status Gizi Anak Balita BB/U

Gambar 5.12 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi kurang pada perempuan sebesar 10% sedangkan pada laki-laki sebesar 8,3%. Mengenai ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan status gizi balita, penelitian ini sama dengan penelitian dari Istiono, dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan asosiasi yang signifikan antara jenis kelamin dengan status gizi anak balita (Istiono, 2009).

Menurut Almatsier, tingkat kebutuhan pada anak laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan perempuan. Begitu juga dengan kebutuhan energi, sehingga laki-laki mempunyai peluang untuk menderita KEP yang lebih tinggi daripada perempuan apabila kebutuhan akan protein dan energinya tidak terpenuhi dengan baik. Kebutuhan yang tinggi ini disebabkan aktivitas anak laki-laki lebih


(60)

dibandingkan dengan anak perempuan sehingga membutuhkan gizi yang tinggi (Almatsier, 2004).

5.2.3 Hubungan Kejadian Diare dengan Status Gizi Anak Balita BB/U

Gambar 5.13 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Kejadian Diare di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Pada penelitian ini, terdapat balita yang mengalami gizi kurang lebih banyak terjadi pada balita diare (43,8%) dan memilki hubungan yang signifikan antara kejadian diare dengan status gizi balita dengan nilai Rasio Prevalens status gizi kurang anak balita yang menderita diare dan tidak menderita diare sebesar 17,938 dengan 95%CI (4,094-78,590).

Telah diketahui bahwa diare merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua pada anak berusia di bawah lima tahun dengan 1,5 juta anak meninggal tiap tahunnya. Diare juga merupakan penyebab utama kejadian malnutrisi pada anak berusia di bawah lima tahun (WHO, 2009). Berdasarkan


(61)

hasil penelitian Rosary, balita yang mengalami gizi kurang lebih banyak terjadi pada balita diare (18,9%) dibandingkan dengan balita tidak diare (14,8%) (Rosary, 2013).

5.2.4 Hubungan Kejadian ISPA dengan Status Gizi Anak Balita BB/U

Gambar 5.14 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Kejadian ISPA di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Dari hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara ISPA dengan status gizi balita dengan nilai p = 0,014. Hal ini menunjukkan bahwa balita yang mengalami ISPA sebesar 15,4% dan pada balita yang tidak mengalami ISPA sebesar 2,2%. Rasio prevalens status gizi kurang anak balita yang menderita ISPA dan tidak menderita ISPA sebesar 7,077 dengan 95%CI (0,920-54,461)

Dalam Supariasa menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus, dan parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan


(62)

interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi (Supariasa, 2001).

Anak yang tidak mendapat cukup makanan gizi seimbang memiliki daya tahan yang rendah terhadap penyakit, sehingga mudah terserang infeksi, sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi seperti diare dan ISPA dapat mengakibatkan asupan gizi tidak dapat diserap dengan baik, sehingga berakibat pada gizi buruk (Festi, 2010).

5.2.5 Hubungan Konsumsi Obat Cacing dengan Status Gizi Anak Balita BB/U

Gambar 5.15 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Konsumsi Obat Cacing di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi obat cacing dengan status gizi anak balita. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Festi tahun 2010 di Surabaya yang memperoleh


(63)

nilai p = 0,310 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan penyakit cacingan (Festi, 2010).

Walaupun berdasarkan teori bahwa penyakit infeksi seperti kecacingan yang menyerang anak menyebabkan gizi anak menjadi buruk. Memburuknya keadaan gizi anak akibat penyakit infeksi adalah akibat beberapa hal antara lain : turunnya nafsu makan anak akibat rasa tidak nyaman yang dialami, sehingga masukan zat gizi berkurang padahal anak justru memerlukan zat gizi yang lebih banyak terutama untuk mengganti jaringan tubuhnya yang rusak akibat bibit penyakit itu, penyakit infeksi sering dibarengi oleh diare dan muntah yang menyebabkan penderita kehilangan cairan dan sepuluh zat gizi seperti berbagai mineral dan sebagainya, dan adanya diare menyebabkan penyerapan zat gizi makanan juga terganggu, sehingga keseluruhan mendorong terjadinya gizi buruk, naiknnya metabolism basal akibat demam dapat menyebabkan termobilisasi nya cadangan energi dalam tubuh. Penghancuran jaringan tubuh oleh bibit penyakit juga akan semakin banyak dan untuk menggantinya diperlukan masukan protein yang lebih banyak (Gandahusada, 2000).


