5.2.8 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Anak Balita
BBU Gambar 5.18 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita
Berdasarkan Umur di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa gizi kurang pada anak balita dengan pendapatan keluarga kurang adalah 23,1 sedangkan pada
pendapatan keluarga yang lebih sebesar 7,1. Diperoleh bahwa p = 0,075, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak balita. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian dari Lisbeth Rimelfhi,
dkk, yang menunjukkan bahwa keluarga dengan status ekonomi rendah didapat 100 gizi kurang dan 0 status gizi kurang pada keluarga dengan status ekonomi
baik. Sehingga didapat nilai p0,05 yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan status sosial ekonomi keluarga Rimelfhi, 2014.
Kemiskinan atau pendapatan keluarga yang sangat rendah sangat berpengaruh kepada kecukupan gizi keluarga Arlim, 2002. Kekurangan gizi
berhubungan dengan sindroma kemiskinan. Menurut Soehardjo jumlah pangan
yang dikonsumsi keluarga dipengaruhi oleh status ekonomi. Tetapi Soehardjo juga menambahkan bahwa pengeluaran yang lebih banyak untuk pangan tidak
menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan Suhardjo, 2003.
5.2.9 Hubungan Jumlah Anak dengan Status Gizi Anak Balita BBU
Gambar 5.19 Diagram Bar Proporsi prevalens Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan
Medan Marelan Tahun 2012
Dari hasil penelitian terdapat bahwa proporsi prevalens status gizi kurang pada anak balita dengan juml
ah keluarga ≤ 2 orang adalah 5,4 sedangkan pada keluarga dengan jumlah keluarga 2 orang adalah 20,8. Dari hasil analisis
statistic menunjukkan ada hubungan asosiasi yang signifikan antara jumlah anak dengan status gizi anak balita dengan Rasio Prevalens status gizi kurang anak
balita pada jumlah anak 2 dan ≤ 2 sebesar 3,854 dengan 95CI 1,125-13,206.
Hal ini sesuai dengan pendapat suharjo yang menyatakan dimana anak- anak yang tumbuh dalam satu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap
kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga lainnya dan anak yang kecil biasanya paling terpengaruh oleh kurang pangan. Sebab dengan bertambahnya
jumlah anggota keluarga maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak
–anak yang sangat muda perlu zat gizi yang relative banyak dari pada anak-anak yang lebih tua. Dengan demikian
anak-anak yang lebih muda mungkin tidak diberi cukup makanan yang memenuhi kebutuhan gizi Suhardjo, 2003.
Menurut Suhardjo mengatakan bahwa hubungan sangat nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota akan
menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar mungkin hanya cukup untuk
mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar. Seperti juga yang dikemukakan Berg dan Sayogyo , bahwa jumlah anak yang menderita kelaparan
pada keluarga besar empat kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga kecil. Anak-anak yang mengalami gizi kurang pada keluarga beranggotakan banyak,
lima kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga beranggota sedikit Berg dan Sayogyo,1986.