37
Sasaran yang hendak dicapai harus jelas. Informasi yang dicatat dalam penilaian merupakan umpan balik yang tidak ternilai bagi siswa mengingat
kemampuan bercerita memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif, maka penilaian hendaknya mengukur satu kegiatan saja, tetapi hendaknya berlanjut dan
bertujuan meningkatkan keterampilan bercerita pada kegiatan berikutnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penilaian tes bercerita
berdasarkan indikator pada rencana pembelajaran yang ada, penilaian ini juga masih ada sangkut pautnya pada penilaian yang dikemukakan oleh Arsjad dan
Mukti 1988:17, yaitu: a. faktor kebahasaan, yang mencakup :
ketepatan ucapan, penempatan tekanan dan nada, pilihan kata, pemakaian kalimat,
b. faktor nonkebahasaan, yang mencakup : sikap yang wajar,pandangan mata, gerak-gerik dan mimik yang tepat,
volume suara,kelancaran,dan penguasaan topik.
2.3 Kerangka Berpikir
Berbicara merupakan salah satu keterampilan yang ada dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan KTSP SMP. Bercerita merupakan salah satu
keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Berbicara adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, sedangkan keterampilan bercerita adalah salah satu bentuk
atau cara yang dilakukan dalam upaya menjalin komunikasi dalam pendidikan
38
anak. Dengan keterampilan bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami,
dirasakan, dilihat, dibaca, dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman yang diperoleh.
Agar proses pembelajaran bercerita dapat berjalan dengan baik maka dalam pembelajaran bercerita guru harus menggunakan media penyajian
pembelajaran bercerita yang variatif serta sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan. Salah satu di antaranya adalah dengan menggunakan media boneka
karena dengan media boneka tersebut dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam pembelajaran bercerita. Media boneka juga berfungsi untuk membantu
siswa memperoleh kemudahan ketika bercerita, karena dengan bantuan boneka sebagai alat peraga akan membangkitkan ide-ide siswa yang tertuang dalam
sebuah cerita yang akan mereka ceritakan di depan kelas. Mereka juga tidak akan canggung lagi bercerita menggunakan media boneka karena mereka tidak
bercerita langsung menghadapi siswa-siswa yang lain melainkan dengan media boneka mereka merasa menjadi tokoh dalam boneka tersebut.
Hal itu dilakukan agar pembelajaran bercerita tidak monoton dan lebih bervariasi. Oleh karena itu peneliti menggunakan media boneka dalam
pembelajaran bercerita yang akan dilakukan. Dengan demikian terciptalah pembelajaran bercerita yang tidak membosankan bagi siswa.
Pembelajaran keterampilan
bercerita melalui
media boneka
yang dilakukan oleh peneliti diharapkan agar semua masalah pembelajaran bercerita
dalam kelas dapat teratasi.
39
Guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran bercerita yang menarik agar siswa antusias dalam kegiatan pembelajaran itu. Biasanya siswa
kurang bisa bercerita dengan baik. Oleh karena itu, guru menyuruh siswa mencatat hal-hal yang akan diceritakan terlebih dahulu ketika pembelajaran
bercerita. Agar siswa merasa tertarik maka peneliti memberikan penjelasan tentang manfaat dan tujuan berbicara khususnya bercerita. Selain itu, peneliti
menyajikan faktor penentu keberhasilan bercerita dan cara meningkatkan keterampilan bercerita serta pemilihan bahan yang sesuai. Semua hal tersebut
diharapkan akan meningkatkan keterampilan bercerita siswa. Skema tentang kerangka berpikir ini akan disajikan sebagai berikut.
2.4 Hipotesis Tindakan