(64)

5.2.6 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita BB/U

Gambar 5.16 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Dari hasil penelitian didapat bahwa jumlah anak balita gizi kurang pada ibu yang berpendidikan rendah sebesar 28,6%, sedangkan jumlah anak balita pada ibu yang berpendidikan tinggi hanya sebesar 3,9% dengan nilai Rasio Prevalens status gizi kurang anak balita pada ibu yang berpendidikan rendah dan tinggi sebesar 7,333 dengan 95%CI (2,000-26,887). Hal ini juga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu terhadap status gizi anak balita. Hasil penelitian Lisbeth Rimelfhi, dkk di daerah pusat dan pinggiran kota padang menunjukkan bahwa status gizi anak berhubungan dengan tingkat pendidikan ibu (Rimelfhi, dkk, 2013).

Status gizi dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung status gizi dipengaruhi oleh masukan zat gizi dan


(65)

secara tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karakteristik keluarga. Diantara karakteristik keluarga, karakteristik ibu ikut menentukan keadaan gizi anak. Karakteristik ibu antara lain tingkat pendidikan ibu, pengetahuan gizi, dan pekerjaan ibu (Sedioetama, 2004).

Pendidikan ibu merupakan modal penting dalam penyusunan makanan keluarga, pengasuhan dan perawatan anak (Suhardjo, 2003). Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi dan kesehatan.Demikian juga wanita yang tidak berpendidikan biasanya mempunyai anak lebih banyak dibandingkan yang berpendidikan lebih tinggi. Mereka yang berpendidikan lebih rendah umumnya sulit diajak memahami dampak negatif dari bahaya mempunyai anak banyak, sehingga anaknya kekurangan kasih sayang, kurus dan menderita penyakit infeksi (Farida, dkk, 2004).


(66)

5.2.7 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita BB/U

Gambar 5.17 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Berdasarkan pekerjaan ibu, hasil penelitian ini terlihat bahwa sebesar 7,1% anak mengalami gizi kurang pada ibu yang bekerja dan sebesar 11,9% anak mengalami gizi kurang pada ibu yang tidak bekerja. Setelah diuji dengan menggunakan uji chi-square diperoleh bahwa tidak ada hubungan asosiasi yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan status gizi kurang. Menurut penelitian Kristianti, dkk diperoleh nilai p = 0,805 sehingga juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pekerjaan dan status gizi (Kristianti, dkk, 2013). Begitu juga dengan hasil penelitian dari Meikawati, bahwa status bekerja ibu dengan status gizi balita tidak memilki hubungan yang signifikan, hal ini diperoleh dari nilai p = 0,822 (Meikawati, 2008).


(67)

(68)

5.2.8 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Anak Balita BB/U

Gambar 5.18 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa gizi kurang pada anak balita dengan pendapatan keluarga kurang adalah 23,1% sedangkan pada pendapatan keluarga yang lebih sebesar 7,1%. Diperoleh bahwa p = 0,075, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak balita.

Hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian dari Lisbeth Rimelfhi, dkk, yang menunjukkan bahwa keluarga dengan status ekonomi rendah didapat 100% gizi kurang dan 0% status gizi kurang pada keluarga dengan status ekonomi baik. Sehingga didapat nilai p<0,05 yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan status sosial ekonomi keluarga (Rimelfhi, 2014).


(69)

Kemiskinan atau pendapatan keluarga yang sangat rendah sangat berpengaruh kepada kecukupan gizi keluarga (Arlim, 2002). Kekurangan gizi berhubungan dengan sindroma kemiskinan. Menurut Soehardjo jumlah pangan yang dikonsumsi keluarga dipengaruhi oleh status ekonomi. Tetapi Soehardjo juga menambahkan bahwa pengeluaran yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan (Suhardjo, 2003).

5.2.9 Hubungan Jumlah Anak dengan Status Gizi Anak Balita BB/U

Gambar 5.19 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

Dari hasil penelitian terdapat bahwa proporsi prevalens status gizi kurang pada anak balita dengan jumlah keluarga ≤ 2 orang adalah 5,4% sedangkan pada keluarga dengan jumlah keluarga > 2 orang adalah 20,8%. Dari hasil analisis statistic menunjukkan ada hubungan asosiasi yang signifikan antara jumlah anak dengan status gizi anak balita dengan Rasio Prevalens status gizi kurang anak


(70)

Hal ini sesuai dengan pendapat suharjo yang menyatakan dimana anak-anak yang tumbuh dalam satu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga lainnya dan anak yang kecil biasanya paling terpengaruh oleh kurang pangan. Sebab dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak –anak yang sangat muda perlu zat gizi yang relative banyak dari pada anak-anak yang lebih tua. Dengan demikian anak-anak yang lebih muda mungkin tidak diberi cukup makanan yang memenuhi kebutuhan gizi (Suhardjo, 2003).

