Media Media Boneka dalam Kompetensi Bercerita

33 tengah cerita, selain akan mengaburkan cerita utama, hadirnya pesan sponsor tersebut akan membuat cerita utama kehilangan daya tariknya; d Penutup. Cerita harus diakhiri dengan situasi yang membuat pendengar menahan napas serta menanti-nantikannya. Begitu sampai pada klimaks, segeralah akhiri, karena bila terlalu panjang lebar, pendengar biasanya akan merasa jenuh dan letih. 3 Pengaturan tempat dan suasana Cerita dapat disampaikan dengan duduk mengelilingi meja, di atas lantaitikar, atau berkerumun di dekat api unggun, yang penting pastikan bahwa pendengar merasa nyaman sebelum cerita dimulai dan bahwa setiap pendengar memiliki pandangan yang jelas tidak terhalang pada pencerita yang akan menyampaikan cerita. Pendengar cenderung untuk mendekat pada orang yang bercerita selama cerita berlangsung, khususnya jika ada alat peraga yang menarik, seperti: orang- orangan, boneka maupun wayang. Jadi, buatlah aturan tertentu sebelum cerita disampaikan.

2.2.4 Media Boneka dalam Kompetensi Bercerita

2.2.4.1 Media

Media adalah suatu alat yang merupakan saluran atau channel yang berfungsi untuk menyampaikan suatu pesan message atau informasi dari suatu sumber resource kepada penerima reciever. Dalam dunia pengajaran pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi yaitu guru. Sedangkan sebagai penerima informasinya adalah siswa. Pesan atau informasi 34 yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah keterampilan yang perlu dikuasai siswa Soeparno 1980:1 dalam Nugroho 2003. Media dalam pengajaran bahasa adalah segala alat yang dapat digunakan oleh para guru dan pelajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditentukan Subyakto 1993:206 dalam Nugroho 2003. Menurut Sudjana 2002:1, lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metodologi pengajaran, dan penilaian pengajaran. Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan komponen- komponen pengajaran. Media pengajaran sebagai alat bantu mengajar termasuk komponen dalam unsur metodologi pengajaran. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran sekaligus diharapkan dapat mempertinggi juga hasil belajar yang dicapai siswa. Ada dua alasan mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan yang pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain: 1 pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2 bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa memahami tujuan pengajaran lebih baik; 3 metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran; 4 siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak 35 hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain, seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain sebagainya. Alasan kedua mengapa penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana ke berpikir kompleks Sudjana 2002:2. Pembelajaran dengan menggunakan media merupakan sesuatu yang ditekankan oleh kurikulum berbasis kompetensi KBK yang mengemukakan tentang pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning. Adapun pengertian dari pembelajaran kontekstual CTL adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat Nurhadi 2004:13 Dalam penelitian ini , peneliti menggunakan media boneka sebagai media dalam kompetensi bercerita dengan alat peraga karena dengan media boneka siswa dapat menggali ide-idenya untuk membuat cerita bersama kelompoknya yang akan ditampilkan di depan kelas.

2.2.4.2 Media Boneka dalam Kompetensi Bercerita

Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45