dan pembatasan asupan protein dalam diet 0,8 gkg BB juga akan mengurangi risiko terjadinya nefropati.
3. Neuropati yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa
hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar
sendiri, dan lebih terasa sakit di malam hari Perkeni, 2006.
2.2.5. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya berbagi penyulit menahun, seperti penyakit serobro vaskuler, penyakit
jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, ginjal dan saraf. Jika kadar glukosa dapat selalu dikendalikan maka penyakit menahun dapat dicegah atau
dihambat. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha untuk memperbaiki kelainan metabolik yang terjadi pada diabetes Waspadji et al.,
2009. Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM menurut
Perkeni 2006, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Diet
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik
sebagai berikut karbohidrat 45-60, protein 10-12 dan lemak 20-25. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur stres akut dan kegiatan
jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan idaman. Untuk kepentingan klinik praktis dan untuk penentuan jumlah kalori dengan
menggunakan rumus Broca yaitu : BB idaman = TB-100-10. Berat badan kurang :90 BB idaman, Berat badan normal : 90-110 BB idaman, Berat
badan lebih : 110-120 BB idaman, dan Gemuk : 120 BB idaman.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi 20, siang 30, dan sore 25 serta 2-3
porsi makanan ringan 10-15. Pembagian porsi tersebut disesuaikan dengan kebiasaan pasien untuk kepatuhan pengaturan makanan yang baik. Untuk pasien DM
yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya Soegondo, et al., 2007. Kepatuhan jangka panjang terhadap
perencanaan makan merupakan salah satu aspek yang menimbulkan tantangan dalam penatalaksanaan diabetes. Bagi pasien obesitas, tindakan membatasi kalori yang
moderat lebih realistis. Bagi pasien yang yang berat badannya sudah turun, upaya untuk mempertahankan berat badan sering lebih sulit. Untuk membantu pasien ini
dalam mengikutsertakan kebiasaan diet yang baru ke dalam hidupnya, maka
Universitas Sumatera Utara
keikutsertakan kebiasaan diet yang baru dalam terapi perilaku, dukungan kelompok dan penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat dianjurkan Smeltzer
Bare, 2002. Pola hidup sehat pada penderita diabetes melitus perlu dijaga dalam a
perencanaan makan dengan menjaga asupan makan yang seimbang yaitu diet diabetes melitus untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal,
mencegah komplikasi akut dan kronik dengan memperhatikan 3 J yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti dan jenis makanan yang
harus diperhatikan, mengkonsumsi aneka ragam makanan agar terpenuhi kecukupan sumber zat tenaga beras, jagung, tepung, zat pembangun kacang-
kacangan, tempe, tahu dan zat pengatur sayuran dan buah-buahan. Selain itu membatasi konsumsi lemak, minyak dan santan yang menyebabkan penyempitan
pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner Soegondo, et al., 2009. b.
Olah raga Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko kardivaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga Smeltzer Bare, 2002.
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE continous, rhythmical, interval,
Universitas Sumatera Utara
progressive, endurance training. Sedapat mungkin mencapai sasaran 75-85 denyut nadi maksimal, disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyertanya, olahraga yang disarankan adalah olah raga ringan seperti berjalan kaki biasa selama 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20
menit dan olahraga berat misalnya jogging Soegondo, et al., 2007. c.
Farmakologi Pada diabetes tipe 1, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi
insulin, dengan demikian insulin eksogenus harus diberikan dalam jumlah tak terbatas. Pada diabetes tipe 2, insulin diberikan sebagai terapi jangka panjang
untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per
hari untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari, karena dosis insulin yang diperlukan masing-masing pasien
ditentukan oleh kadar glukosa dalam darah, maka pemantauan glukosa darah yang akurat sangat penting. Pemantauan mandiri kadar glukosa darah telah menjadi
dasar dalam memberikan terapi insulin. d.