Menurut Suhardjo mengatakan bahwa hubungan sangat nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar mungkin hanya cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar. Seperti juga yang dikemukakan Berg dan Sayogyo , bahwa jumlah anak yang menderita kelaparan pada keluarga besar empat kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga kecil. Anak-anak yang mengalami gizi kurang pada keluarga beranggotakan banyak, lima kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga beranggota sedikit (Berg dan Sayogyo,1986).


(71)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

6.1.1 Proporsi prevalens status gizi anak balita di kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 adalah status gizi baik 90,8% dan status gizi kurang 9,2%.

6.1.2 Persentase jenis kelamin anak balita terbanyak pada perempuan yaitu 51%, umur balita 12-36 bulan dan 37-59 bulan yaitu 50%, tidak menderita diare selama satu bulan terakhir yaitu 83,7%, yang menderita ISPA selama satu bulan terakhir yaitu 53,1%, dan konsumsi obat cacing selama 6 bulan terakhir yaitu 58,2%. Pada karakteristik Ibu, persentase yang terbanyak berdasarkan pendidikan adalah tamat SLTA yaitu 68,4%, pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga yaitu 43,9%, pendapatan keluarga lebih besar dari Rp. 1.200.000,00 yaitu 86,7%, dan jumlah anak 1-2 orang yaitu 75,5%.

6.1.3 Ada hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit diare dengan status gizi anak balita

6.1.4 Ada hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit ISPA dengan status gizi anak balita

6.1.5 Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status gizi anak balita

6.1.6 Ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan status gizi anak balita


(72)

6.2 Saran

6.2.1 Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk mengadakan penyuluhan mengenai asupan gizi yang seimbang disertai dengan pencegahan dan perawatan mengenai diare dan ISPA secara rutin.

6.2.2 Diharapkan kepada ibu balita agar menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah diare dan ISPA dan pemberian obat cacing secara rutin yaitu 6 bulan sekali.

6.2.3 Diharapkan kepada ibu balita agar selalu memperhatikan kecukupan gizi anak dan langsung membawa anak ke petugas kesehatan ketika sakit. Pada saat anak sakit sangat dianjurkan agar ibu harus lebih memperhatikan anak yang sakit melalui pola makan, pemberian tambahan protein dan vitamin.


(73)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gizi Kurang

Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh (Susilowati, 2008).

Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang makan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa nutrien tidak terpenuhi, atau nutrien-nutrien tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar daripada yang didapat. Keadaan gizi kurang dalam konteks kesehatan masyarakat biasanya dinilai dengan menggunakan kriteria antropometrik statik atau data yang berhubungan dengan jumlah makronutrien yang ada di dalam makanan, yaitu protein dan energy (Gibney, dkk, 2009).

2.2 Deteksi Pertumbuhan Anak Berdasarkan Ukuran Antropometri

Antropometri adalah cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan di masyarakat (Almatsier, 2004). Pengukuran antropometri ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).


(74)

Ukuran antropometri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Nursalam, 2005) :

a. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur. Dengan demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong normal untuk anak seusianya.

b. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran lainnya tanpa memerhatikan berapa umur anak yang diukur.

Angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO 2005, yaitu :

Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB Standar Baku Antropometri WHO-2005

No. Indeks yang dipakai

Batas Pengelompokkan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD Gizi Buruk

≥ -3 s/d < -2 SD Gizi Kurang

≥ -2 s/d ≤ 2 SD Gizi Baik

> 2 SD Gizi Lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek

≥ -3 s/d < -2 SD Pendek

≥ -2 SD Normal

BB/TB < -3 SD Sangat Kurus

≥ -3 s/d < -2 SD Kurus


(75)

> 2 SD Gemuk Sumber : Riskesdas RI, 2010


(76)

2.3 Indeks Antropometri

2.3.1 Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah ukuran antropometri yang sangat labil (Supariasa, 2001).

Dalam keadaan normal dimana kesehatan baik, keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti pertumbuhan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan, maka indeks BB/U menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Supariasa, 2001).

Kelebihan indeks berat badan menurut umur (BB/U) (Supariasa, 2001) :

a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum b. Baik untuk status gizi akut maupun kronis

c. Berat badan dapat berfluktuasi

d. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil e. Dapat mendeteksi kegemukan


(1)

5.2.3 Hubungan Kejadian Diare dengan Status Gizi Anak

Balita ... 56 5.2.4 Hubungan Kejadian ISPA dengan Status Gizi Anak

Balita ... 57 5.2.5 Hubungan Konsumsi Obat Cacing dengan Status Gizi Anak

Balita ... 58 5.2.6 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Anak

Balita ... 60 5.2.7 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita .. 62 5.2.8 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Anak

