Karakteristik Responden Analisa Bivariat

4.2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian analisis univariat, diperoleh data gambaran distribusi karakteristik responden penderita diabetes melitus berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi pada kelompok perempuan sebanyak 56 orang 56,0, dan rata-rata berusia diantara 40-49 tahun 47,0, dengan status pernikahan kawin 77 orang 77,0 dimana mayoritas responden memiliki latar belakang pendidikan SLTA 46 orang 46,0 dengan penghasilan perbulan responden 68 orang 68,0 diantara Rp.800.000-1.500-000, dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Penderita Diabetes Melitus di Ruang Poli Endokrin RSUD Dr. Pirngadi Medan n=100 No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Jenis Kelamin 1 Laki-laki 44 44.0 2 Perempuan 56 56.0 Umur 1 30-39 15 15.0 2 40-49 47 47.0 3 50-59 34 34.0 4 60 4 4.0 Status Perkawinan 1 Kawin 77 77.0 2 Duda 14 14.0 3 Janda 9 9.0 Pendidikan 1 SLTP 29 29.0 2 SLTA 46 46.0 3 D3 16 16.0 4 S1 9 9.0 Penghasilan 1 800.000-1.500.000 68 68,0 2 1.500.000-3.000.000 29 29,0 3  5.000-000 3 3,0 Universitas Sumatera Utara 4.3. Analisa Univariat 4.3.1. Jenis Mekanisme Koping Penderita Diabetes Melitus Kuesioner mekanisme koping individu dikelompokkan menjadi lima kategori jawaban yaitu tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering dan selalu. Berdasarkan jenis mekanisme koping individu penderita diabetes melitus di ruang poli endokrin RSUD Dr. Pirngadi Medan, mayoritas responden menggunakan jenis mekanisme koping berorientasi pada situasi dengan kategori adaptif yaitu sebanyak 67 responden 67, dan minoritas responden menggunakan jenis mekanisme koping berorientasi pada restrukturisasi dengan kategori adaptif yaitu 31 responden 31. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Mekanisme Koping Individu di Ruang Poli Endokrin RSUP Dr. Pirngadi Medan n=100 No Jenis Mekanisme Koping Kategori Total Adaptif maladaptif n n 1 Berorientasi pada Situasi Berorientasi pada Emosi 67 65 49 33 53 31 67.0 33 33,0 100 2 65.0 35 35,0 100 3 Berorientasi pada Eksistensi 49,0 51 51,0 100 4 Berorientasi pada Agama Berorientasi pada Pencegahan 33,0 67 67,0 100 5 53,0 47 47,0 100 6 Berorientasi pada Restrukturisasi 31,0 69 69,0 100

4.3.2. Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus

Kuesioner mekanisme kepatuhan penderita diabetes melitus dikelompokkan menjadi empat kategori jawaban yaitu tidak pernah, jarang, sering dan selalu. Berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus mayoritas berada pada kategori patuh yaitu sebanyak 67 Universitas Sumatera Utara responden 67 dan minoritas pada kategori ini tidak patuh yaitu sebanyak 33 responden 33. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus Di Ruang Poli Endokrin RSUD Dr. Pirngadi Medan n=100 No Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus n Persentase 1 Patuh 67 67.0 2 Tidak patuh 33 33.0 Jumlah 100 100

