BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Periodontal
Rongga mulut menjadi jendela untuk melihat gambaran kesehatantubuh. Lesi oral merupakan salah satu indikator perkembangan penyakit. Respon terhadap infeksi
merupakan hal yang penting dalam menentukan tingkat dan keparahan penyakit periodontal. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang merusak jaringan
pendukung gigi, disebabkan oleh mikroorganisme tertentu sehingga menyebabkan kerusakan progresif dari ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan
poket periodontal, resesi gingiva atau keduanya.
10
Secara garis besar penyakit periodontal dapat dibedakan atas gingivitis dan periodontitis. Perbedaannya gingivitis terjadi pada jaringan gingiva dan bersifat
reversibel, sedangkan pada periodontitis kerusakan tidak hanya pada jaringan gingiva saja tetapi juga pada ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar serta bersifat
ireversibel. Karakteristik dari periodontitis yaitu adanya migrasi epitel penyatu ke arah apikal dengan disertai kehilangan tulang alveolar. Penyakit periodontal merupakan
suatu penyakit infeksi yang serius karena apabila tidak dilakukan perawatan, maka dapat menyebabkan kehilangan gigi.
11
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT Depkes RI pada tahun 2001 penyakit gigi dan mulut di Indonesia sebesar 60 penduduk, sehingga
menempatkan penyakit gigi dan mulut pada posisi tertinggi diantara penyakit yang dikeluhkan masyarakat.
12
Selanjutnya, menurut hasil penelitian yang dilakukan pada penduduk di dua kecamatan Kota Medan pada tahun 2004 menunjukkan tingginya
prevalensi penyakit periodontal yaitu sekitar 96,85 penduduk.
13
Besarnya prevalensi, insidensi, keparahan dan perkembangan suatu penyakit termasuk penyakit periodontal dipengaruhi oleh faktor risiko.
2.2 Faktor Risiko Penyakit Periodontal
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal adalah:
13,14
a. Higiene oral Beberapa peneliti menyatakan bahwa penyakit periodontal dihubungkan dengan
kondisi oral higiene yang buruk. Loe dkk melaporkan bahwa pada individu yang sehat dapat mengalami gingivitis apabila tidak melakukan pembersihan rongga mulut selama
dua sampai tiga minggu. Peradangan akan hilang dalam waktu satu minggu bila dilakukan pemeliharaan kebersihan rongga mulut. Hal ini menunjukkan pentingnya
kontrol plak agar tidak terjadinya kerusakan jaringan periodonsium. b. Kebiasaan buruk
Rata – rata higiene oral pada orang yang mempunyai kebiasaan buruk merokok lebih jelek daripada yang tidak merokok. Seorang perokok mempunyai risiko menderita
periodontitis dua sampai tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Panas yang dihasilkan dari asap rokok akan meningkatkan kerusakan
perlekatan periodontal dan terjadinya penumpukan plak sehingga terbentuknya kalkulus.
Kebiasaan menyikat gigi yang salah dapat menyebabkan terkelupasnya epitel gingiva, pembentukan vesikel, atau eritema yang difus. Perubahan akut ini sering terjadi
pada waktu pemakaian sikat gigi yang baru. Trauma yang disebabkan oleh penggunaan sikat gigi yang salah dapat menyebabkan resesi gingiva disertai tersingkapnya akar gigi,
dan biasanya tepi gingiva sedikit menggembung. Pemakaian tusuk gigi yang sering dapat menyebabkan terbukanya ruang
interproksimal yang dapat menyebabkan terjadinya penumpukan plak dan debris serta perubahan inflamatoris.
c.Penyakit Sistemik Penyakit sistemik seperti penderita diabetes melitus lebih rentan terhadap infeksi
terutama pada penderita diabetes yang tidak terkontrol. Meningkatnya kerentanan penderita DM terhadap inflamasi disebabkan oleh terjadinya defisiensi fungsi lekosit
polimorfonukleus LPN berupa terganggunya khemotaksis, atau terganggunya
kemampuan perlekatan ke bakteri. Peningkatan level glukosa bisa menyebabkan berkurangnya produksi kolagen. Disamping itu, terjadi pula peningkatan aktifitas
kolagenase pada gingiva. Melakukan skeling pada penderita diabetes tanpa tindakan profilaksis dapat menyebabkan terjadinya abses periodontal.
d. Usia Tingkat keparahan penyakit periodontal yang direfleksikan dalam bentuk
kehilangan perlekatan yang diukur dengan millimeter, meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Rata – rata kehilangan perlekatan pada kelompok usia 18 – 24 tahun
adalah 1,2 mm, kemudian meningkat sampai mencapai 3,6 mm pada kelompok usia 75 sampai dengan lebih dari 80 tahun.
e. Jenis Kelamin Secara umum tingkat keparahan penyakit periodontal lebih tinggi pada laki – laki
dibandingkan dengan perempuan. Data yang diperoleh dari survey National Institute of Dental Research menunjukkan bahwa level kehilangan perlekatan pada laki – laki
adalah sekitar 10 lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Demikian dengan kedalaman poket sebesar atau lebih dari 4,0 mm lebih tinggi
pada laki – laki yaitu 11,5 dibandingkan dengan perempuan sekitar 9,8 . Kehilangan perlekatan sebanyak 2,5 mm lebih tinggi terjadinya pada laki – laki yaitu
30,9 dibandingkan dengan perempuan sekitar 25 .
2.3 Patogenesis Penyakit Periodontal