Balita ... 63 5.2.9 Hubungan Jumlah Anak dengan Status Gizi Anak Balita ... 64 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 66 6.2 Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(2)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB

Standar Baku Antropometri WHO-2005 ... 7 Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein) Rata-Rata yang

Dianjurkan Rata-Rata Perorang Perhari ... 11 Tabel 4.1 Distribusi Pekerjaan Penduduk di Kelurahan Rengas Pulau

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2011 ... 29 Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Anak Balita Per Lingkungan di Kelurahan

Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2011 ... 29 Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Status Gizi di

Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan

Tahun 2012 ... 30 Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Umur dan Jenis

Kelamin di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2012 ... 31 Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Kejadian Diare

Dan ISPA di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2012 ... 32 Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Perilaku

Konsumsi Obat Cacing di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 ... 32 Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Responden Menurut Karakteristik Ibu di

Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan

Tahun 2012 ... 33 Tabel 4.8 Tabulasi Silang Umur dengan Status Gizi Anak Balita di

Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan

Tahun 2012 ... 34 Tabel 4.9 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Status Gizi Anak Balita

di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan


(3)

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Kejadian Diare dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2012 ... 36 Tabel 4.11 Tabulasi Silang Kejadian ISPA dengan Status Gizi Anak

Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2012 ... 37 Tabel 4.12 Tabulasi Silang Konsumsi Obat Cacing dengan Status Gizi

Anak Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2012 ... 38 Tabel 4.13 Tabulasi Silang Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Anak

Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2012 ... 39 Tabel 4.14 Tabulasi Silang Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita

di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2012 ... 40 Tabel 4.15 Tabulasi Silang Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi

Anak Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2012 ... 41 Tabel 4.16 Tabulasi Silang Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi

Anak Balita di Wilayah Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Penyebab Gizi Kurang ... 17 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 20 Gambar 5.1 Diagram Pie Proporsi Umur Anak Balita di Kelurahan

Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012 ... 43 Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Jenis Kelamin Anak Balita di

Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun

2012 ... 45 Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Kejadian Diare pada Anak Balita di

Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun

2012 ... 46 Gambar 5.4 Diagram Pie Proporsi Kejadian ISPA pada Anak Balita di

Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun

2012 ... 47 Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Konsumsi Obat Cacing di

Kelurahan Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun

2012 ... 49 Gambar 5.6 Diagram Bar Proporsi Pendidikan Ibu di Kelurahan

Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012 ... 50 Gambar 5.8 Diagram Bar Proporsi Pekerjaan Ibu di Kelurahan Rengas

Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012 ... 51 Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi Pendapatan Keluarga di Kelurahan

Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012 ... 52 Gambar 5.10 Diagram Pie Proporsi Jumlah Anak Ibu di Kelurahan

Rengas Pulau Kecamtan Medan Marelan Tahun 2012 ... 53 Gambar 5.11 Diagram Bar Prevalens Rate Status Gizi Anak Balita

Berdasarkan Umur di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2012 ... 54 Gambar 5.12 Diagram Bar Prevalens Rate Status Gizi Anak Balita

Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Rengas Pulau


(5)

Gambar 5.13 Diagram Bar Prevalens Rate Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Kejadian Diare di Kelurahan Rengas Pulau

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 ... 56 Gambar 5.14 Diagram Bar Prevalens Rate Status Gizi Anak Balita

Berdasarkan Kejadian ISPA di Kelurahan Rengas Pulau

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 ... 57 Gambar 5.15 Diagram Bar Prevalens Rate Status Gizi Anak Balita

Berdasarkan Konsumsi Obat Cacing di Kelurahan Rengas

Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 ... 58 Gambar 5.16 Diagram Bar Prevalens Rate Status Gizi Anak Balita

Berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Rengas Pulau

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 ... 60 Gambar 5.17 Diagram Bar Prevalens Rate Status Gizi Anak Balita

Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Rengas Pulau

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 ... 62 Gambar 5.18 Diagram Bar Prevalens Rate Status Gizi Anak Balita

Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan Rengas

Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 ... 63 Gambar 5.19 Diagram Bar Prevalens Rate Status Gizi Anak Balita

Berdasarkan Jumlah Anak di Kelurahan Rengas Pulau


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Devi Ayu Wandira Tempat Lahir : Surabaya

Tanggal Lahir : 28 Agustus 1990 Suku Bangsa : Batak Toba Agama : Kristen Protestan Nama Ayah : Sargius Pasaribu Suku Bangsa Ayah : Batak Toba Nama Ibu : Tiarma Panjaitan Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Negeri No. 064006 Medan / 2002 2. SLTP/Tamat tahun : SMP Negeri 20 Medan / 2005

3. SLTA/Tamat tahun : SMA Methodist-8 Medan / 2008 4. Lama studi di FKM USU : Tujuh Tahun