4.4. Analisa Bivariat

4.4.1. Hubungan Jenis Mekanisme Koping Individu Berorientasi pada Situasi, Emosi, Pencegahan, Agama, Eksistensi dan Restrukturisasi Dengan Tingkat Kepatuhan Penatalaksanaan Penderita Diabetes Melitus Di Ruang Poli Endokrin RSUD Dr. Pirngadi Berdasarkan hasil penelitian analisis bivariat, menunjukkan bahwa jenis mekanisme koping individu berorientasi pada situasi dengan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus, diperoleh data bahwa dari 67 responden yang menggunakan koping berorientasi situasi yang adaptif terdapat 50 responden 74,6 dan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus yang tidak patuh sebanyak 17 responden 25,4. Sedangkan responden yang memiliki mekanisme koping berorientasi pada situasi pada kategori maladaptif dan tingkat kepatuhan yang tidak patuh sebanyak 33 responden yaitu sebanyak orang 16 responden 48,5 dengan kategori maladaptif dan sebanyak 17 responden 51,5. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,037 0,05 yang artinya Universitas Sumatera Utara terdapat hubungan mekanisme koping berorientasi situasi dengan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus. Berdasarkan jenis mekanisme koping individu berorientasi pada emosi dengan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus, diperoleh data bahwa dari 65 responden yang memilki mekanisme koping berorientasi pada emosi yang adaptif, terdapat 48 responden 73,8 menggunakan koping berorientasi pada emosi yang adaptif dan 17 responden 26,2 penderita diabetes yang patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus. Sedangkan responden yang memiliki mekanisme koping berorientasi pada emosi yang maladaptif sebanyak 35 responden yaitu 16 reponden 45,7 menggunakan koping berorientasi pada emosi yang maladaptif dan 19 responden 54,3 penderita yang tidak patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p=0,078 0,05 yang berarti tidak ada hubungan mekanisme koping individu berorientasi pada emosi dengan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus. Berdasarkan jenis mekanisme koping individu berorientasi pada eksistensi dengan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus, diperoleh data bahwa 49 responden yang memilki mekanisme koping berorientasi pada eksistensi yang adaptif, yaitu terdapat 29 responden 59,2 penderita diabetes yang patuh dan 20 responden 40,8 penderita diabetes yang tidak patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus. Sedangkan responden yang yang memiliki mekanisme koping berorientasi pada eksistensi yang maladaptif sebanyak 51 responden, yaitu 38 responden 74,5 yang tidak patuh terhadap penatalaksanaan diabetes mellitus dan sebanyak 13 responden 25,5 yang patuh terhadap penatalaksanaan Universitas Sumatera Utara diabetes melitus. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p=0,157 0,05 yang berarti tidak ada hubungan mekanisme koping individu berorientasi pada eksistensi dengan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus. Berdasarkan jenis mekanisme koping individu berorientasi pada agama dengan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus, diperoleh data 33 responden yang memilki mekanisme koping berorientasi pada agama yang adaptif, yaitu terdapat 19 responden 57,6 penderita yang patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus dan 14 responden 42,4 penderita diabetes yang tidak patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus. Sedangkan responden yang memiliki mekanisme koping berorientasi pada agama yang maladaptif sebanyak 67 responden, yaitu 48 responden 71,6 yang tidak patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus dan sebanyak 19 responden 28,4 yang patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p=0,238 0,05 yang berarti tidak ada hubungan mekanisme koping individu berorientasi pada agama dengan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus. Berdasarkan jenis mekanisme koping individu berorientasi pada pencegahan dengan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus, diperoleh data bahwa 53 responden yang memiliki mekanisme koping berorientasi pada pencegahan yang adaptif, yaitu terdapat 40 responden 75,5 penderita yang patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus dan 13 responden 24,5 penderita diabetes yang tidak patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus. Sedangkan responden yang memiliki mekanisme koping berorientasi pada pencegahan yang maladaptif sebanyak 47 responden, yaitu 20 responden 42,6 yang tidak patuh Universitas Sumatera Utara terhadap penatalaksanaan diabetes melitus dan sebanyak 27 responden 57,4 yang patuh terhadap penatalaksanaan diabetes mellitus. Hasil uji statistik chi- square diperoleh nilai p=0,089 0,05 yang berarti tidak ada hubungan mekanisme koping individu berorientasi pada pencegahan dengan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus. Berdasarkan jenis mekanisme koping individu berorientasi pada restrukturisasi dengan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus, diperoleh data bahwa 31 responden yang memiliki mekanisme koping berorientasi pada restrukturisasi yang adaptif, yaitu terdapat 19 responden 61,3 penderita yang patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus dan 12 responden 38,7 penderita diabetes yang tidak patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus. Sedangkan responden yang memiliki mekanisme koping berorientasi pada restrukturisai yang maladaptif sebanyak 69 responden, yaitu 21 responden 30,4 yang tidak patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus dan sebanyak 48 responden 69,9 yang patuh terhadap penatalaksanaan diabetes melitus. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p=0,559 0,05 yang berarti tidak ada hubungan mekanisme koping individu berorientasi pada restrukturisasi dengan tingkat kepatuhan penderita diabetes melitus. Dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Hubungan Jenis Mekanisme Koping Individu Berorientasi pada Situasi, Emosi, Pencegahan, Agama, Eksistensi dan Restrukturisasi dengan Tingkat Kepatuhan Penatalaksanaan Penderita Diabetes Melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan n=100 Jenis Mekanisme Koping Tingkat Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus Total p Value Patuh Tidak Patuh n n n Berorientasi pada Situasi Adaptif Maladaptif 50 17 74,6 51,5 17 16 25,4 48,5 67 33 100 100 0,037 Berorientasi pada Emosi Adaptif Maladaptif 48 19 73,8 54,3 17 16 26,2 45,7 65 35 100 100 0,078 Berorientasi pada Eksistensi Adaptif Maladaptif 29 38 59,2 74,5 20 13 40,8 25,5 49 51 100 100 0,157 Berorientasi pada Agama Adaptif Maladaptif 19 48 57,6 71,6 14 19 42,4 28,4 33 67 100 100 0,238 Berorientasi pada Pencegahan Adaptif Maladaptif 40 27 75,5 57,4 13 20 24,5 42,6 53 47 100 100 0,089 Berorientasi pada Restrukturisasi Adaptif Maladaptif 19 61,3 12 38,7 31 100 48 69,4 21 30,4 69 100 0,559 Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Jenis Mekanisme Koping Individu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan terhadap 100 orang responden didapatkan bahwa sebagian besar responden menggunakan jenis mekanisme koping berorientasi pada situasi dengan kategori adaptif yaitu sebanyak 67 responden 67 dan minoritas responden dengan menggunakan jenis mekanisme koping berorientasi pada restrukturisasi dengan kategori adaptif yaitu sebanyak 31 responden 31. Menurut Keliat 1999 mekanis koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam. Menurut Friedman 1998 dalam mendiskripsikan mekanisme koping individu yang diterapkan kepada individu, telah disesuaikan dengan keluarga. Individu yang tidak mampu menggunakan sumber dan strategi koping yang adaptif dalam menghadapi kecemasan, akan berada pada suatu kondisi krisis. Krisis individu merujuk pada suatu keadaan atau masa kacau dalam kehidupan sebuah keluarga ketika suatu kejadian yang penuh dengan stress atau rentetan kejadian yang sangat menuntut sumber-sumber keluarga dan kemampuan koping, tanpa adanya penyelesaian masalah. Berdasarkan teori yang dikembangkan Roy, penggunaan koping atau pertahanan diri adalah berespon melakukan peran fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri dari keadaan rentang sehat sakit dari keadaan lingkungan sekitarnya. Bahwa setiap manusia selalu menggunakan koping yang Universitas Sumatera Utara