secara tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karakteristik keluarga. Diantara karakteristik keluarga, karakteristik ibu ikut
menentukan keadaan gizi anak. Karakteristik ibu antara lain tingkat pendidikan ibu, pengetahuan gizi, dan pekerjaan ibu Sedioetama, 2004.
Pendidikan ibu merupakan modal penting dalam penyusunan makanan keluarga, pengasuhan dan perawatan anak Suhardjo, 2003.
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan gizi dan kesehatan. Demikian juga wanita yang tidak berpendidikan
biasanya mempunyai anak lebih banyak dibandingkan yang berpendidikan lebih tinggi. Mereka yang berpendidikan lebih rendah umumnya sulit diajak memahami
dampak negatif dari bahaya mempunyai anak banyak, sehingga anaknya kekurangan kasih sayang, kurus dan menderita penyakit infeksi Farida, dkk,
2004.
5.2.7 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita BBU
Gambar 5.17 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Rengas Pulau
Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012
Berdasarkan pekerjaan ibu, hasil penelitian ini terlihat bahwa sebesar 7,1 anak mengalami gizi kurang pada ibu yang bekerja dan sebesar 11,9 anak
mengalami gizi kurang pada ibu yang tidak bekerja. Setelah diuji dengan menggunakan uji chi-square diperoleh bahwa tidak ada hubungan asosiasi yang
signifikan antara pekerjaan ibu dengan status gizi kurang. Menurut penelitian Kristianti, dkk diperoleh nilai p = 0,805 sehingga juga menunjukkan tidak adanya
hubungan yang signifikan antara pekerjaan dan status gizi Kristianti, dkk, 2013. Begitu juga dengan hasil penelitian dari Meikawati, bahwa status bekerja ibu
dengan status gizi balita tidak memilki hubungan yang signifikan, hal ini diperoleh dari nilai p = 0,822 Meikawati, 2008.
5.2.8 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Anak Balita
BBU Gambar 5.18 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita
Berdasarkan Umur di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa gizi kurang pada anak balita dengan pendapatan keluarga kurang adalah 23,1 sedangkan pada
pendapatan keluarga yang lebih sebesar 7,1. Diperoleh bahwa p = 0,075, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak balita. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian dari Lisbeth Rimelfhi,
dkk, yang menunjukkan bahwa keluarga dengan status ekonomi rendah didapat 100 gizi kurang dan 0 status gizi kurang pada keluarga dengan status ekonomi
baik. Sehingga didapat nilai p0,05 yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan status sosial ekonomi keluarga Rimelfhi, 2014.