Perawatan Kaki
Masalah kaki pada penderita diabetes melitus merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes, kaki diabetes yang tidak dirawat dengan
benar, lebih mudah mengalami luka dan cepat berkembang menjadi ulkus, dan dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan ganggren dan amputasi. Dari semua amputasi tungkai bawah, 40- 70 berkaitan dengan perawatan kaki pada penderita diabetes Waspadji, et al,
2007. Menurut Soegondo, et al., 2009 bahwa perawatan kaki yang perlu
dilakukan pada penderita diabetes melitus, terdiri dari pemeriksaan kaki sehari- hari dan perawatan kaki sehari-hari, yaitu
1 Pemeriksaan kaki sehari-hari yakni periksa bagian atas atau punggung,
telapak, sisi-sisi kaki dan sela-sela jari. Untuk melihat telapak kaki, tekuk kaki bila sulit, gunakan cermin atau minta bantuan orang lain untuk melihat
bagian bawah kaki dan untuk memeriksa kaki yaitu periksa ada kulit retak atau melepuh dan periksa ada luka dan tanda infeksi seperti bengkak,
kemerahan, hangat, nyeri, darah atau cairan lain yang keluar dari darah. 2
Perawatan kaki sehari-hari yakni 1. Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan air bersih dan sabun mandi, bila perlu gosok kaki dengan sikat
lembut dan bersih, terutama sela jari kaki ketiga-keempat dan keempat-kelima; 2. Berikan pelembab pada daerah kaki yang kering agar kulit tidak menjadi
retak, tetapi jangan berikan pelembab pada sela-sela jari, karena akan menjadi lembab dan menimbulkan tumbuhnya jamur; 4. Gunting kuku kaki mengikuti
bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek atau dekat dengan kulit, kemudian kikir kuku agar tidak tajam. Bila kuku keras dan sulit dipotong, maka rendam
kaki dengan air hangat 37º selama 5 menit, bersihkan dengan sikat kuku. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi; 5. Gunakan sepatu atau sandal
untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka,
jangan gunakan sandal jepit
Universitas Sumatera Utara
karena dapat menyebabkan luka disela jari pertama dan kedua. Syarat sepatu untuk kaki penderita diabetes adalah ukuran sepatu lebih dalam, panjang
sepatu ½ inchi lebih panjang dari jari-jari kaki terpanjang saat berdiri, ujung sepatu lebih lebar, tinggi tumit kurang dari 2 inchi, bagian bawah sepatu
tidak kasar dan licin, terbuat dari bahan karet dan ruang dalam sepatu longgar, sesuai bentuk kaki; 6. Periksa sepatu sebelum dipakai, ada kerikil
atau benda-benda tajam seperti jarum atau duri. Lepas sepatu setiap 4-6 jam, serta gerakan pergelangan dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah tetap baik
terutama pada pemakaian sepatu baru. e.
Pemantauan Glukosa Darah Mandiri PGDM Pemantauan kendali glikemik pada penderita diabetes merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pengelolaan DM. hasil pemantauan digunakan untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai penyesuaian diet, olah raga, dan obat-
obatan untuk mencapai kadar glukosa darah senormal mungkin, terhindar dari keadaan hiperglikemia dan hipoglikemia Waspadji, et al., 2007.
Pemantauan glukosa darah mandiri saat ini telah dilakukan lebih dari 40 penderita diabetes, indikasi dilakukan PGDM pada kondisi a. mencapai dan
memelihara kendali glikemi; b. mencegah dan mendeteksi hipoglikemia; c. mencegah hiperglikemia berat; d. menyesuaikan dengan perubahan gaya hidup:
memberikan informasi kepada penderita DM mengenai kendali glikemik, sehingga penderita dapat menyesuaikan diet dan pengobatan; e. menentukan
kebutuhan untuk memulai terapi insulin pada penderita DM Soegondo, et al., 2009 .
Universitas Sumatera Utara
Memantau kadar glukosa darah dapat dipakai darah kapiler. PGDM dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan insulin atau pemicu sekresi insulin.
Waktu pemeriksaan PGDM bervariasi, tergantung pada terapi. Waktu yang dianjurkan adalah, pada saat sebelum makan, 2 jam setelah makan menilai
ekskursi maksimal glukosa, menjelang waktu tidur untuk menilai risiko hipoglikemia, dan diantara siklus tidur untuk menilai adanya hipoglikemia
nokturnal yang kadang tanpa gejala, atau ketika mengalami gejala seperti hypoglycemic Perkeni, 2006.
2.2.6. Tingkat Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus